Pagi hari di pesisir Demak selalu datang lebih cepat dari tempat lain. Matahari belum sempurna naik, tetapi bau asin laut sudah menyelinap ke teras-teras rumah yang sebagian besar berdiri di atas tanah yang dulu tidak pernah tergenang. Di kampung kecil itu, seorang perempuan paruh baya bernama Bu Rini setiap hari memulai harinya dengan menjemur ikan. Pekerjaan sederhana yang menjadi saksi bisu dari hidup yang ia pertahankan dengan cara paling sederhana: terus bekerja, terus berharap.
Abrasi telah menggerus banyak hal dari kampungnya. Jalan setapak yang dulu kering, halaman rumah yang dahulu luas, bahkan beberapa tetangga yang akhirnya memilih pindah karena air laut semakin maju. Di wilayah pesisir seperti di Desa Bedono, Kabupaten Demak, dua pedukuhan bahkan telah tenggelam, dan banyak rumah terpaksa direlokasi. Namun bagi Bu Rini, laut bukan hanya sumber masalah. Laut adalah rumah, ruang kehidupan, dan tempat ia membesarkan dua anaknya sampai dewasa.
"Hasil tangkapan suami saya nggak sebanyak dulu," ujar Bu Rini suatu pagi. "Kadang cuaca ekstrem datang tiba-tiba. Ombaknya tinggi, nelayan jadi takut berangkat."
Namun justru dari ketidakpastian itu, Bu Rini memulai langkah kecil yang kelak mengubah hidupnya. Ia belajar mengolah ikan menjadi kerupuk, abon, dan produk kering lain yang lebih tahan lama. Awalnya, ia hanya menjual ke tetangga. Lama-lama foto produknya dikirim ke grup WhatsApp perumahan sekitar. Dari situ, pesanan datang semakin sering.
Hari-harinya kini diisi dengan ritme sederhana: bangun subuh, menyiapkan bumbu, menggoreng, menjemur, dan mengemas. Tangannya cekatan, meski cuaca kadang tidak bersahabat. Jika mendung atau hujan, ia memindahkan jemuran ke teras sempit dan berdoa matahari segera muncul. Di sela kesibukan itu, ia tetap mendengarkan cerita suaminya tentang laut yang berubah: angin tidak bisa lagi diprediksi, arus lebih kuat, dan ikan semakin sulit ditemukan dekat pantai.
"Dulu cukup melaut dekat sini, sekarang harus lebih jauh," suaminya bercerita sambil membersihkan jaring. "Tapi ya bagaimana, laut kan hidup kami," tambahnya, lirih.
Tantangan tidak berhenti di sana. Abrasi bukan sekadar soal kehilangan daratan. Itu memengaruhi seluruh ekosistem pesisir, termasuk hutan mangrove yang dulu menjadi benteng alami pesisir. Kerusakan mangrove di Demak disebut sebagai penyebab meningkatnya banjir rob dan penurunan produktivitas perikanan lokal.
Tetapi harapan belum hilang. Di kampung itu, anak-anak muda mulai tergerak. Komunitas kecil yang fokus menanam kembali mangrove dibentuk, bagian dari upaya restorasi ekologis sekaligus menjaga warisan pesisir.
Setiap akhir pekan, mereka membawa bibit mangrove ke area pesisir yang paling parah tergerus sambil disambut sinar mentari pagi. Bu Rini sering menyiapkan minuman hangat untuk mereka. "Anak-anak itu yang bikin saya optimis," katanya. "Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi?"
Perubahan itu tidak langsung besar, tetapi cukup untuk menumbuhkan harapan. Dalam beberapa tahun terakhir, mangrove yang ditanam mulai tumbuh kembali di beberapa titik. Memberi perlindungan alami terhadap gelombang, sekaligus menjadi habitat ikan dan krustasea kecil yang dulu makin sulit ditemukan.
Usaha kecil seperti olahan ikan hasil laut buatan Bu Rini, kini bisa lebih aman dan berkelanjutan. Produk-produknya mulai dikenal di kampung sebelah, bahkan ada yang memesan via media sosial. Sebuah bukti bahwa masyarakat pesisir bisa bertahan dengan kreativitas dan gotong royong.
Di tepi kampung yang terus memperjuangkan hidup melawan abrasi itu, jemuran ikan Bu Rini tetap menggantung setiap pagi. Tidak hanya sebagai pekerjaan, tetapi sebagai lambang bahwa ketangguhan bisa lahir dari hal-hal paling sederhana. Pesisir mungkin terus berubah tetapi harapan tidak pernah benar-benar hilang. Selama masih ada orang-orang seperti Bu Rini yang memilih bertahan.
Sumber berita:
Tokoh Bu Rini fiktif dibuat, dengan didukung fakta yang bersumber:
Nasib pesisir Demak, https://mongabay.co.id/2021/04/25/nasib-pesisir-demak-hadapi-sampah-plastik-kerusakan-mangrove-dan-abrasi/?
Aksi penanaman mangrove, https://demakkab.go.id/news/mageri-segoro-dengan-aksi-menanam-ribuan-mangrove-di-pesisir?
Kegunaan mangrove, https://indonesia.wetlands.org/id/blog/understanding-the-role-of-coastal-forests-in-disaster-risk-reduction-in-demak-central-java/?
Baca Juga
-
Raisa Berduka, Sang Ibunda Ria Mariaty Meninggal Dunia Usai Berjuang Melawan Kanker
-
Luna Maya Bersinar di IMAA 2025! Jadi Host Sekaligus Sabet Piala
-
Resmi Hamil! Amanda Manopo Bagikan Foto USG dan Momen Mesra dengan Suami
-
Hari Guru Nasional 2025: Beasiswa Naik, Tunjangan Bertambah, Perlindungan Diperkuat
-
Air Galon, Menteri Pariwisata, dan Sindiran Prilly Latuconsina
Artikel Terkait
Kolom
-
Bullying dan Kesehatan Mental Anak: Mengapa Sekolah Belum Menjadi Ruang Aman?
-
Antara Pasir yang Berjalan: Cerita Ketangguhan dari Pesisir Selatan Lombok
-
Petrikor: Self Healing Manjur dalam Belantara Aroma
-
Merawat Ruang Digital dari Praktik Bullying yang Mengakar di Kolom Komentar
-
Cyberbullying: Kenapa Dampaknya Nyata dan Bagaimana Kita Menghadapinya
Terkini
-
Review Film Ha Gom: The Darkness of the Soul, Horor Folk Thailand yang Gelap dan Atmosferik
-
Pergi ke Mall Bukan untuk Shopping, Suami Boiyen Pilih Ajaknya ke Toko Buku
-
Kwon Sang Woo Siap Hadir di Film Komedi Romantis Awal Tahun Mendatang
-
Ulasan Film The Astronaut: Ketika Misi Luar Angkasa Membawa Bencana
-
Ulasan Film Panor, Teror Kutukan yang Perlahan Menggigit Batin