Siapa sih yang nggak mau terlihat keren di mata orang lain? Rasanya, di zaman sekarang, gaya hidup gengsi sudah jadi hal biasa di kalangan anak muda.
Mulai dari nongkrong di kafe hits, punya gadget terbaru, sampai pakai outfit branded, semua itu sering dilakukan demi menjaga eksistensi di lingkungan sosial maupun media sosial. Tapi, pernah nggak sih kalian berpikir, apakah semua itu benar-benar penting?
Gaya Hidup yang Menguras Dompet
Gaya hidup gengsi sering kali menjadi biang keladi dari kantong yang terkuras. Banyak orang rela menghabiskan uang untuk hal-hal yang sebenarnya bukan kebutuhan, hanya demi terlihat “wah” di mata orang lain.
Contohnya, membeli gadget terbaru padahal yang lama masih berfungsi dengan baik, atau nongkrong di tempat hits dengan harga makanan selangit demi konten media sosial.
Hal yang lebih parah, tak sedikit yang memilih jalan pintas dengan berutang, entah melalui kartu kredit, pinjaman online, atau bahkan meminjam ke teman.
Semua itu dilakukan demi mengejar standar hidup yang sebenarnya tidak realistis. Gaya hidup mewah memang kelihatan menarik. Namun, hidup bukan kompetisi siapa yang terlihat paling glamor.
Ketika Eksistensi Jadi Nomor Satu
Di era yang penuh dengan peradaban media sosial seperti sekarang, eksistensi jadi semacam mata uang sosial. Jumlah likes, comments, atau views dianggap sebagai ukuran kesuksesan. Akibatnya, banyak yang rela memaksakan diri tampil glamor meskipun sebenarnya nggak sesuai dengan kondisi finansial.
Mungkin di antara kalian pernah mendengar istilah fake it till you make it? Mungkin niatnya ingin terlihat sukses dulu biar percaya diri, tapi kalau caranya dengan membohongi diri sendiri, bukankah itu melelahkan?
Memperhatikan eksistensi memang boleh-boleh aja, tapi harus seimbang. Jangan sampai demi terlihat “ada,” kita lupa bahwa yang paling penting adalah menjadi diri sendiri dan hidup sesuai kemampuan.
Perangkap Gaya Hidup Gengsi
Gaya hidup gengsi itu seperti jebakan manis yang sulit dihindari. Awalnya terlihat menyenangkan, tapi lama-lama bisa bikin terperangkap dalam pola hidup yang melelahkan.
Kita sering kali terjebak dalam lingkaran untuk selalu tampil keren, terlihat sukses, dan mengikuti tren yang terus berganti. Perangkap ini dimulai dari keinginan untuk diterima dalam lingkungan sosial. Saat teman-teman nongkrong di tempat mewah atau punya barang branded, kita merasa harus ikut biar dianggap setara.
Tekanan ini semakin besar ketika media sosial ikut “memperbesar panggung,” membuat kita berlomba-lomba untuk menunjukkan versi terbaik diri kita, meski sering kali itu bukanlah kenyataan yang sebenarnya.
Gengsi memang sering menggoda, tapi kita harus ingat bahwa masih banyak yang lebih penting lebih penting ketimbang gaya hidup yang nggak bermanfaat. Nggak ada salahnya ingin eksis, asal nggak sampai mengorbankan hal-hal yang lebih utama.
Jadi, yuk mulai belajar hidup lebih realistis. Jangan sampai hidup kita cuma jadi ajang pamer demi pengakuan sementara. Karena pada akhirnya, yang benar-benar penting adalah bagaimana kita bisa merasa bahagia dan damai dengan diri sendiri, bukan dengan validasi dari orang lain.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Full Day School: Solusi Pendidikan atau Beban bagi Siswa?
-
Dari Rasa Ingin Tahu hingga Kecanduan: Apa Alasan Orang Memakai Narkoba?
-
Apa yang akan Terjadi dengan Kehidupan Manusia Jika Tidak Ada Ilmu Fisika?
-
Sistem Ranking di Sekolah: Memotivasi Atau Justru Merusak Mental Siswa?
-
Ironi Hadirnya TikTok: Hiburan yang Membawa Dampak Bagi Generasi Muda
Artikel Terkait
-
Pentingnya Peptida dalam Kesehatan dan Ilmu Pengetahuan
-
Bunyi Knalpot Bising: Dari Penanda Eksistensi Hingga Pemecah Kedamaian
-
Ironi KIP Kuliah: Bantuan Pendidikan untuk Gaya Hidup Mewah?
-
Dukung Gaya Hidup Sehat, Bank Mandiri Gelar Livin by Mandiri Galesong Trail Run 2025
-
Berburu Makeup dan Skincare di Jakarta X Beauty 2024
Kolom
-
Representasi Perempuan di Layar Kaca: Antara Stereotip dan Realitas
-
Buku Anak Jadi Solusi Segar ketika Reading Slump Menyerang
-
Pemain Sepak Bola Nyambi Jadi Abdi Negara, Bukti Persepakbolaan Indonesia Belum Menjanjikan?
-
Ojek Online: Mesin Uang Platform, Beban Ganda Mitra dan Konsumen
-
Book-Bosomed: Membawa Buku ke Mana-Mana Bukan soal Pamer
Terkini
-
Barbeque on the Height: BBQ View 360 di INNSiDE by Melia Yogyakarta
-
7 Karakter Utama Squid Game 3, Punya Peran yang Plot Twist!
-
Prestige Behind Futsal: Ketika Skill Bertemu Style, Wajah Lapangan Berubah
-
Beyond The Court: Futsal Gen Z sebagai Ajang Prestasi
-
Redmi Pad 2 Rilis di Indonesia, Tablet Murah Terbaru dari Xiaomi Dibanderol Rp 2 Jutaan