Gimana rasanya kalau suatu hari kamu bangun tidur, buka berita, dan tiba-tiba lihat nama Ifan Seventeen bukan lagi sebagai penyanyi, tapi sebagai bos di PT Produksi Film Negara (PFN)? Ya, itu kejadian. Riefian Fajarsyah alias Ifan Seventeen resmi ditunjuk jadi Direktur Utama PFN, dan nggak butuh waktu lama buat keputusan ini jadi perbincangan panas.
Sebagai vokalis band yang melejit lewat lagu-lagu mellow seperti Jaga Selalu Hatimu dan Kemarin, nama Ifan memang sudah lama dikenal publik. Namun, jadi orang nomor satu di perusahaan film negara? Ini jelas keputusan yang bikin banyak orang angkat alis. Wajar, karena PFN itu bukan perusahaan sembarangan. Ini adalah BUMN yang punya sejarah panjang di dunia perfilman Indonesia, meskipun belakangan lebih sering terdengar karena masalah internalnya.
Publik pun langsung bereaksi. Ada yang bingung, ada yang marah, ada yang sekadar ketawa getir. Pertanyaannya, apakah Ifan punya kapabilitas buat mimpin PFN? Atau ini cuma langkah politis yang ujung-ujungnya bakal nambah daftar panjang keputusan absurd di negeri ini?
Aktor Fedi Nuril bahkan sampai angkat suara, menyindir kalau ini bertentangan sama janji Presiden Prabowo yang menekankan pentingnya sistem berbasis prestasi. Kalau kita lihat rekam jejak Ifan, emang sih dia bukan orang baru di industri kreatif. Dia mengaku punya Production House sejak 2019 dan pernah jadi executive producer di beberapa proyek film. Namun, memangnya cukup pengalaman itu buat menangani perusahaan sekelas PFN yang lagi banyak masalah?
PFN itu bukan cuma soal bikin film, tapi juga soal bisnis besar. Sebagai perusahaan film milik negara, PFN punya tugas yang jauh lebih kompleks dibanding PH biasa. Mereka harus bisa mengelola anggaran, bernegosiasi dengan pemerintah dan industri, serta menghadapi tantangan distribusi film nasional di era digital.
Kalau kita bandingkan sama industri musik, beda banget. Di musik, seorang vokalis band bisa sukses tanpa perlu mikirin laporan keuangan atau strategi perusahaan. Si PFN? Seorang Dirut nggak bisa cuma mengandalkan kreativitas, dia juga harus paham bisnis, birokrasi, dan ekosistem perfilman secara keseluruhan.
Terus yang bikin situasi ini makin kompleks adalah fakta bahwa PFN saat ini bukan dalam kondisi sehat-sehat aja. Ini bukan perusahaan yang sedang berkembang pesat dan tinggal dikasih sentuhan kreatif. Justru sebaliknya, PFN itu ibarat rumah yang lagi kebakaran.
Kalau mau objektif, kita bisa lihat ini dari dua sisi.
Dari sisi negatif, penunjukan Ifan bisa dianggap sebagai keputusan yang nggak bijak. PFN butuh pemimpin yang nggak cuma paham film, tapi juga ngerti manajemen perusahaan besar, bisa bernegosiasi soal pendanaan, dan ngerti cara bikin perusahaan negara ini relevan di era digital. Meskipun Ifan punya pengalaman di dunia hiburan, memimpin PFN jelas bukan hal yang sederhana.
Namun, dari sisi positif, ada kemungkinan ini malah jadi gebrakan baru. Industri kreatif nggak melulu tentang pengalaman teknis. Kadang, fresh perspective dari orang luar bisa bawa perubahan yang nggak kepikiran sebelumnya. Kalau Ifan bisa ngebuktiin kalau dia bukan cuma sekadar "pajangan", tapi sungguh punya visi yang kuat buat PFN, siapa tahu ini malah jadi titik balik perusahaan ini.
Lagi pula, kita juga nggak bisa menutup mata, banyak pemimpin di berbagai bidang yang datang dari latar belakang berbeda dan tetap bisa sukses. Contohnya, di dunia teknologi, Elon Musk bukan seorang insinyur roket, tapi dia sukses memimpin SpaceX. Bedanya, Elon Musk punya track record luar biasa di bidang bisnis dan inovasi. Nah, Ifan punya rekam jejak yang cukup kuat untuk jadi Dirut PFN?
Sebagai BUMN, PFN seharusnya dipimpin seseorang yang benar-benar paham industri perfilman dan punya pengalaman di level manajerial yang tinggi. Bukan berarti sosok musisi nggak bisa sukses di industri film, tapi posisi Dirut itu tanggung jawabnya besar banget. Kalau salah kelola, bukan cuma PFN yang rugi, tapi juga ekosistem perfilman nasional secara keseluruhan.
Kalau dalam beberapa bulan ke depan PFN masih jalan di tempat, atau malah tambah kacau, berarti kita semua berhak buat bilang: "Ya kan, udah dibilangin dari awal!"
Terus kalau ternyata Ifan berhasil bikin gebrakan dan membawa PFN ke level yang lebih baik, ya mungkin kita harus siap buat terima kenyataan, 'dagelan tingkat Dewa' ini ternyata punya akhir yang nggak kita sangka-sangka. []
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Review Film A Nice Indian Boy: Romantis, Realistis, dan Rekatable
-
Review Film Tabayyun: Menggali Luka, Mencari Cinta, dan Menerima Takdir
-
Review Film Pembantaian Dukun Santet: Teror dengan Cerita yang Tergesa-gesa
-
Review Film The Surfer: Semacam Studi Karakter yang Suram
-
Review Film Bonjour Tristesse: Adaptasi yang Lebih Kalem dan Nyeni
Artikel Terkait
-
4 Outfit Simpel ala Jeonghan SEVENTEEN yang Pas Buat Hangout Stylish!
-
Bucin Tanpa Batas, Intip Isi Hati Member SEVENTEEN Lewat Lagu 'Crush'
-
Wonwoo x Mingyu SEVENTEEN Bittersweet, Saat Cinta Tak Bisa Saling Memiliki
-
Comeback Mei, SEVENTEEN Suguhkan Nuansa Seram di Trailer DARE OR DEATH
-
Membara, SEVENTEEN Ajak Penggemar Gigih Mengejar Mimpi Lewat Lagu 'HIT'
Kolom
-
Menggempur Prokrastinasi: Strategi Mahasiswa Menaklukkan Si Penunda Tugas
-
Eksploitasi Kemiskinan dan Ketimpangan Digital dalam Pemindaian Iris Mata
-
Dosen Prodi PBSI Itu Ibarat Penyulut Cinta pada Kata dan Budaya
-
Antara Api Passion dan Magnet Prospek: Memilih Jurusan di Era Tren Karier
-
Menulis Jurnal sebagai Cermin Jiwa Mahasiswa di Tengah Hingar Kuliah
Terkini
-
Review Film Il Mare, Kisah Romansa Lintas Waktu yang Bikin Baper
-
RIIZE Ungkap Harapan Masa Depan di Lagu Terbaru Bertajuk 'Another Life'
-
Review Film A Nice Indian Boy: Romantis, Realistis, dan Rekatable
-
The First Night With The Duke Rilis Poster Perdana, Siap Bikin Baper?
-
Cinta yang Tak Direncanakan: Pelajaran dari Cahaya Bintang Tareem