Hari Raya Idul Fitri atau yang biasa kita kenal lebaran menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu. Lebaran menjadi ikon kemenangan bagi umat Islam, setelah berhasil menjalani ibadah puasa sebulan penuh.
Pada hari lebaran, raut wajah kebahagiaan akan terpatri dari orang-orang yang ada di sekitar kita. Suasana kumpul bersama keluarga akan melahirkan cerita yang tak dapat tergantikan, apalagi ucapan kata ‘minal aidzin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin’, akan menggema dan menjadi momok yang sangat dirindukan pada setiap insang manusia.
Hari lebaran juga selalu diidentikkan dengan berbagai jenis makanan yang tersaji pada setiap rumah-rumah, ini diperuntukkan bahwa lebaran menjadi momen untuk mempererat silaturahmi yang tentu akan ada berbagai jenis sajian makanan yang siap. Semua orang bisa mencicipi berbagai kuliner di hari lebaran dengan penuh rasa bangga dan kebahagiaan.
Dari berbagai jenis makanan yang tersedia di hari raya Idul Fitri, ada satu hidangan yang selalu menjadi bintang utama, tidak lain dan tak bukan ialah ketupat.
Di Indonesia, setiap momen hari raya, aroma harum dan cita rasa lezat menyatu dalam satu hidangan klasik yang tidak pernah absen setiap tahunnya, yakni ketupat.
Kuliner khas yang satu ini, bukan hanya sekedar hidangan semata, tetapi juga menjadi simbol budaya dan tradisi yang sudah mengakar kuat di masyarakat Indonesia. Ketupat menjadi ikon lebaran yang tak lekang oleh waktu, melintas dari generasi ke generasi dari setiap zamannya.
Menyadur dari suara.com, ketupat sudah dikenal di Indonesia sejak abad ke-15, utamanya di pulau Jawa. Makanan ini menjadi tradisi di hari lebaran yang berkembang seiring dengan penyebaran Islam di Nusantara.
Salah satu tokoh yang memperkenalkan ketupat sebagai simbol perayaan Idul Fitri yakni Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga memanfaatkan ketupat sebagai media dakwah, dengan menggabungkan ajaran Islam dan budaya lokal.
Melalui pendekatan ini, Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat sebagai simbol perayaan hari raya Islam, sehingga masyarakat dengan mudah menerima ajaran Islam waktu itu. Simbol ini pun makin meluas diketahui masyarakat, utamanya pada masa pemerintahan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Raden Patah.
Penggunaan janur kuning yang dianyam sebagai pembungkus ketupat juga memiliki makna tersendiri. Daun kelapa muda atau janur kuning waktu itu banyak ditemukan di daerah pesisir, yang menjadi ciri khas masyarakat Jawa.
Masyarakat pesisir yang terbiasa menggunakan janur untuk makanan khas mereka mendorong Sunan Kalijaga untuk menjadikan ketupat sebagai bagian dari dakwah Islam.
Dengan pendekatan ini, ajaran Islam di Jawa lebih mudah diterima oleh masyarakat karena tidak menghilangkan budaya yang sudah lama ada sebelumnya.
Ketupat memiliki makna filosofis yang amat mendalam. Anyaman dari janur kuning yang rumit melambangkan kompleksitas kehidupan manusia. Sementara, beras yang dibungkus di dalamnya melambangkan kesucian hati setelah sebulan berpuasa. Setelah dimasak, ketupat yang berwarna putih melambangkan bersihnya dari dosa.
Ketupat juga menjadi simbol kebersamaan. Proses pembuatan ketupat sering kali melibatkan seluruh anggota keluarga, mulai dari menganyam janur hingga memasak beras. Momen ini tentu mempererat tali silaturahmi dan menciptakan kenangan indah. Saat lebaran tiba, ketupat disajikan di meja makan yang menjadi sajian utama.
Di era sekarang ini, ketupat tetap menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari perayaan lebaran. Walaupun banyak makanan modern yang bermunculan, ketupat tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia.
Ketupat lebaran menjadi simbol kuliner yang tak lekang oleh waktu. Ia bukan hanya sekedar makanan, tetapi representasi dari sejarah, budaya, dan nilai-nilai luhur masyarakat Indonesia. Semoga ketupat terus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perayaan hari lebaran, yang membawa kebahagiaan dan kebersamaan bagi kita semua.
Baca Juga
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Lebaran dan Media Sosial, Medium Silaturahmi di Era Digital
-
Dari Ruang Kelas ke Panggung Politik: Peran Taman Siswa dalam Membentuk Identitas Bangsa
-
Menelisik Sosok Ki Hajar Dewantara, Pendidikan sebagai Senjata Perlawanan
-
10 Aksesoris Tablet yang Membuat Nyaman Kerja saat Mudik
Artikel Terkait
-
Beda Cara Lebaran Pertama Ruben Onsu dan Bobon Santoso usai Mualaf, Ada yang Terkesan Main-main
-
Ucapan Selamat Lebaran 2025 dari Shin Tae-yong: Waktunya Memaafkan
-
Warteg Lewat, Ini 7 Kuliner Khas Tegal yang Cuma Ada saat Lebaran
-
Cerita Pilu Vadel Badjideh Usai Lewatkan Malam TakbirandiPenjara
-
35 Ucapan Minta Maaf Sungkeman saat Lebaran dari Anak pada Orang Tua
Kolom
-
Jalan Terjal Politik Ki Hajar Dewantara: Radikal Tanpa Meninggalkan Akal
-
Lebaran: Hari Kemenangan Sekaligus Kekalahan
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Mudik dan Reuni Keluarga: Antara Kebahagiaan dan Pertanyaan Menyebalkan
-
Kontroversi: Ghiblifikasi AI Lukai Hayao Miyazaki, 'AI Tak Punya Jiwa'
Terkini
-
Film 6/45: Perebutan Tiket Lotere yang Berakhir Serangkaian Negosiasi Kocak
-
4 Drama Jepang yang Tayang Bulan April 2025, Siap Masuk Watchlist Kamu
-
Sinopsis Drama Shine on Me, Drama Romantis yang Dibintangi Zhao Jin Mai
-
Ulasan Film China Just for Meeting You: Manisnya Romansa Remaja saat SMA
-
Review The Residence: Serial Whodunit Seru dengan Sentuhan Komedi