Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | I Gusti Putu Narendra Syahputra
Ilustrasi orang berpuasa. (Pexels.com/ Anna Tarazevich)

Kemungkinan besar, setiap orang memiliki visi dan misi untuk membentuk kepribadian diri sebagai manusia yang memiliki Akhlakul Karimah di hadapan manusia lain dan Allah SWT. Dilansir buku Akhlak Tasawuf yang diterbitkan pada tahun 2020, Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa Akhlakul Karimah adalah rangkaian akhlak mulia atau terpuji yang sesuai dengan yang telah digariskan di dalam agama Islam dan perlu untuk dicintai serta dilakukan secara berulang-ulang agar menjadi suatu adat kebiasaan yang baik.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjadi manusia yang memiliki Akhlakul Karimah adalah dengan menjalankan ibadah puasa. Banyak orang yang tidak ragu untuk menjalankan ibadah puasa, baik puasa sunah yang umumnya dilakukan pada hari Senin dan Kamis maupun puasa wajib yang dilakukan pada bulan suci Ramadan untuk membentuk kepribadian diri yang memiliki Akhlakul Karimah.

Namun, tidak sedikit juga orang yang berpuasa tetapi tetap melakukan sikap tercela yang tidak pantas untuk dilakukan. Lebih parahnya lagi, sikap tercela tersebut telah menjelma menjadi kebiasaan yang telah dianggap sebagai hal yang lazim dilakukan setiap hari sehingga tidak lagi mempedulikan dampak negatif yang akan dialami oleh diri sendiri maupun orang lain. Jika kebiasaan buruk tersebut tidak segera dikurangi, maka pada akhirnya tujuan untuk menjadi manusia yang memiliki Akhlakul Karimah tidak akan pernah tercapai.

Oleh karena itu, sembari menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan, tidak ada salahnya kamu juga mengiringi ibadah puasa kamu dengan melatih diri untuk melakukan sikap terpuji terhadap diri sendiri dan orang lain yang membawa banyak manfaat positif dan membangun. Berikut ini akan diulas sikap terpuji apa saja yang harus dilatih pada saat berpuasa di bulan suci Ramadan agar dapat membentuk kepribadian diri yang Akhlakul Karimah. Mari baca ulasannya sampai selesai.

1. Sabar menahan rasa kesal dan amarah kepada diri sendiri dan orang lain

Ilustrasi orang marah (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Setiap harinya, terutama pada hari kerja yang berlangsung dari Senin–Jum’at, banyak dari kita yang melakukan aktivitas harian, seperti sekolah, kuliah, dan bekerja. Ketika pekerjaan yang telah selesai dilakukan tidak sesuai dengan keinginan dan harapan diri sendiri maupun orang lain, maka hati dan pikiran pun akan merasa kesal dan marah terhadap berbagai hal yang menghambat pekerjaan tersebut.

Berpuasa dapat melatih diri untuk lebih bersabar dalam menghadapi segala hambatan yang ada. Dengan membiasakan diri untuk bersabar, maka kamu telah melatih otak untuk berpikir lebih jernih dan analitis sebelum mengambil keputusan, baik yang berkaitan dengan diri sendiri maupun orang lain. Dengan begitu, maka solusi yang dihasilkan dapat tepat sasaran dan efektif untuk menyelesaikan berbagai hambatan yang ada di hadapanmu.

2. Berkata jujur mengenai segala hal kepada diri sendiri dan orang lain

Ilustrasi berkata jujur (Unsplash.com/Brett Jordan)

Berkata jujur adalah sikap ideal yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, khususnya umat Islam. Namun, tidak sedikit di antara kita yang merasa bahwa berkata jujur terhadap segala hal itu sangat berat dan mustahil untuk dilakukan.

Sebenarnya, pemikiran ini tidaklah asing dan wajar untuk terlintas di dalam pikiran. Ketika memutuskan untuk berkata jujur, maka kamu akan dihadapkan pada pilihan dilematis yang rumit tentang konsekuensi yang akan dihadapi setelahnya.

Dengan berkata jujur terhadap segala hal, terutama hal yang sensitif dan wajib untuk disampaikan demi terwujudnya kebenaran untuk mengoreksi perbuatan yang salah, akan ada hal penting yang harus dipertaruhkan di dalamnya, yaitu citra dan nama baik serta keselamatan diri sendiri maupun orang lain yang bisa jadi meminta atau bahkan memaksa kamu untuk berbohong demi menyembunyikan fakta yang sebenarnya terjadi.

Pertaruhan yang tidak mengenakkan dan berlangsung sengit serta dramatis di dalam diri inilah yang seringkali membuat perasaan menjadi galau dan akhirnya mengurungkan niat untuk berkata jujur. Dengan berpuasa, maka kamu dapat menyokong dirimu dengan kekuatan batin dan akal sehat yang dapat memaksa hati dan pikiranmu untuk berani berkata jujur mengenai segala hal, termasuk hal yang sensitif, meski ada konsekuensi pahit yang harus ditanggung setelahnya.

3. Tidak bersikap ghibah mengenai keburukan orang lain di depan umum

Ilustrasi orang ghibah (Pexels.com/Yan Krukov)

Secara umum, ghibah adalah membicarakan kesalahan dan kekurangan orang lain di depan umum tanpa dihadiri oleh orang yang bersangkutan dengan tujuan untuk merendahkan martabat dan harga diri orang tersebut. Orang yang berbuat ghibah seringkali membicarakan keburukan orang lain, di mana seharusnya keburukan tersebut tidak boleh diceritakan kepada orang lain tanpa seizin orang yang bersangkutan.

