Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Melynda Dwi Puspita
Ilustrasi Mahasiswa Baru. (pexels.com)

Menjadi mahasiswa baru adalah idaman bagi sebagian siswa SMA atau sederajat. Perjuangan menghadapi Ujian Nasional hingga UTBK telah terbayar ketika seorang siswa berhasil menyandang gelar sebagai mahasiswa. Sebab, saat berkuliah di kampus impian merupakan jalan awal meniti cita-cita para mahasiswa di masa depan.

Euforia menjadi mahasiswa baru cukup terasa ketika pagelaran ospek diadakan. Mahasiswa baru dari penjuru negeri mulai berdatangan ke kota tempat untuk menimba ilmu.

Sayangnya, selama menjadi mahasiswa baru, ada beberapa kesalahan yang seringkali ditemui. Berikut 7 aktivitas yang sebaiknya dihindari selama menjadi maba alias mahasiswa baru.

1.  Membeli makanan tanpa menanyakan harga

Urusan perut menjadi persoalan mutlak yang harus dipenuhi kebutuhannya. Apalagi bagi mahasiswa perantau yang harus pintar-pintar memilih makanan sehat dan bergizi. Ketika sampai di kota tempat berkuliah, usahakan menanyakan harga terlebih dahulu kepada penjual. 

Walaupun makanan di daerah kampus dikenal dengan harga relatif terjangkau untuk kantong mahasiswa. Fakta di lapangan, masih ada penjual nakal yang memberlakukan harga lebih mahal kepada mahasiswa yang secara tampilan seperti ‘maba’. Oleh karena itu, selain menanyakan harga, cobalah pilih tempat makan yang ramai dengan mahasiswa. Karena biasanya tempat makan tersebut menjual makanan dengan harga murah, enak, dan memiliki porsi besar.

2. Membuat keramaian dalam kos

Terlalu excited, tak jarang banyak maba yang memanfaatkan waktu luang dengan cara bersenang-senang. Banyak maba yang membawa teman satu jurusannya ke dalam kos untuk nongkrong.

Selain mengerjakan tugas kelompok, terkadang mereka tidak sadar telah membuat keributan seperti karaoke bersama. Hingga seringkali maba di cap membuat onar. Bahkan ada beberapa indekos yang menolak mahasiswa dan lebih memilih karyawan karena hal ini.

Apabila lokasi kos jauh dari pemukiman dan cukup bebas, hal ini tidak menjadi masalah besar. Namun jika masih tinggal dalam satu bangungan yang sama dengan ibu/bapak kos, usahakan untuk lebih sopan dan memerhatikan waktu meskipun tidak diberlakukan jam malam. Walaupun tidak ada aturan tertulis, cobalah peka dengan norma yang ada di masyarakat.

3. Boros saat membelanjakan uang

Bagi para mahasiswa yang berasal dari pedesaan, biasanya cukup takjub dengan gemerlap dunia perkotaan tempat belajar di perguruan tinggi. Semua fasilitas hampir lengkap tersedia, seperti pusat perbelanjaan, café, restoran, hingga tempat wisata. Hal-hal tersebut tentunya menjadi godaan tersendiri bagi para mahasiswa perantauan yang harus menghemat uang. 

Usahakan selalu berhemat, sebab terkadang sebagai mahasiswa perantau, akan ada pengeluaran tidak terduga. Seperti biaya pengobatan sakit typhus, pembelian buku kuliah hingga membayar bahan-bahan untuk praktikum yang kadang tidak di-cover UKT (Uang Kuliah Tunggal).

Apabila ingin meminimalkan pengeluaran, cobalah untuk memasak makanan sendiri dan membawa magicom atau heater dari rumah. Serta jangan mudah tergoda dengan ajakan ngopi maupun nongkrong dengan alasan berinteraksi dengan teman.

Boleh sesekali saja memberikan reward kepada diri-sendiri ketika mencapai sesuatu, misalnya mendapatkan nilai A pada mata kuliah tertentu.

4. Tidak berkenalan dengan senior 

Tidak seperti di sekolah yang memiliki waktu belajar relatif terorganisir. Saat belajar di kampus, mahasiswa dibebaskan untuk memilih jam perkuliahan. Walaupun biasanya saat maba, masih mendapatkan jadwal kuliah yang mutlak tidak bisa diubah. Membangun relasi terhadap kakak tingkat atau senior wajib dilakukan. Sebab, senior lebih berpengalaman mengenal karakter dosen dan mengetahui mata kuliah apa saja yang sulit.

5. Tidak aktif bertanya kepada dosen

Pada umumnya, semangat para maba untuk belajar masih menggebu-gebu. Maba dikenal cukup aktif mencatat dan mendengarkan penjelasan materi dari dosen. Tetapi, karena masih takut, terkadang maba enggan untuk bertanya dan memilih diam meskipun tidak paham.

Padahal dengan bertanya kepada dosen, akan menambah nilai keaktivan di mata dosen. Selain itu, jika kita bisa menjawab pertanyaan yang diajukan dosen, tak jarang beliau akan mempercayai hingga merekrut kita sebagai asisten dosen (asdos).

6. Asal ikut organisasi

Karena sering dicap sebagai orang polos, maba menjadi sasaran empuk para pegiat organisasi. Segala cara dilakukan untuk menggaet maba agar mau tergabung dalam suatu organisasi. Mulai dari menyebarkan selebaran, menjanjikan keuntungan, hingga para senior yang juga tebar pesona untuk menarik minat junior lawan jenis.

Tidak ada salahnya untuk menjadi anggota organisasi tertentu. Tetapi maba harus berhati-hati, sebab banyak bermunculan organisasi berbalut politik bahkan radikal. Carilah banyak informasi mengenai organisasi yang ingin diikuti sebelum benar-benar memutuskan untuk bergabung.

Jangan mengikuti banyak organisasi, usahakan ikuti organisasi maksimal dua saja. Karena jangan sampai jadwal kuliah menjadi keteteran akibat organisasi hingga rela titip absen (bolos kuliah). Ingatlah tujuan awal berkuliah!

7. Berdiam diri dalam kos

Kebalikan dari sebelumnya, maba yang biasanya masih malu-malu dan penakut akan suka berdiam diri di dalam kamar kos. Padahal, ketika berada di lingkungan baru, sebaiknya mencari kenalan setidaknya tergabung dalam organisasi atau forum mahasiswa sedaerah.

Sebab selama di perantauan dan jauh dari orang tua, teman sedaerah yang akan bisa memahami kebiasaan adat, tradisi, dan budaya yang sama dengan kita. Merekalah adalah keluarga kedua yang akan membantu kita dalam keadaan terpuruk, misalnya saat jatuh sakit.

Itulah hal-hal kecil yang sering diabaikan oleh mahasiswa baru padahal memiliki dampak luar biasa besar. Semoga kamu yang saat ini menjadi mahasiswa baru, bisa berhati-hati dan selektif memilih kegiatan.

Melynda Dwi Puspita