Semangat dan ceria adalah 2 emosi positif yang didamba banyak orang. Sehingga tak jarang sekelompok orang hingga individu saling memberi semangat agar bisa lebih positif dalam menjalani hari.
Saling memberi semangat juga bisa menjadi bentuk dukungan saat seseorang sedang berjuang. Kalimat positif ini bahkan juga bisa mengusir lelah dan penat setelah seharian melewati hari yang menguras energi.
Saling memberi semangat tidak hanya dilakukan dengan saling bertukar verbal. Namun juga bisa dengan saling bertukar pelukan hangat hingga memberi kudapan ringan.
Sehingga orang lain merasa diperhatikan dan energinya bisa kembali terisi. Bahkan saling memberi semangat juga bisa ditularkan seseorang dengan memberi senyum tulus. Sehingga energi positif orang tersebut bisa menyebar dan dirasakan orang di sekitarnya.
Namun ada kalanya, kamu merasa bad mood dan seluruh kata-kata penyemangat seakan tidak lagi berguna bagimu. Hal-hal yang biasanya menyenangkan, kita tidak lagi memberikan getaran hangat yang menenangkan seperti biasanya.
Hingga rasanya, kamu ingin menjauh sementara dan mengisi energimu sendiri sebelum nanti kembali berbaur di kehidupan sosial. Kondisi seperti ini mungkin pernah dialami mayoritas orang dan rasanya manusiawi terjadi.
Perubahan emosi, baik yang positif maupun negatif, wajar dirasakan. Kamu juga tidak wajib untuk selalu semangat dan ceria. Karena memang ada masanya kamu kehabisan energi dan butuh waktu sendiri sebelum kembali menjalani aktivitas.
Bila kamu sedang mengalami masa ini, perlu diingat bahwa apa pun emosi yang dirasakan adalah valid. Tidak hanya fisik, jiwamu juga butuh istirahat saat merasa lelah. Sehingga kamu tidak perlu memaksa diri untuk semangat saat jiwamu memang sedang butuh istirahat.
Pergunakan waktu istirahatmu dengan baik. Bisa dengan meditasi, olahraga, tidur siang, hingga merenung. Sehingga kamu bisa merasa lebih tenang dan energimu pulih dengan cepat.
Merasa down itu wajar terjadi tapi di sisi lain kamu juga tidak boleh berlarut-larut dalam emosi yang buruk. Beri batasan bagi dirimu untuk memulihkan diri kemudian cepat bangkit untuk mengejar ketertinggalan selama masa istirahatmu kemarin.
Karena walau emosi ini wajar dirasakan, tapi kamu pasti tentu tidak mau terus merasa down, bukan?
Sehingga cobalah gali akar penyebab masalahnya, kemudian 'sembuhkan' agar tidak kumat lagi.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Tak Hanya Sesama Teman, Saat Guru dan Dosen Juga Jadi Pelaku Bully
-
Kisah Relawan Kebersihan di Pesisir Pantai Lombok
-
Viral Tumbler KAI: Bahaya Curhat di Medsos Bagi Karier Diri dan Orang Lain
-
Ricuh Suporter Bola hingga War Kpopers, Saat Hobi Tak Lagi Terasa Nyaman
-
Budaya Titip Absen: PR Besar Guru Bagi Pendidikan Bangsa
Artikel Terkait
-
Mendewasa Dengan Luka, Bagaimana Masa Lalu Memberi Kesan kepada Emosi Diri
-
Semangat Belajar Gadis Yatim Piatu dalam Novel Mendung di Atas Casablanca
-
Menyelami Emosi dan Etika Penggunaan AI dalam Film Mothernet
-
Ulasan Buku Penat, Cara Mengelola Emosi Ketika Hidup Terasa Hambar
-
Belajar Mengontrol Emosi Melalui Buku Control Your Ego Karya Bian Altrius
Kolom
-
Peer Preasure dan Norma Feminitas: Ketika Bullying Halus Menyasar Perempuan
-
Sekolah Darurat Pembullyan, Kritik Film Dokumenter 'Bully'
-
Korban Bullying Memilih Bungkam, Ada Sebab Psikologis yang Jarang Disadari
-
Pejabat Asal Bicara: Apakah Tanda Krisis Retorika yang Tumpul?
-
Deforestasi: Investasi Rugi Terbesar dalam Sejarah Pembangunan Indonesia
Terkini
-
Virgoun Tanggapi Isu Rujuk dengan Inara Rusli, Tolak Mentah-Mentah?
-
Redmi TV X 2026 Resmi Rilis: Harga Rp 5 Jutaan, Bawa Panel Mini LED 55 Inci
-
6 HP Rp 7-10 Jutaan Terbaik 2025: Mana yang Masih Worth It Dibeli di 2026?
-
Review Film 13 Days, 13 Nights: Ketegangan Evakuasi di Tengah Badai Taliban
-
Debut Sutradara Lewat Film Timur, Iko Uwais Tuai Pujian: Nggak Kalah Keren dari Jadi Aktor!