Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhammad Syawal Djamil
Ilustrasi para guru dengan beban adminitrasinya

Salah satu tantangan terbesar yang terus membayangi dunia pendidikan adalah kesenjangan yang signifikan antara kebijakan nasional yang dirancang di pusat dan implementasinya di lapangan. Ketimpangan ini berdampak langsung pada kualitas pendidikan, karena banyak satuan pendidikan, terutama di daerah terpencil, tidak mampu menerjemahkan kebijakan tersebut menjadi praktik yang efektif. 

Meskipun kebijakan pendidikan yang ditetapkan di tingkat pusat bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh, kenyataannya banyak satuan pendidikan yang belum mampu mencapainya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya koordinasi dan integrasi antara berbagai komponen pendidikan, yang menyebabkan ketidaksesuaian antara tujuan pendidikan nasional menciptakan generasi yang unggul dan berdaya saing– dengan realitas yang ada di sekolah-sekolah.

Tak hanya itu, pengelolaan sumber daya pendidikan yang tidak efisien turut memperburuk kondisi ini. Masalah pengelolaan sumber daya yang tidak efisien ini semakin memperburuk kualitas pendidikan dan menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Di sisi lain, meskipun sudah ada berbagai program untuk meningkatkan kualitas guru, pengelolaan tenaga pendidik tetap menghadirkan tantangan.

Program pelatihan yang tidak optimal, penempatan yang kurang tepat, dan pengembangan karir yang terbatas menyebabkan kualitas guru di beberapa daerah belum memenuhi harapan. Guru yang tidak terlatih dengan baik dan kurang termotivasi jelas akan memengaruhi kualitas pembelajaran yang mereka berikan kepada siswa. Kondisi ini memperburuk mutu pendidikan di tingkat dasar dan menengah.

Sistem Pengelolaan Kinerja Baru

Untuk itu, perbaikan yang menyeluruh pada sistem pengelolaan satuan pendidikan menjadi langkah yang sangat penting. Penyempurnaan kebijakan pendidikan yang lebih terintegrasi dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal harus menjadi langkah awal. Kebijakan tersebut harus mampu memberikan arah yang jelas, fleksibel, serta mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional yang lebih baik. Dengan demikian, sistem pengelolaan pendidikan diharapkan dapat berfungsi lebih efektif dan menghasilkan pendidikan berkualitas yang dapat mengurangi kesenjangan antar daerah.

Pada periode sebelumnya, memang,  pengelolaan satuan pendidikan sudah mulai diterapkan dengan baik, namun tetap ada sejumlah kekurangan yang harus dibenahi. Salah satu kendala yang masih dirasakan adalah proses penginputan data yang sangat memakan waktu dan tenaga. Proses ini sering kali menguras energi guru, karena mereka harus mengalokasikan waktu yang seharusnya digunakan untuk pengajaran ke dalam kegiatan administratif. Penginputan data yang kompleks ini, meskipun penting untuk administrasi pendidikan, telah menjadi beban tambahan yang mengurangi fokus guru dalam melaksanakan tugas utamanya sebagai pendidik.

Untuk mengatasi masalah ini, upaya untuk menyederhanakan dan mempermudah proses administrasi sangat diperlukan. Penggunaan teknologi yang lebih efisien, seperti platform digital untuk pelaporan dan evaluasi, akan sangat membantu mengurangi beban administratif ini. Dengan demikian, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah dapat lebih fokus pada tugas utama mereka, yakni meningkatkan kualitas pembelajaran dan perkembangan siswa.

Pembaharuan pengelolaan kinerja dalam dunia pendidikan bukan hanya sekadar perubahan administratif, tetapi juga sebuah langkah penting untuk menciptakan sistem yang lebih efektif dan efisien. Salah satu tujuan utama dari pembaruan ini adalah agar guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah dapat menyampaikan laporan yang lebih bermakna dan berkualitas. Tujuan ini selaras dengan harapan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), yang ingin meningkatkan kinerja tenaga pendidik tanpa memberatkan mereka dengan beban administrasi yang berlebihan.

