Belakangan ini, tagar #KaburAjaDulu menjadi viral di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Tagar ini digunakan oleh banyak anak muda Indonesia untuk mengekspresikan keinginan mereka pindah ke luar negeri demi mencari peluang hidup yang lebih baik.
Pada awal kemunculannya pada Desember 2024, #KaburAjaDulu berfungsi sebagai ruang diskusi untuk berbagi tips mendapatkan pekerjaan di luar negeri, informasi beasiswa, estimasi gaji, serta tantangan beradaptasi dengan budaya asing.
Namun, sekarang tagar ini berkembang menjadi wadah bagi generasi muda untuk menyuarakan kekecewaan mereka terhadap kondisi ekonomi, politik, dan sosial di Indonesia yang dianggap masih memiliki banyak kekurangan.
Masalah seperti kenaikan harga kebutuhan pokok, beban pajak, dan kesulitan mencari pekerjaan menjadi pemicu perubahan makna dari tren ini. Beberapa faktor yang mendorong anak muda Indonesia mempertimbangkan untuk pindah ke luar negeri yaitu:
1. Peluang Karier yang Lebih Baik
Negara maju menawarkan kesempatan kerja dengan gaji yang lebih tinggi dan fasilitas yang lebih baik. Hal ini menjadi daya tarik utama bagi mereka yang merasa kurang diapresiasi di dalam negeri.
Mengutip dari IDP Hotcourses, ada beberapa negara yang membuka kesempatan kerja bagi mahasiswa internasional dengan gaji tinggi setelah mereka lulus.
Seperti halnya Negara Australia yang menyediakan Graduate Visa bagi lulusan Internasional yang baru saja menyelesaikan studi mereka di Australia. Visa ini memungkinkan pemegangnya untuk tinggal, bekerja, dan mendapatkan pengalaman kerja di Australia setelah lulus.
2. Kualitas Hidup yang Lebih Tinggi
Banyak yang percaya bahwa tinggal di luar negeri dapat memberikan kualitas hidup yang lebih baik, termasuk akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan yang lebih unggul. Salah satunya bisa dilihat dari Negara Jepang yang memiliki sektor unggulan di bidang teknologi, pendidikan dan manufaktur.
3. Kekecewaan terhadap Kondisi Dalam Negeri
Keterbatasan lapangan kerja, nepotisme, dan kurangnya penghargaan terhadap inovasi menjadi faktor pendorong lainnya. Anak muda merasa bahwa potensi mereka tidak maksimal jika tetap tinggal di Indonesia.
Fenomena ini berpotensi menyebabkan brain drain, yaitu migrasi tenaga kerja terampil ke luar negeri, yang dapat merugikan Indonesia dalam jangka panjang. Kehilangan talenta terbaik dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan inovasi di dalam negeri.
Selain di X, tagar #KaburAjaDulu juga muncul di platform media sosial lainnya seperti TikTok dan Instagram, dimana pengguna berbagi pengalaman dan pandangan mereka terkait keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri.
Tagar #KaburAjaDulu mencerminkan aspirasi dan kekecewaan anak muda Indonesia terhadap kondisi saat ini. Tentu saja, kabur bukan perkara yang mudah, karena nantinya akan ada tantangan lain yang perlu dihadapi.
Untuk mengatasi fenomena ini, diperlukan perbaikan dalam berbagai aspek, seperti peningkatan kesempatan kerja, penghargaan terhadap inovasi, dan perbaikan kualitas hidup di dalam negeri. Dengan demikian, diharapkan generasi muda dapat melihat masa depan yang cerah tanpa harus meninggalkan tanah air.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Kondangan Akademik dan Hutang Sosial yang Tak Tertulis
-
Semangkuk Soto Ayam: Bahasa Cinta Ibu yang Selalu Menyambutku
-
4 Inspirasi Gaya Rambut ala Ziva Magnolya yang Cocok Buat Pipi Chubby!
-
Tampil Stylish dengan Rambut Pendek? 5 Gaya Kim Sohyun Ini Bisa Kamu Tiru!
-
5 Outfit dan Hairdo ala Moon Ga Young, Tampil Kece di Segala Suasana!
Artikel Terkait
-
Presiden Prabowo Teriak 'Hidup Jokowi' saat HUT Gerindra, Langsung Jadi Trending Terlama di X
-
Gita Savitri di Jerman Kuliah Apa? Kini Ikut Buka Suara soal Seruan 'Kabur Aja Dulu'
-
Ramai Kabur Aja Dulu, Gitasav Ungkap Suka Duka Jadi Imigran
-
Viral 'Kabur Aja Dulu', Ini 8 Bahasa Asing Paling Berguna buat Cari Kerja di Luar Negeri
-
Tanggapi Seruan Kabur Aja Dulu, Anies: Nasionalisme Bukan soal di Mana Kita Tinggal, tapi...
Kolom
-
Whoosh: Antara Kebanggaan Nasional dan Tuduhan Mark-Up
-
Delman di Tengah Asap Kota: Romantisme yang Menyembunyikan Penderitaan
-
Satu Tahun Prabowo Gibran: Antara Kepuasan Publik dan Kegelisahan Kolektif
-
Boleh Cuti Haid, Asal Ada Bukti: Kenapa Hak Perempuan Harus Diverifikasi?
-
Ketika Laki-Laki Takut Sama Perempuan Sukses: Fenomena Men Marry Down
Terkini
-
Lagi Viral! Dirty Vote II o3 Rilis di YouTube dan Bongkar Oligarki
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Jelang FIFA Matchday November, Jabatan Pelatih 3 Negara ASEAN Ini Masih Lowong! Mana Saja?
-
15 SMK Siap Melaju ke Final Olimpiade Jaringan MikroTik 2025 di Yogyakarta
-
Sama-Sama Dipecat Sepihak, Lebih Mending Mana Nasib Masatada Ishii dan STY?