Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Rizky Pratama Riyanto
Tangkapan Layar Aplikasi Exambro (Playstore)

Ramai kecurangan dilakukan oleh pelajar di jenjang pendidikan dimulai saat melaksanakan ulangan harian dan ujian tengah atau akhir semester, baik dilaksanakan secara daring atau luring. Budaya siswa menyontek saat ujian sebenarnya sudah ada sejak dahulu.

Menyontek tidak hanya mencari jawaban menggunakan gawai, jam tangan pintar, dan alat teknologi lainnya, tetapi bisa saja diselipkan menggunakan kertas kecil, mencatat di meja atau tangan, dan lain sebagainya. Siswa yang sudah terbiasa menyontek akan makin terbiasa untuk melakukan berbagai cara dalam keterbatasan apa pun. 

Melalui ujian yang dilaksanakan secara daring bisa saja meminimalisasi tugas guru untuk memeriksa hasil jawaban siswa satu per satu, biasanya dengan menggunakan Google Formulir.

Dalam bentuk kuis saja sudah bisa diperoleh skor yang didapatkannya dan lebih praktis dibandingkan menggunakan kertas yang membutuhkan koreksi lebih lama. Ujian ini tentu salah satunya memerlukan perangkat gawai agar siswa dapat mengisi pertanyaan yang diberikan.

Ujian yang dilaksanakan secara daring ini pun untuk meminimalisasi kecurangan sering menggunakan aplikasi Riyu Exambro, di mana ketika siswa sedang melaksanakan ujian tidak dapat keluar dari halaman soal untuk menyontek.

Namun, ternyata kecurangan pastinya tetap ada dan tidak bisa dikekang, aplikasi tersebut masih bisa pula diakali dengan Floating Apps. Aplikasi ini dapat dijalankan di atas aplikasi Riyu Exambro dan bisa membuka berbagai aplikasi untuk melakukan kecurangan selama ujian berlangsung. 

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Profesor Phil Newton, pakar integritas yang berasal dari Swansea University menyatakan sebanyak 54,7% responden mengaku menyontek saat melaksanakan ujian daring.

Saat ini, menyontek bukan lagi persoalan teman sebangku menyontek teman sebelahnya yang mungkin itu pun jawabannya belum tentu benar. Namun, berbeda dengan sekarang karena menyontek bisa saja dipastikan jawaban itu benar lantaran hasil mencari di peramban web. 

Oleh karena itu, lebih baiknya jika benar-benar ingin tidak ada kecurangan maka guru diharuskan perlu membuat soal berbeda-beda setiap kelas, soal atau pertanyaan pun asli buatan sendiri bukan menyalin dari soal-soal di internet, dan lakukan pengecekan kepada setiap siswa untuk memastikan kecurangan tidak terjadi.

Dengan hal ini dapat menciptakan semua siswa melakukan kejujuran selama mengerjakan soal, bagi mereka yang suka menyontek akan merasa kesulitan untuk mencari jawaban di laman internet.

Pada akhirnya, terciptalah keadilan terhadap siswa dalam melaksanakan ujian dengan penuh kejujuran dan tanpa kecurangan. Penting sekali untuk mengubah pemikiran siswa, seperti 'dia pasti dapet nilai 90 juga karena nyontek.' 

Untuk pengingat bagi kita, menyontek tidak hanya dilakukan bagi mereka yang terbiasa. Siswa yang tidak terbiasa pun bisa mengikuti akibat pengaruh mereka. Mari ubah bersama bahwa hasil akhir bukanlah segalanya, tetapi usaha yang tak pernah terhenti itulah mencakup semuanya. 

Hargai setiap proses siswa, bukan karena hasil akhir yang didapatkan lalu dibanggakan. Setiap nilai yang didapatkan buruk bukan berarti siswa masa bodoh terhadap ujian atau ulangan.

Sedangkan setiap nilai yang didapatkan baik bukan berarti siswa itu cerdas dan tuntas dalam materi, pernyataan ini tidak untuk mengajarkan berprasangka tetapi mengajarkan bahwa semua siswa berapa pun nilai dan pencapaiannya berhak diapresiasi ketika mereka sudah berusaha maksimal.

Jadilah seorang guru yang dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk tidak menyontek, katakan bahwa nilai bukanlah segalanya. Justru dengan langkah kaki siswa untuk masuk sekolah dan mengikuti pembelajaran dengan fokus dan cermat itu sudah sangat menjadi nilai yang sangat baik.

Cobalah untuk tidak memilih-milih dan memuji siswa berdasarkan kepintarannya, tetapi cobalah untuk mendampingi dan memuji siswa yang kurang mampu memahami pembelajaran, tetapi mereka masih memiliki tekad kuat dalam belajar untuk dapat mengerti apa yang diajarkan.

Rizky Pratama Riyanto