Pernah nggak sih kamu scroll media sosial sampai jam dua pagi, lalu merasa hidupmu jauh tertinggal dari orang lain?
Melihat pencapaian orang-orang yang sudah sukses sementara kita masih berjuang di tempat yang sama, sering kali membuat hati kecil kita berbisik.
“Aku kok belum bisa seperti mereka, ya?” Rasa tidak berharga dan pikiran bahwa diri ini gagal pun mulai tumbuh tanpa disadari.
Kecemasan seperti itu sering kali terbawa hingga ke alam mimpi. Otak yang lelah, tidur yang terganggu, dan paparan media sosial tanpa henti membuat kita makin gelisah.
Tanpa sadar, gadget menjadi pemicu utama anxiety yang berlarut-larut, membuat kita terjebak dalam siklus FOMO, standar sosial, dan tekanan personal.
Saat Dunia Digital Membentuk Tekanan Tak Terlihat
Psikolog klinis, Ratih Ibrahim, dalam unggahan video di kanal YouTube Rory Asyari pada (11/7/2025) menjelaskan mengapa banyak dari kita merasa cemas dan bagaimana cara agar tetap waras di tengah gempuran tekanan sosial.
Menurut Ratih, otak yang lelah dan pola tidur yang terganggu dapat meningkatkan level kecemasan. Kebiasaan scroll media sosial tanpa henti juga menimbulkan tekanan mental berupa toxic hustle, yaitu dorongan terus-menerus untuk produktif hingga akhirnya menimbulkan burnout dan self-blaming. Kondisi ini kini banyak dialami oleh anak muda.
Ratih juga menyoroti fenomena healing yang sedang populer. Ia menjelaskan bahwa istilah ini sering disalahartikan dan diwujudkan dalam bentuk konsumtif, padahal seseorang mungkin belum mampu secara finansial. Akibatnya, niat untuk pulih justru berujung pada tekanan baru.
Dalam kehidupan sehari-hari, stres adalah hal yang tak bisa dihindari bahkan stres kecil seperti kebingungan memilih pakaian untuk sebuah acara pun bisa memicu reaksi emosional.
Ratih menjelaskan ada dua jenis stres yaitu stres baik dan stres buruk. Stres baik muncul saat kita merasa bersemangat terhadap suatu hal dan memancarkan energi positif, sementara stres buruk justru menurunkan kualitas hidup dan membuat seseorang mudah lelah, baik fisik maupun mental.
Belajar Mengelola Kecemasan Sosial
Ratih menjelaskan bahwa social anxiety banyak muncul karena tekanan lingkungan dan ekspektasi sosial. Ketakutan akan pandangan orang lain sering kali menciptakan kecemasan sosial yang membuat seseorang sulit berkembang.
Untuk mengatasinya, Ratih memberikan tiga tips sederhana yang bisa kamu coba!
1. Diet gadget
Sulit memang untuk benar-benar lepas dari gadget, tapi kita bisa mulai membatasi diri dari hal-hal yang tidak memberi manfaat.
Batasi interaksi digital dengan akun atau konten yang hanya menambah beban pikiran. Awalnya terasa berat, tapi perlahan tubuh dan pikiran akan terbiasa dengan ketenangan.
2. Refleksi diri dan menyadari apa yang kita punya
Sering kali kita takut dianggap egois ketika memikirkan diri sendiri. Namun, menurut Ratih, refleksi diri bukan bentuk keegoisan, melainkan terapi. Ini tentang mengenal diri lebih dalam siapa kita, ke mana arah hidup kita, dan apa makna keberadaan kita.
Dengan begitu, kita bisa lebih mudah bersyukur atas hal-hal kecil yang sering kita abaikan seperti pasangan yang baik, keluarga yang mendukung, atau sekadar kesempatan untuk bernapas.
3. Live at the present, mindfully
Hidup yang sehat adalah ketika kita bisa menikmati momen sederhana seperti menyeruput kopi pagi tanpa beban pikiran masa lalu atau kekhawatiran masa depan.
Masa lalu sering menarik kita ke rasa takut, sementara masa depan memicu stres. Maka, cara terbaik adalah dengan memberikan yang terbaik untuk hari ini being present sepenuhnya.
Kecemasan adalah bagian dari hidup yang tidak bisa dihindari. Namun, cara kita meresponsnya menentukan seberapa besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental.
Dengan belajar membatasi diri dari dunia digital, mengenali makna hidup, dan hidup dengan kesadaran penuh, kita bisa tetap waras meski dunia di sekitar terasa bising.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Luna Maya Beli Tanah di Yogyakarta, Dulu Hampir Jadi Tempat Pernikahannya!
-
Kocak! Sule Kena Hujat Warganet Gara-Gara Nama Mirip Jule
-
Inner Glow Up: Saatnya Belajar Glow Up Lewat Pola Pikir dan Mental yang Sehat
-
Cinta Laura: di Balik Independent Woman, Aku Tetap Manusia yang Bisa Rapuh
-
Takut Bocor, El Rumi Ngaku Belum Kasih Tahu Ahmad Dhani Tanggal Pernikahan
Artikel Terkait
-
Influencer Gen Z: Cara Lawan Hoaks dan Deepfake di Media Sosial
-
FOMO: Penyakit Generasi Z yang Bikin Stres dan Kehilangan Diri Sendiri
-
Etika Komunikasi di Media Sosial: Bijak Sebelum Klik!
-
Bahlil 'Dihujat' di Medsos, Waketum Golkar Idrus Marham: Paradoks Demokrasi
-
Etika Pesantren Hilang di Layar Kaca? Kritik Pedas Tayangan yang Merendahkan Tradisi
Kolom
-
Curly Hair Journey: Semakin Banyak Orang Mulai Mencintai Rambut Keritingnya
-
Nggak Semua Orang Harus Dengerin Musik Indie buat Dianggap Punya Selera
-
Kamu Kan Anak Pertama: Tekanan Tak Kasat Mata di Balik Label Panutan
-
Saat Film Animasi Anak Bicara Tentang Semangat Juang dalam Keterbatasan
-
Rupiah Melemah, Produk Lokal Jadi Kekuatan
Terkini
-
Meski Telah Pulih, Cedera Ole Romeny di Piala Presiden Masih Berimbas hingga Kini
-
Setali Tiga Uang, 4 Raksasa Sepak Bola ASEAN Dirundung Permasalahan dan Skandal!
-
Bisa Main Bareng! Game Bully Kembali Bangkit Lewat Versi Online Buatan Fans
-
Pernikahan 3 Tahun Kandas, Sabrina Chairunnisa Gugat Cerai Deddy Corbuzier
-
Sinopsis The Golden Hairpin, Drama China Terbaru Yang Zi dan Peng Guanying