Lebaran menjadi momen spesial bagi masyarakat Indonesia. Perayaan yang sarat dengan tradisi ini menjadi ajang berkumpul bersama keluarga, mempererat silaturahmi, serta menjaga keharmonisan.
Untuk tahun ini, kita melaksanakan hari raya Idul Fitri 1446 H jatuh pada tanggal 31 Maret 2025 sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah. Di momen ini, kita bisa menyaksikan raut wajah kebahagiaan dari orang-orang yang ada di sekeliling kita.
Ajang silaturahmi dengan saling memaafkan akan terpatri pada tiap-tiap individu manusia, tak terkecuali berbagai aneka ragam makanan khas yang siap menamani di momen lebaran.
Dulu, perayaan lebaran dengan mempererat silaturahmi dilakukan dengan cara berkunjung di setiap rumah-rumah tetangga. Namun, seiring perjalanan waktu perayaan lebaran dengan ajang menjaga silaturahmi mengalami transformasi yang cukup signifikan. Silaturahmi tidak hanya dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung saja, tetapi kini sudah bisa dilakukan dengan bantuan teknologi canggih.
Cara menjaga silaturahmi di hari lebaran mengalami perubahan yang signifikan, utamanya bagi kalangan generasi Z.
Tradisi lebaran di tengah perubahan zaman
Lebaran identik dengan tradisi, seperti mudik ke kampung halaman, salat Idul Fitri, bermaaf-maafan, hingga berbagi rezeki melalui THR. Namun, dengan perkembangan zaman, kebiasaan tersebut mulai mengalami penyesuaian.
Dulu, ucapan lebaran dilakukan dengan mendatangi langsung rumah keluarga atau kerabat. Namun kini, banyak generasi Z melakukan ucapan lebaran dengan mengirimkan pesan melalui media sosial, video call, atau menggunakan aplikasi pesan instan. Walaupun lebih praktis, penggunaan teknologi ini tidak sepenuhnya menggantikan makna silaturahmi secara langsung.
Peran penting media sosial dalam merayakan lebaran
Media sosial memiliki peran yang sangat penting dalam perayaan lebaran, utamanya bagi mereka yang tak bisa berkumpul bersama keluarga. Berkat adanya teknologi, kita bisa tetap terhubung dengan keluarga yang jauh melalui video call. Ini bisa menjadi tempat untuk bisa melihat raut wajah kebahagiaan dengan keluarga tercinta meskipun dengan bantuan tatapan layar.
Di samping itu, media sosial juga sering dimanfaatkan oleh generasi Z untuk merayakan lebaran. Berbagai unggahan tentang lebaran, seperti foto bersama keluarga, video perjalanan mudik, hingga konten kreatif tentang makanan khas lebaran, yang banyak kita temukan dari berbagai platform. Ini tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kalangan yang aktif dalam berselancar di media sosial.
Tantangan menjaga tradisi di era digital
Meskipun memberikan kemudahan, namun media sosial memiliki tantangan dalam menjaga esensi lebaran. Beberapa tantangan ini harus diperhatikan, utamanya generasi Z agar tradisi tetap terjaga di tengah gempuran media sosial.
1. Mengutamakan interaksi nyata
Walaupun media sosial atau teknologi komunikasi membantu untuk bisa terhubung dengan orang-orang jauh, namun interaksi langsung tetap memiliki nilai yang lebih mendalam. Ini harus menjadi perhatian bagi kita semua, bahwa interaksi langsung itu lebih penting dan mesti diupayakan untuk tetap bisa bertemu langsung dengan keluarga maupun kerabat.
Jika waktu yang tidak memungkinkan untuk bertemu langsung, di sinilah peran penting media sosial untuk tetap bisa terhubung dengan orang-orang tercinta. Artinya, media sosial bisa menjadi solusi sebagai media silaturahmi ketika silaturahmi langsung tidak dapat dilakukan.
2. Menjaga etika digital
Mengucapkan selamat lebaran melalui media sosial tentu sangat praktis, tetapi perlu untuk tetap menjaga etika. Menggunakan bahasa yang sopan, menghindari penyebaran informasi hoaks, serta tidak berlebihan dalam membagikan momen pribadi adalah beberapa hal yang patut dijaga agar lebaran lebih bermakna.
3. Memanfaatkan teknologi dengan bijak
Teknologi bisa dimanfaatkan untuk memperkaya tradisi lebaran, misalnya dengan membuat konten kreatif tentang makna lebaran, berbagi kisah inspiratif, atau bahkan mengadakan silaturahmi virtual bagi yang tidak bisa bertemu langsung.
Media sosial banyak mengubah cara masyarakat bersilaturahmi saat lebaran. Walaupun memberikan kemudahan dalam berkomunikasi, tapi penting untuk tetap menjaga keseimbangan silaturahmi secara langsung dan virtual agar nilai kebersamaan tidak memudar.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Ketupat Lebaran: Ikon Kuliner yang Tak Lekang oleh Waktu
-
Dari Ruang Kelas ke Panggung Politik: Peran Taman Siswa dalam Membentuk Identitas Bangsa
-
Menelisik Sosok Ki Hajar Dewantara, Pendidikan sebagai Senjata Perlawanan
-
10 Aksesoris Tablet yang Membuat Nyaman Kerja saat Mudik
Artikel Terkait
-
Lebaran Pertama Jadi Wagub Jakarta, Rano Karno Gelar Open House di Rumah 'Si Doel'
-
Bangkit dari Perceraian, Sherina Munaf Temukan Ketenangan di Pelukan Keluarga Saat Lebaran
-
Jakarta Lengang Lebaran, Gubernur Pramono Anung Pamer Gaya Kasual di Bundaran HI
-
Minat Kerja Jadi ART Infal Lebaran Naik 48 Persen, Tapi Kok Permintaan Malah Turun?
-
Kenapa Pohon Tidak Bergerak Saat Lebaran? Ini Penjelasan Menurut Perspektif Agama dan Sains
Kolom
-
Lebaran di Tengah Gempuran Konsumerisme, ke Mana Esensi Kemenangan Sejati?
-
Jalan Terjal Politik Ki Hajar Dewantara: Radikal Tanpa Meninggalkan Akal
-
Lebaran: Hari Kemenangan Sekaligus Kekalahan
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Mudik dan Reuni Keluarga: Antara Kebahagiaan dan Pertanyaan Menyebalkan
Terkini
-
Jamu CAHN FC, PSM Makassar Optimis Mampu Tembus Babak Final ACC 2025
-
Carlo Ancelotti Wajib Jaga Fokus Pemain, Imbas Jadwal Padat Real Madrid?
-
Pihak Kim Sae-ron Kembali Rilis Video Baru Usai Bantahan Kim Soo-hyun
-
4 Rekomendasi Short Drama China Buat yang Suka Cerita Padat Bikin Nagih
-
Review Film High Rollers: Antara Cinta dan Misi Mustahil di Meja Perjudian