Nah, puasa dapat membantu kita melatih diri untuk tidak bersikap ghibah terhadap orang lain. Puasa dapat mendorong hati dan pikiran kamu untuk lebih menyeleksi topik pembicaraan yang layak untuk dibahas dan mana yang tidak dapat dibahas di depan umum.

Kalau pun mau mengangkat topik pembicaraan yang berkaitan dengan orang lain, lebih baik membahas tentang kelebihan orang tersebut yang dapat memotivasi kamu dan teman-temanmu untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, seperti rajin belajar, pantang menyerah, ulet dalam bekerja, penuh inisiatif yang kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya.

Jadi, daripada menghabiskan waktu dan energi untuk membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada habisnya, lebih baik alokasikan waktu dan energi kamu untuk menghasilkan berbagai karya menarik yang edukatif dan menghibur dengan menulis artikel dan membuat podcast atau video blog (vlog) tentang hal yang kamu pahami dan kuasai. Selain menambah portofolio yang sewaktu-waktu dapat berguna buat kebutuhan melamar kerja, kamu bisa dapat cuan untuk memenuhi kebutuhanmu. Mantul, kan? 

4. Menjaga pandangan mata dari konten dewasa yang erotis

Ilustrasi orang menonton konten dewasa (Pexels.com/Amateur Hub)

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah berkembang pesat dan berharga murah memudahkan kita mengakses segala konten yang ada di internet, termasuk konten dewasa yang mengandung unsur-unsur erotis. Tidak sedikit judul anime, drama seri, film, dan komik online atau sering dikenal dengan istilah webtoon dari luar negeri yang memuat cerita tentang perjuangan dua sejoli yang mengarungi bahtera cinta disisipi oleh adegan 'nakal' yang dilakukan oleh para karakter cerita, bahkan dilakukan secara eksplisit.

Adegan 'nakal' tersebut sebaiknya dihindari oleh kamu yang sedang menjalankan ibadah puasa karena berpotensi merangsang hawa nafsu untuk berbuat tindakan yang tidak senonoh. Oleh karena itu, alangkah baiknya kamu selalu berupaya untuk menjaga pandangan mata dari segala bentuk konten dewasa yang saat ini mudah ditemukan dan diakses melalui berbagai website dan media sosial yang ada di laptop dan smartphone kamu.

Hal ini dapat diminimalisir dengan cara berpuasa. Dengan berpuasa, kamu dapat melatih kemampuan menahan hawa dan nafsu untuk tidak melihat konten dewasa sehingga kamu dapat lebih produktif yang juga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidupmu ke tingkat yang lebih baik.

5. Tidak bersikap riya ketika bersedekah kepada orang lain

Ilustrasi orang menyiapkan paket donasi makanan (Pexels.com/Julia M Cameron)

Tindakan melakukan kebaikan kepada orang lain melalui sedekah dapat dilakukan kapan pun, dimana pun, dan terhadap siapa pun, terutama orang yang termasuk ke dalam kategori kurang mampu, baik secara materi, fisik, maupun nonfisik.

Sayangnya, tidak sedikit dari kita yang bersedekah kepada orang lain mengharapkan timbal balik berupa simpati dan pujian dari orang lain hanya demi memenuhi kepentingan duniawi, mulai dari kepentingan optimasi konten yang biasanya berkaitan dengan menambah jumlah comment, like, dan viewers di akun media sosial, sampai dengan kepentingan ekonomi dan politik praktis yang berkaitan dengan mendulang suara dari calon pemilik suara atau voters untuk memenangkan lelang proyek pekerjaan atau pemilihan umum.

Nah, puasa dapat membantu membersihkan hati kamu dari segala hasrat dan pikiran buruk yang dapat mengarahkan pada sikap riya. Dengan tidak dapat makan dan minum selama lebih dari 12 jam, hati dan pikiran kamu akan didorong untuk lebih bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

Dengan selalu bersyukur sepenuh hati, maka kamu akan menyadari bahwa banyak orang di luar sana yang bernasib tidak beruntung dari kamu. Kesadaran inilah yang mampu mendorong saraf otak kamu untuk berpikir lebih dalam dan lebih keras tentang bagaimana cara agar orang lain dapat merasakan sebagian kebahagiaan yang kita rasakan.

Pemikiran inilah yang dapat menggerakkan hati nurani kamu untuk membagikan sebagian apa yang kamu miliki kepada orang lain yang membutuhkan tanpa diselimuti oleh sikap riya yang tidak produktif dan hanya mendatangkan kesalahpahaman orang lain terhadap kamu.

Itulah 5 sikap terpuji yang harus dilatih pada saat berpuasa di bulan suci Ramadan yang dapat membentuk kepribadian diri yang Akhlakul Karimah. Karena bulan suci Ramadan hanya dapat dirasakan satu kali dalam satu tahun, maka sebaiknya kamu memanfaatkan momentum langka ini untuk menghindarkan diri dari sikap tercela dengan selalu melatih diri untuk melakukan sikap terpuji yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan dimuliakan oleh Allah SWT setiap harinya.

I Gusti Putu Narendra Syahputra