Pengelolaan kinerja yang baik merupakan fondasi yang kuat bagi terciptanya lingkungan pendidikan yang produktif dan efektif. Namun, tantangan yang sering dihadapi oleh pendidik, terutama di daerah-daerah tertentu, adalah tumpukan tugas administrasi yang menguras waktu dan energi mereka. Ini membuat mereka kurang fokus dalam melaksanakan tugas utama mereka, yaitu mengajar, yang pada gilirannya mengganggu kualitas pembelajaran yang diterima siswa.

Sistem yang Lebih Sederhana

Untuk itu, Kemdikdasmen berusaha merancang sistem pembaruan yang dapat mengurangi beban administrasi tersebut. Dengan sistem yang lebih sederhana, guru dan kepala sekolah dapat lebih fokus pada peningkatan pembelajaran. Pembaruan ini mencakup tiga kemudahan utama: pengisian laporan dilakukan sekali setiap tahun, guru tidak lagi diharuskan mengunggah dokumen, dan pengembangan kompetensi tidak lagi berbasis poin. Dengan kemudahan ini, diharapkan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah dapat lebih efisien dalam melaksanakan tugas mereka, tanpa harus terganggu oleh proses administrasi yang rumit.

Mendikdasmen mengungkapkan, sebagaimana dikutip dari siaran persnya, bahwa pembaruan ini merupakan respons Kemendikdasmen terhadap masukan dari para guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah, terkait sistem pengelolaan kinerja sebelumnya. “Dengan penyederhanaan sistem ini, kita ingin agar guru lebih aktif terlibat sebagai pendidik dan pembimbing, menjadi mitra penting dalam penguatan pendidikan karakter, berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat, dan terlibat dalam kegiatan di satuan pendidikan,” urainya.

Pembaruan dalam pengelolaan kinerja tidak hanya berfokus pada penyederhanaan aspek administratif, tetapi juga memberikan perhatian besar pada pengembangan profesionalisme tenaga pendidik. Dengan sistem yang lebih terstruktur dan berbasis hasil konkret, diharapkan kualitas pengajaran dapat meningkat secara signifikan. Pendekatan ini memungkinkan tenaga pendidik untuk lebih fokus pada tugas utama mereka, yakni memberikan pembelajaran yang bermakna dan berorientasi pada peningkatan kompetensi siswa.

Pembaruan ini juga membuka peluang besar bagi pengawas sekolah untuk berperan lebih aktif dalam memberikan umpan balik konstruktif kepada guru. Umpan balik ini tidak hanya membantu meningkatkan kualitas pengajaran, tetapi juga memperkaya pengalaman belajar siswa secara keseluruhan. Kehadiran pengawas yang lebih terlibat dapat menciptakan suasana pendidikan yang lebih inklusif dan mendukung kolaborasi antara berbagai elemen di sekolah.

Namun, implementasi perubahan ini tidaklah mudah. Dibutuhkan komitmen penuh dan kerja sama erat dari semua pihak terkait, termasuk guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan pemerintah daerah. Pemanfaatan teknologi menjadi elemen kunci dalam mendukung keberhasilan transformasi ini, terutama dalam memperkuat budaya kolaboratif di kalangan pendidik. Dengan pelaporan yang lebih terarah dan berbasis pencapaian pembelajaran nyata, lingkungan pendidikan diharapkan menjadi lebih produktif dan inovatif.

Pada akhirnya, sebagai pendidik kita bersyukur dan yakin, bahwa pembaruan pengelolaan kinerja ini dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih fokus dan berorientasi pada hasil. Dan, dengan berkurangnya beban administratif, guru dapat lebih maksimal menjalankan peran sebagai pendidik sekaligus pembimbing untuk melahirkan generasi penerus yang lebih unggul dan kompetitif. Nah!

Muhammad Syawal Djamil

Baca Juga