Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Fathorrozi 🖊️
Novel Mendung di Atas Casablanca (Doc.Pribadi/Fathorrozi)

Novel Mendung di Atas Casablanca ini menceritakan perjuangan seorang gadis yang ditinggal mati ibunya, sementara ayahnya beristri lagi dan tinggal di tempat yang jauh. Gadis itu bernama Tyas. Ia sangat semangat untuk melanjutkan hidup dan terus belajar di sekolah meski hidup berdua hanya dengan neneknya.

Tyas bukan gambaran gadis metropolitan yang hidup terseret arus kemajuan zaman. Ia adalah anak yatim piatu. Ia gadis perkasa, yang mencoba menaklukan hidup dengan tetesan keringat dan helaan nafasnya, walau di balik semua itu hatinya bagai bejana retak. Sepeda tuanya yang sarat beban setiap pagi dikayuhnya dengan susah payah untuk mengais uang.

Tyas digambarkan sebagai anak yang tabah dan penuh semangat menghadapi hidup yang pahit. Berapa pun uang yang didapat, ia akan bersyukur dan ikhlas. Tawanya menghapus semua keringat dan rasa letih.

Saat mendung di pagi hari yang libur itu, Tyas bertemu dengan cowok yang sedang istirahat mengayuh sepeda di atas Jembatan Casablanca. Namanya Bernie.

Baru saja rombongan bebek itu berlalu, mata Bernie menangkap sosok semampai dengan penampilan lain, mandi peluh di samping sepedanya yang sarat muatan. Mungkin perlu pertolongan, pikir Bernie, saat melihat gadis itu seolah kehabisan tenaga. (Halaman 11).

Itulah awal pertemuan Tyas bersama Bernie. Selanjutnya, mereka saling berkenalan dan janjian untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya. Tyas akhirnya mengungkapkan kepada Bernie siapa dia sebenarnya.

"Ibu meninggal waktu umurku lima tahun, tiga tahun kemudian ayahku menikah lagi, lalu tinggal di Manado karena istrinya mengajak mengolah perkebunan kelapa sawitnya ketimbang hidup di sini susah. Sekarang sudah punya empat anak lagi, hampir-hampir tak pernah menjengukku karena repot. Terakhir aku bertemu dengannya lima tahun yang lalu. Dia kadang-kadang mengirim uang walau tak seberapa, aku mengerti untuk hidup sendiri saja susah." (Halaman 29).

Tyas pernah diajak untuk tinggal bersama mereka di Manado, namun ia tidak mau, sebab kasihan kepada neneknya yang hidup seorang diri.

"Mana tega meninggalkan Eyang Putri sendirian? Eyang hidup sendiri sejak muda, membesarkan ibuku, anak satu-satunya, dan aku juga cucu satu-satunya. Jadi hanya aku milik terakhirnya." (Halaman 29).

Bernie sangat senang bisa kenal dan berteman dengan Tyas. Bernie kagum kepadanya, karena hidup Tyas penuh dengan semangat.

Tyas mengaku dirinya memang harus selalu semangat dan berjuang keras. Ia ingin terus sungguh-sungguh dalam belajar, bukan sekadar ingin pandai, namun ia berharap suatu saat dapat beasiswa sehingga dapat meringankan beban Eyang putrinya.

Setiap pagi bakda Subuh Tyas rutin mengantarkan kue buatan para tetangganya itu kepada para pemesan. Ia berangkat sangat pagi, sebab sekolah Tyas juga masuk pagi. Hasil mengantarkan kue-kue itu, ia tabung untuk biaya hidup dan melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi.

Dengan membaca buku novel ini, pembaca akan tersentuh hatinya untuk semakin bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah, serta kian semangat untuk belajar demi menyongsong kehidupan yang kelak lebih baik.

Selamat membaca!

Identitas Buku

Judul: Mendung di Atas Casablanca

Penulis: Tika Wisnu

Penerbit: Kutubuku Sampurna Jakarta

Cetakan: I, Juli 2009

Tebal: 227 Halaman

ISBN: 978-602-95010-8-7

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Fathorrozi 🖊️