Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Syifa Nailah Putri
Ilustrasi belajar bahasa (Pexels/Kampus Production)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang ataupun sekelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan. Salah satu pendekatan yang semakin populer dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah Pendidikan Berbasis Proyek, atau yang dikenal dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). P5 merupakan Projek P5 mengajarkan peserta didik "mengalami pengetahuan" sebagai proses belajar dan penguatan karakter untuk belajar dari lingkungannya. Pertanyaannya, Apakah Pendidikan Berbasis Proyek (P5) dapat mendorong kreativitas dan kemandirian siswa?

Sebelumnya mari kita cari tahu apa itu P5? P5 merupakan singkatan dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, yang merupakan salah satu inti dari penerapan Kurikulum Merdeka. Tujuannya agar pelajar Indonesia memiliki karakter yang kuat sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

P5 adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proyek sebagai metode utama dalam proses belajar mengajar. Program ini dirancang untuk membentuk Pelajar Pancasila yang memiliki enam profil utama yaitu beriman, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.

Dengan diterapkannya P5 siswa tidak hanya belajar teori di dalam kelas, tetapi juga terlibat langsung dalam menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan mereka. Melalui kegiatan P5 diharapkan siswa bisa mengembangkan keterampilan praktis dan sosial, karena hal tersebut sangat penting di era modern ini.                  

Selanjutnya, P5 juga dapat mendorong kreativitas siswa melalui kegiatan-kegiatan proyek. Dengan diberikannya tugas proyek, siswa memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide dan solusi yang inovatif. Misalnya, saat mengerjakan proyek tentang lingkungan, siswa dapat merancang kampanye kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan atau menciptakan produk daur ulang dari sampah.

Dalam proyek kelompok, siswa belajar untuk bekerja sama, berbagi ide, dan menghargai pendapat orang lain. Penelitian oleh Prastyawati dan Hanum menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam konteks pendidikan multikultural dapat meningkatkan interaksi sosial dan pemahaman antar siswa (Prastyawati & Hanum, 2015).

Dalam P5, kreativitas juga terlihat dalam cara siswa menyajikan hasil proyek mereka. Di mana mereka dapat menggunakan berbagai media, seperti presentasi digital, poster, atau bahkan video, untuk menunjukkan diri mereka dengan cara yang unik dan menarik, sehingga meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran. 

Selain mendorong kreativitas, P5 juga berperan penting dalam mengembangkan kemandirian siswa. Melalui tugas proyek, siswa diberikan tanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil kerja mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaniah, ia menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa (Isnaniah, 2017).

Melalui pengalaman langsung dalam mengerjakan proyek, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan dan menghadapi tantangan secara mandiri. Mereka juga bisa belajar dari kesalahan yang mungkin terjadi selama proses tersebut dan membuat siswa menjadi lebih mandiri serta dapet bertanggung jawab atas apa yang ia kerjakan.

Proyek P5 juga memiliki tenggat waktu dalam mengumpulkan tugas (deadline). Dengan adanya tenggat waktu untuk pengumpulan tugas siswa bisa belajar untuk mengatur waktu mereka dengan baik agar proyek yang dikerjakan selesai tepat waktu.

Meskipun P5 memiliki banyak manfaat, P5 juga memiliki tantangan dalam pengimplementasiannya di sekolah. Di antaranya:

1. Kesiapan Guru dan Siswa

Tidak semua guru dan siswa siap dengan pendekatan ini. Guru juga membutuhkan pelatihan khusus untuk membimbing siswa dalam menyelesaikan proyek agar hasil yang didapatkan lebih maksimal. Sementara itu, siswa yang terbiasa dengan metode pengajaran konvensional (metode ceramah) mungkin merasa kesulitan dalam menjalankan proyek P5 ini,

2. Keterbatasan Fasilitas dan Sumber Daya

Proyek P5 seringkali membutuhkan fasilitas dan sumber daya tambahan, seperti bahan proyek, akses teknologi, dan dana. Keterbatasan ini menjadi penghambat di sekolah-sekolah yang memiliki anggaran terbatas. lainnya sehingga membuat proyek P5 ini menjadi terhambat.

Jadi keberhasilan P5 dalam mendorong kreativitas dan kemandirian siswa sangat bergantung pada bagaimana model ini diterapkan oleh pendidik. Pendidik perlu merancang proyek yang relevan, serta memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu siswa mengatasi hambatan yang mungkin mereka hadapi.

Melalui keterlibatan aktif dalam proyek yang relevan, siswa tidak hanya belajar untuk berpikir kritis dan kreatif, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan yang penting. Dengan dukungan yang tepat dari pendidik, P5 dapat menjadi alat yang efektif dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di dunia.

Kesimpulannya Pendidikan Berbasis Proyek (P5) merupakan pendekatan inovatif yang memiliki potensi besar dalam mendorong kreativitas dan kemandirian siswa. Dengan melibatkan siswa dalam proyek-proyek nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka, pendidikan tidak hanya menjadi lebih menarik tetapi juga lebih bermakna.

Melalui pengalaman langsung dalam menyelesaikan masalah dan berkolaborasi dengan orang lain, siswa dapat mengembangkan keterampilan penting yang akan bermanfaat bagi mereka di masa depan. Oleh karena itu, penerapan P5 dalam sistem pendidikan Indonesia sangatlah penting untuk membentuk generasi muda yang kreatif, mandiri, dan siap menghadapi tantangan global.

Syifa Nailah Putri

Baca Juga