Hayuning Ratri Hapsari | Mira Fitdyati
Ilustrasi makanan bergizi (Pexels/Jane T D)
Mira Fitdyati

Menjaga tubuh tetap sehat bukan hanya soal olahraga. Lebih dari itu, kesehatan dimulai dari hal yang sering kali kita anggap sepele yaitu apa yang kita makan setiap hari.

Melalui unggahan di kanal YouTube Gabriel Rey pada Senin (18/8/2025), dr. Tirta menjelaskan bahwa pola makan adalah kunci utama untuk menjaga tubuh tetap sehat.

Ia menyebut, banyak orang mengabaikan hal sederhana ini, padahal penyakit metabolik bisa menyerang siapa saja baik kalangan menengah ke bawah maupun ke atas akibat pola makan yang buruk.

Menurut dr. Tirta, kita perlu mulai menyadari pentingnya asupan bergizi seimbang dan pola konsumsi yang benar. Ia menyoroti rendahnya konsumsi protein di Indonesia yang masih jauh tertinggal dibanding negara lain.

“Nomor satu itu pola makan. Apa yang kamu makan mungkin kamu sepelekan, padahal itu kunci dari banyak penyakit metabolik,” ucapnya.

Pola Makan Seimbang Jadi Kunci Utama Kesehatan

dr. Tirta mencontohkan mengapa banyak orang kaya di dunia memilih menyewa koki pribadi. Alasannya sederhana yaitu untuk memastikan kebutuhan nutrisi dan protein terpenuhi dengan baik.

Ia menyoroti, konsumsi protein di Indonesia satu tahun hanya setara dengan konsumsi protein di Singapura selama satu bulan. Padahal, protein berperan penting dalam memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak mulai dari otot, saraf, hingga otak.

Selain protein, keseimbangan makanan juga menjadi hal yang tidak kalah penting. Ia juga mengingatkan bahwa makanan terbaik adalah makanan yang variatif.

“Makanan terbaik adalah makanan yang variatif. Jadi harus ada karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan lainnya,” ujar dr. Tirta.

Pola makan yang teratur dan seimbang disebut dapat membantu meminimalisir munculnya penyakit metabolik, hingga mencegah kanker.

Setelah pola makan terjaga, olahraga menjadi langkah berikutnya. Meski sibuk, dr. Tirta menegaskan bahwa menyempatkan waktu minimal 60 menit per hari untuk bergerak sudah cukup membantu menjaga tubuh tetap aktif.

“Ada hal yang tidak bisa dibeli dengan uang, yaitu kesehatan, terutama tampilan fisik,” ujarnya.

Makan Manis Boleh, Asal Tahu Batasnya

Terkadang, makanan manis dibutuhkan untuk meningkatkan suasana hati. Namun, dr. Tirta mengingatkan bahwa konsumsi gula tetap harus disesuaikan dengan aktivitas fisik.

“Kamu boleh makan sesuatu yang manis kalau aktivitas fisik kamu bagus,” tuturnya.

Gula bermanfaat bagi mereka yang memiliki aktivitas fisik tinggi, sedangkan bagi pekerja kantoran atau yang lebih sering beraktivitas di dalam ruangan, sebaiknya tetap membatasi konsumsi gula.

Ia juga menjelaskan tiga penyebab utama penyakit ginjal, yakni kurang minum air putih, kelebihan gula, dan garam berlebih.

Kurangnya cairan dapat memicu pembentukan kristal dalam tubuh, sedangkan gula berlebihan bisa merusak sistem ginjal serta pankreas yang berujung pada diabetes.

Pentingnya Vitamin D3 dan Menghindari Ultra Processed Food

Bagi yang belum mampu mengonsumsi makanan variatif, dr. Tirta menyarankan menambah asupan gizi melalui suplemen, terutama vitamin D3.

Meski Indonesia kaya sinar matahari, banyak orang justru jarang terkena paparan langsung karena lebih sering menutupi tubuh saat di luar ruangan.

“Vitamin D3 bisa ditambah lewat suplementasi, dengan dosis 1000–5000 IU,” ujarnya.

Selain itu, ia mengingatkan masyarakat untuk menghindari ultra processed food seperti mi instan, sosis, dan nugget. Jenis makanan ini, jika dikonsumsi berlebihan sejak muda, dapat mengganggu hormon, meningkatkan kadar gula darah, dan memicu stres atau overthinking.

“Pola pikir juga berpengaruh terhadap kesehatan. Apa yang kita pikirkan, itu pula yang akan terjadi,” ujar dr. Tirta.

dr. Tirta mengingatkan kita bahwa kesehatan bukan sesuatu yang bisa dibeli, melainkan hasil dari kebiasaan sehari-hari. Karena pada akhirnya, investasi paling mahal bukanlah harta, melainkan kesehatan yang kita rawat setiap hari.