Fotografer sering kali disepelekan dan tidak dihargai di sekitarnya saat melaksanakan tugas pada suatu acara. Banyak sekali orang yang ingin dipotret, tetapi mereka terlupa dengan etikanya, seperti merasa pekerjaan tersebut mudah. Saat diminta untuk memotret menggunakan kamera, menekan tombol untuk menangkap gambar saja tidak bisa.
Maka dari itu penting untuk menghargai berbagai jenis pekerjaan dalam situasi apapun. Terlihat mudah dari luar, tetapi sebaliknya dari dalam. Fotografer harus memahami The Exposure Triangle untuk dapat memotret dengan hasil yang berkualitas dan lebih dari mempelajari itu. Tanpa memahaminya tentu akan menjadi amburadul.
Selain itu, meminta foto kepada fotografer di waktu yang berdekatan dengan acara atau bahkan saat itu juga merupakan bagian dari perilaku yang tidak beretika. Bahkan, sebenarnya foto mentahan yang diambil fotografer memiliki hak cipta.
Dalam Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang menyebutkan bahwa ciptaan yang dilindungi meliputi ilmu pengetahuan, seni, sastra, dan terdiri atas karya fotografi. Oleh karena itu, biarkan fotografer melakukan editing terlebih dahulu untuk menghormati proses kreatif mereka.
Saat mengetahui harga jasa foto kepada fotografer, hal yang pertama kali dilakukan yaitu berpikir sejenak mengapa mereka memberikan rentang harga seperti itu. Mengomentari harga yang diberikan dan meminta untuk diturunkan dengan nada yang merendahkan tentu saja dianggap tidak menghargai keahlian, peralatan, dan waktu yang sudah diinvestasikan mereka.
Hasil yang bagus dan memuaskan bukan berasal dari kamera yang digunakan itu sangat mahal. Ini sama saja menyepelekan fotografer dari segi keahlian yang dimiliki. Peralatan hanyalah alat dan sementara hasil akhir berasal dari kreativitas dan pengalaman pemotret.
Oleh karena itu, sebaiknya tunggu terlebih dahulu beberapa hari agar fotografer dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan maksimal. Dimulai dari menyortir foto, melakukan edit, dan mengunggah hasilnya untuk dipublikasikan.
Pekerjaan menjadi fotografer tidaklah mudah, masih banyak rintangan yang harus dilalui. Meski begitu, mereka tetap berkomitmen untuk mengabadikan momen di sepanjang waktu. Jika kamu belum merasakan menjadi fotografer atau bahkan belum mengoperasikan kamera sekali saja, tak perlu banyak komentar negatif yang membuat luka di hati mereka.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Sungai Tungkal Meluap Deras, Begini Nasib Pemudik Sumatra di Kemacetan
-
AI Ambil Alih Estetika, Apakah Pertanda Proses Kreatif Mulai Terpinggirkan?
-
Pendidikan di Era Digital: Bagaimana Jika Ki Hajar Dewantara Tahu AI?
-
Tamansiswa dan Merdeka Belajar: Sejalan atau Berseberangan?
-
Bongkar Rahasia Cek Akun yang Berhenti Mengikuti di Instagram via ChatGPT
Artikel Terkait
-
Photo Walk Ramean: Wadah Seru Buat Pecinta Fotografi Analog
-
Foto Bareng Pratama Arhan Diselipkan di Slide Terakhir, Postingan Azizah Salsha Curi Perhatian
-
Klaim Selingkuhan Ridwan Kamil, Penampilan Asli Diduga Lisa Mariana di Foto Pernikahan Digunjing
-
Sheila Dara Sedih Lihat Tren Foto Ala Ghibli Menggunakan AI, Pertanyakan Soal Hak Cipta
-
Manfaatkan Meta, WhatsApp Luncurkan Fitur untuk Membuat Foto Profil Bertenaga AI
Kolom
-
Menelisik Jejak Ki Hadjar Dewantara di Era Kontroversial Bidang Pendidikan
-
Nilai Tukar Rupiah Loyo, Semangat Pengusaha Jangan Ikut-ikutan!
-
Ki Hadjar Dewantara dalam Revitalisasi Kurikulum yang Relevan
-
Menghidupkan Semangat Ki Hadjar Dewantara dalam Politik Pendidikan Era AI
-
Harta Koruptor Aman, RUU Perampasan Aset Mandek Lagi
Terkini
-
Dilengserkan dari Kursi Pelatih, Nasib Jesus Casas Mirip Shin Tae-yong
-
Ulasan Novel Giselle: Tragedi Menyeramkan di Balik Panggung Ballet
-
Romantisme Fans Indonesia dan Uzbekistan: Dulu Menjatuhkan, Kini Saling Menguatkan
-
3 Inspirasi Outfit Dokter Muda ala Choo Young Woo, Smart dan Professional!
-
Review Film A Working Man: Jason Statham Ngegas Lagi, tapi Tetap Seru Gak Sih?