Sehat dan mahal sering kali disandingkan sebagai kata yang sepadan. Karena kalau sudah sakit, seseorang bisa sampai habis-habisan sangking mahalnya biasa pengobatan.
Selain itu, di saat sehat, kita juga butuh uang untuk menjaga kesehatan. Seperti misalnya makan makanan 4 sehat 5 sempurna, vitamin, hingga suplemen kesehatan.
Namun ada yang bilang kalau sehat itu tak perlu mahal. Kita bisa mulai dari olahraga gratis yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Seperti misalnya jalan dan lari.
Kemudian makanan tinggi gizi seperti tempe, tahu, sayuran, kacang-kacangan dan buah dari hasil panen sendiri.
Lantas, mengapa sehat seringkali disebut mahal padahal beli makanan bergizi tetap butuh uang?
Sehat itu Mahal
Sehat itu memang mahal. Meski makanan murah di sekitar kita banyak yang bisa dimakan dan punya nilai gizi, tapi untuk mengolahnya tetap butuh uang.
Kita mungkin sering melihat makanan atau jajanan yang mungkin sebenarnya sehat. Namun proses memasak dan bahan yang ditambahkan di dalamnya membuat makanan ini jadi tidak sehat.
Seperti banyak gula, banyak lemak, banyak garam, zat pewarna, zat pengawet, hingga penggorengan. Bahan tambahan dan proses memasak ini seringkali menipu konsumen. Dimana banyak orang mengira apa yang mereka makan itu tinggi protein atau serat. Namun ternyata zat berbahaya di dalamnya sama banyaknya atau justru lebih banyak dari gizinya.
Di lain sisi, untuk bisa menikmati makanan yang benar-benar sehat. Mulai dari bahan yang organik, proses memasak yang tepat, hingga bahan tambahan yang tidak tinggi gula dan garam, pasti harganya jauh lebih mahal.
Dimana tidak semua masyarakat punya daya beli di level ini. Belum lagi makanan yang sehat biasanya tidak seenak makanan yang tidak sehat. Sehingga sebagian orang tidak tertarik untuk menyantapnya. Karena lidahnya sudah terbiasa dengan makanan atau minuman yang tinggi gula atau garam.
Bahkan parahnya, dilansir melalui YouTube Sepulang Sekolah, meski sudah membeli makanan dengan harga mahal atau berlabel sehat seperti 'organik', ternyata makanan tersebut belum tentu sehat. Karena label tersebut hanyalah trik marketing agar produknya laku.
Beli Makanan Sehat Tetap Butuh Uang
Meski punya bentuk badan ideal, tapi nyatanya tidak semua orang sehat. Bisa jadi karena masa lemak dalam tubuhnya yang di atas normal dan lain sebagainya. Sehingga ia tetap butuh diet.
Jadi diet sebenarnya bukan hanya untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Namun yang paling penting adalah agar punya tubuh yang sehat.
Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi gula, lemak, gorengan, dan tepung. Melihat semua ini, opsi makanan tentu akan semakin terbatas, terlebih yang harganya murah. Karena makanan murah biasanya cenderung kaya akan bahan-bahan di atas. Jadi beli makanan sehat tetap butuh uang.
Lalu beralih ke olahraga. Jenis aktivitas jalan dan lari mungkin sama sehatnya. Lagipula ini gratis. Namun untuk membuat tubuh yang sehat terkadang dibutuhkan aktivitas fisik yang lain selain jalan atau lari. Seperti gym, pilates, yoga, dan sebagainya.
Sehingga lagi-lagi ingin punya tubuh yang sehat lagi-lagi butuh uang.
meskipun terdengar indah bahwa sehat tak harus mahal, realitasnya menjaga kesehatan tetap membutuhkan biaya. Baik dalam bentuk makanan bergizi, pola hidup sehat, hingga aktivitas fisik yang beragam. Meskipun ada beberapa cara murah untuk hidup sehat, tetap saja butuh komitmen, waktu, dan uang agar semua itu berjalan maksimal. Maka dari itu, daripada bilang “sehat itu murah”, mungkin lebih tepat jika kita berkata “sehat itu investasi.”
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Bedah Lagu AB6IX NVKED: Genre Dance Funky yang Suarakan Keberanian
-
Lebih dari Sekadar Mimpi yang Jadi Nyata, Ini Makna Lagu J-Pop ME:I Berjudul Muse
-
Trend Musik Beigepop di Lagu Debut KPop HITGS 'Sourpatch'
-
NCT DREAM Ceritakan Cinta Monyet yang Polos dan Menggebu di Lagu My First and Last
-
UNIS 'Swicy': Karakter Kontras dalam Jati Diri Manusia yang Patut Dirayakan
Artikel Terkait
-
7 Makanan yang Bisa Memicu Migrain Parah Jika Dikonsumsi Berlebihan
-
Tips Bahas Masa Depan Bersama Pasangan Tanpa Menekan
-
Running for Passion: Kampanye Sehat yang Dukung Gaya Hidup Aktif Para Pelari!
-
Emas Logam Mulia vs Emas Perhiasan: Pilih yang Mana di Tahun 2025?
-
20 Tahun Hidup Sehat, Ganindra Bimo Tetap Bisa Makan Enak
Kolom
-
Akankah Film Jumbo Menumbangkan Film KKN di Desa Penari?
-
Mengupas Cara Netflix dan Spotify Membentuk Hiburan Gen Z
-
Guru Muda di Kantor! Gen Z dan Pesona Reverse Mentoring
-
Menilik Program, Konten, dan Viralitas: Semakin Viral, Semakin Tak Bermoral
-
Mengungkap Kurangnya Minat Siswa terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia
Terkini
-
Buntut India-Pakistan, Peresmian Patung Shah Rukh Khan-Kajol Harus Ditunda
-
Thailand Open 2025 Day2: Laga 12 Wakil Indonesia, Ganda Putri Perang Saudara
-
TWS 'Lucky to be Loved' Rasa Terima Kasih Atas Dukungan dan Cinta Tulus
-
Debut Bobby/Melati di Turnamen BWF Papan Atas, Upaya Buktikan Konsistensi
-
Esensi TXT 'Love Language': Ketahui Bahasa Cinta Demi Dapatkan Hati Dia