Banyak orang pernah merasa mudah tersinggung atau kesal ketika berhadapan dengan orang tua. Namun, bisa bersikap ramah dan sabar ketika bersama teman. Perbedaan respons ini sering membuat kita bingung dengan diri sendiri.
Psikolog Yuli Suliswidiawati menjelaskan bahwa kondisi tersebut biasanya berakar pada rasa nyaman dan aman yang tidak sepenuhnya terbentuk di rumah.
Tanpa disadari, pola pengasuhan yang kurang tepat dapat memengaruhi cara anak mengekspresikan emosi mereka terhadap orang tua.
Kurangnya Rasa Aman dari Pola Pengasuhan
Menurut Yuli, hal ini bisa muncul ketika seseorang tidak merasa cukup aman atau nyaman di rumah. Secara sadar atau tidak, ada proses pengasuhan yang tidak sepenuhnya tepat dan membentuk pengalaman emosional anak.
Dalam unggahan video di kanal YouTube Yuli Suliswidiawati pada Senin (24/11/2025), Yuli menjelaskan beberapa hal penting yang sering luput dari perhatian orang tua.
Ia mengungkapkan bahwa hal pertama yang harus diberikan orang tua adalah rasa nyaman. Rasa nyaman itu dimulai sejak anak lahir dan disambut dengan suka cita.
“Setiap anak yang dititipkan kepada kita adalah amanah yang harus dikembangkan sesuai dengan fitrahnya,” kata Yuli.
Meski begitu, masih banyak orang tua yang tidak selalu menerima kondisi anak apa adanya. Mereka kerap membandingkannya dengan anak lain, membuat anak merasa kurang dihargai.
Ketika kondisi ini berlangsung terus-menerus, anak merasa kehadirannya tidak sepenuhnya diinginkan. Ia kemudian lebih mudah merasa aman dan diterima saat berada di luar rumah.
Anak Mencari Ruang Aman di Luar Rumah
Situasi ini sering terlihat ketika anak sudah kuliah kemudian mengikuti organisasi kampus. Ia merasa memiliki keluarga baru yang menerima dan mendengarkannya. Dari sinilah ia lebih nyaman berada di luar, hingga kadang pulang larut malam.
Ketika orang tua memarahinya karena pulang terlambat, terutama jika ia perempuan. Anak berusaha menjelaskan aktivitasnya. Namun, kurangnya kepercayaan membuat orang tua tetap memarahinya, sehingga hubungan semakin renggang.
Pada titik ini, anak merasa tidak dimengerti. Bahkan ketika ia sudah berusaha jujur, respons orang tua membuatnya takut berkata apa adanya. Lambat laun, anak memilih berbohong meski sebenarnya tidak menginginkannya.
Kurangnya rasa aman dan saling percaya menjadi akar dari ketidaknyamanan ini. Ketika komunikasi terputus, hubungan sebagai keluarga pun ikut renggang.
Anak Juga Bisa Memulai Perubahan
Meski demikian, sebagai anak kita juga dapat mengambil langkah kecil untuk memperbaiki hubungan di rumah.
“Kita sebagai anak punya pengalaman cukup banyak di luar dengan teman-teman,” ujar Yuli.
Saat berkunjung ke rumah teman, kita bisa melihat bagaimana keluarga lain berinteraksi. Dari sana, kita dapat mempelajari hal-hal baik yang dapat diterapkan.
Ketika sudah memahami hal yang seharusnya terjadi dalam keluarga, kita bisa mencoba memulai pendekatan secara asertif.
“Ibu kenapa? Ibu capek, ya? Maafin aku ya, Bu,” tutur Yuli.
Langkah kecil seperti ini dapat membantu mencairkan suasana dan membuat komunikasi lebih hangat. Tidak semua hal dari keluarga lain harus ditiru, tetapi kita bisa mengadopsi bagian yang baik secara perlahan.
Perbedaan sikap antara di rumah dan di luar bukan berarti anak tidak sayang pada orang tua. Ada pengalaman emosional yang membentuk cara anak merespons lingkungan sekitarnya.
Rasa nyaman, rasa aman, dan kepercayaan adalah hal penting yang harus dibangun bersama. Dengan komunikasi yang lebih terbuka, hubungan orang tua dan anak dapat tumbuh menjadi lebih hangat dan harmonis.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Punya Mata Batin, Sara Wijayanto Akui Belajar dari Makhluk Tak Kasat Mata
-
Raih 100 M di Usia 19 Tahun, Ini yang Membuat Suli Beda dari Anak Seusianya
-
Stop Victim Mentality! Insights Akbar Abi dari Buku Berani Tidak Disukai
-
Jedar Spill Karakter Anaknya, El Barack Ternyata Punya Rate Card Sendiri!
-
Bukan Sekadar Kakak, Megan Domani Ungkap Bryan Adalah Setengah dari Dirinya
Artikel Terkait
-
Benarkah Sakit Hati Ditegur Jadi Motif Siswi SD Bunuh Ibu Kandung di Medan?
-
Status Sherly: Ahli Waris Mpok Alpa yang Hilang Jelang Sidang
-
Richelle Skornicki dan Adegan Dewasa di Pernikahan Dini Gen Z: Antara Akting dan Perlindungan Anak
-
MAB Gandeng Solarky untuk Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik
-
Geger Anak Bunuh Ibu Kandung di Medan, Pelaku Siswi SD Dikenal Ramah dan Berprestasi
Kolom
-
Janji Kesetaraan Tinggal Janji, Pesisir Masih Tak Aman bagi Perempuan
-
Topeng Ceria Korban Bullying: Mengapa Mereka Tampak Baik-Baik Saja?
-
Banjir Aceh-Sumatera: Solidaritas Warga Lari Kencang, Birokrasi Tertinggal
-
Self-esteem Recovery: Proses Memulihkan Diri setelah Mengalami Bullying
-
Silent Bullying: Perundungan yang Tak Dianggap Perundungan
Terkini
-
CERPEN: Mentari yang Bersinar
-
Timnas Indonesia Merana, Gagal ke Semifinal SEA Games Meski Hajar Myanmar
-
A Quiet Place Part III Masuki Tahap Penulisan, Ini Bocoran dari Emily Blunt
-
Panduan Belanja Laptop Akhir 2025: 5 Pilihan CPU Ryzen 7 dengan Harga Miring
-
Trailer Supergirl, Proyek Debut dari Milly Alcock Jadi Kara Zol-EL