Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Sunatus Solikhah
Ilustrasi seseorang kembali setelah menyakiti. (Pexels/KeiraBurton)

Seseorang kembali setelah menyakiti adalah sebuah situasi yang seringkali terjadi, khususnya dalam hubungan asmara. Padahal sebelumnya sudah memberikan luka, tapi datang kembali seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

Bagi sebagian orang, mendapatkan situasi ini akan sangat menyebalkan. Apalagi ketika rasa sakit yang diberikan masih belum hilang. Akhirnya pihak yang tersakiti memilih untuk mengabaikan karena menghindari risiko tersakiti kembali terulang.

Kita tidak pernah tahu sesulit apa seseorang itu melupakan. Terkadang memilih untuk mengabaikan bukan karena memiliki dendam, tapi lebih ke melakukan batasan terhadap diri. Apa sajakah alasan seseorang kembali setelah menyakiti? Inilah 3 alasannya:

1. Adanya Penyesalan

Alasan pertama yang kerap kali mendasari seseorang akhirnya kembali setelah menyakiti pasangannya, adalah adanya penyesalan. Banyak hal membuat penyesalan muncul. Salah satunya karena terlalu terburu-buru mengambil keputusan untuk berpisah kala itu.

Atau bisa juga menyesal atas perilaku menyakitkan yang diperbuatnya dan seharusnya tidak dilakukan. Dia sadar bahwa sikapnya salah, lalu akhirnya menyesal. Sebagai contoh perpisahan karena adanya perselingkuhan. 

2. Tidak Yakin Terhadap Keputusan yang Dibuat

Alasan seseorang kembali setelah menyakiti selanjutnya tidak yakin terhadap keputusan yang dibuat. Keraguan ini akhirnya membuatnya kembali padahal sudah menyakiti.

Dia ragu terhadap keputusan untuk berpisah. Selain itu, bisa juga karena kekhawatiran terhadap pasangan selanjutnya apakah akan lebih baik dari sebelumnya, sehingga memutuskan untuk kembali.

3. Tidak Ada Orang Lain yang Memikat Hatinya

Alasan lainnya adalah tidak ada orang lain yang memikat hatinya. Mungkin selama ini dia sudah berusaha menjalin pertemanan dengan banyak lawan jenis, tapi tidak ada satupun yang dapat mengambil perhatiannya.

Bukan hanya itu, ketika sudah menjalin hubungan asmara dengan orang baru dan harus kandas di tengah jalan, juga berkemungkinan membuatnya kembali. Apalagi jika menurutnya orang yang sudah disakiti adalah satu-satunya yang paling memahami selama ini.

Untuk kamu yang kembali lagi setelah menyakiti, jika ternyata dia tidak memberikan respon positif, jangan menyalahkan. Hal tersebut terjadi karena ulahmu sendiri. Kamu tidak mengetahui seberapa keras usahanya untuk menyembuhkan luka dan rasa kecewanya.

Hargai keputusannya, pahami kondisinya, dan jangan memaksa dia untuk menerimamu kembali seperti dulu lagi. Sementara untuk kamu yang menjadi pihak tersakiti, merupakan hakmu jika memang tidak bisa menerimanya.

Apakah salah jika menerimanya? Tentu saja tidak, tapi kamu juga harus memahami risikonya. Tidak semua orang yang kembali setelah menyakiti ketika diberikan kesempatan kedua akan memanfaatkannya dengan baik. Jadi, pertimbangkan banyak hal sebelum mengambil keputusan.

Sunatus Solikhah