Banyak orang merasa takut untuk berinteraksi dengan seorang pemarah. Banyak dari kita yang setelah mengetahui seorang teman adalah orang yang pemarah, lalu meninggalkannya, menyebarkan cerita buruk tentangnya, bahkan menganggapnya sebagai seorang penjahat.
Baik. Kesulitan mengelola emosi adalah sebuah kekurangan. Namun selagi tidak melukai orang lain, hal tersebut tidak bisa dianggap sebagai kejahatan. Mereka bukan penjahat.
Seorang pemarah juga manusia biasa. Sama seperti kita. Hanya saja mereka memiliki sebuah kontrol yang minim terhadap dirinya sendiri ketika tersulut emosi.
Tidak perlu takut dengan mereka. Kita hanya perlu sedikit penyesuaian diri dan menjadi orang atau lingkungan yang menerimanya apa adanya dan membantunya untuk berubah. Bagaimana caranya?
1. Berikan simpati yang lebih
Sebisa mungkin kita harus berusaha untuk menjadi lingkungan yang positif untuk mereka. Paling tidak, kita harus berusaha untuk tidak memancing amarahnya.
Berusahalah untuk ada ketika orang lain meninggalkannya, berusahalah untuk menjadi teman yang mau menanyakan keadaannya ketika orang lain justru ramai memberikan penghakiman, jadilah sosok teman yang menyenangkan.
2. Dengarkan
Ketika seorang pemarah sedang marah, dengarkan. Percuma saja untuk membantah, membela diri, atau mengancamnya untuk berhenti marah. Apalagi terbawa emosi hingga ikut marah.
Seorang pemarah hanya butuh untuk didengarkan. Ingat, kita tidak sedang menganggap diri sendiri lemah untuk melawan seorang teman. Kita hanya harus memiliki empati dan berusaha untuk memahami kondisinya. Paling tidak kita harus mendengarkannya.
3. Beri pelukan
Ketika mereka selesai menyampaikan segala sesuatu yang bergemuruh dalam dadanya, berikan pelukan. Bagaimanapun, pelukan adalah kontak fisik yang sangat menenangkan.
Seorang pemarah membutuhkan itu dari lingkungannya. Karena kebanyakan dari kita justru meninggalkannya ketika marah, mengusirnya dan mengucilkannya. Kita harus ada sampai mereka merasa lebih baik.
4. Menjadikannya seorang teman dan ungkapkan perasaan
Sesekali, luangkan waktu untuk berbicara dengannya. Akan lebih mudah jika kalian adalah seorang teman atau keluarga.
Ungkapkan perasaan yang kamu miliki padanya. Namun ingat, kamu harus memastikan mood-nya sedang baik, kalian sedang duduk secara empat mata, dan awali dengan mengucapkan kata maaf karena kamu harus mengatakan ini demi kebaikan.
Kali pertama, kamu harus memberi penegasan kepadanya bahwa setelah sekian lama, kamu mulai memahami bahwa dia termasuk orang yang sulit mengontrol kemarahan. Namun, hal itu tidak mengurungkan niatmu untuk menjadi teman baginya.
Kamu menerimanya apa adanya. Dan kamu akan senang jika dia berusaha untuk menjadi seseorang yang jauh lebih baik dengan kamu yang akan membantunya. Tentunya tidak instan, namun kamu akan berusaha untuk menjadi manusia yang ada kapanpun dibutuhkan.
Kamu harus menegaskan bahwa yang kamu lakukan adalah tulus karena kamu bisa melihat sisi baik darinya. Usahakan untuk mengatakan dengan selembut mungkin agar dia tidak merasa tersinggung.
5. Bantunya dengan sabar
Membantu seorang pemarah untuk lebih sabar dan mampu mengelola emosinya bisa dimulai dengan mencaritahu penyebabnya. Apakah memang dia terbiasa dengan lingkungan seperti itu atau ada penyebab yang lain. Dengan mengetahui penyebabnya, akan lebih mudah untuk memutuskan langkah selanjutnya.
Lakukan dengan sebaik mungkin. Misalnya dengan mengajaknya berbaur, beribadah, dan melakukan banyak kegiatan positif bersama-sama.
Jika setelah sekian lama dia tidak kunjung berubah, usahakan untuk mengajaknya berkonsultasi kepada psikolog. Mendatangi psikologi bukan hal yang memalukan, kok.
Jangan mengharapkan perubahan yang instan. Tentu saja semuanya membutuhkan waktu dan pengorbanan.
Itu dia 5 cara menyikapi seorang pemarah dan membantunya untuk berubah. Bagaimana? Semoga kita bisa menjadi lingkungan yang positif. Yuk mulai dari orang-orang terdekat!
Baca Juga
-
Dari Flu hingga Leptospirosis: 8 Penyakit Musim Hujan yang Harus Diwaspadai
-
Bencana yang Berulang, Apakah Kita Benar-Benar Siap Menghadapi Hujan Deras?
-
Suara Ibu Rumah Tangga di Tengah Ketidakadilan: 5 Alasan Harus Didengar!
-
Cuma Butuh HP, 5 Aplikasi Ini Bisa Bantu Catat Keuangan Usaha Sendiri
-
Fenomena Mager di Pertengahan Ramadan, Ini 4 Penyebabnya!
Artikel Terkait
-
Punya Temperamen Buruk? Coba 3 Tips Mengelola Rasa Marah Ini!
-
4 Alasan Mengapa Pasangan Memilih Diam Saat Kamu Sedang Marah
-
Hati-hati! Berikut 4 Tanda Teman akan Menusuk dari Belakang
-
4 Tanda Teman sedang Menghadapi Masalah, Kita Harus Peka!
-
4 Sifat Buruk Rekan Kerja yang Wajib Kita Hindari, Bikin Resah!
Lifestyle
-
Glowing Alami dengan 4 Toner Ekstrak Apel, Kulit Bersih hingga ke Pori
-
Fenomena Auroreg di Malang, Aurora Finlandia dengan Kearifan Lokal?
-
Di Korea, Bantuan Uang Tunai Gak Bisa Bikin Anak Muda Jadi Mau Menikah dan Punya Anak
-
4 Serum Heartleaf untuk Lawan Jerawat dan Kemerahan, Harga Mulai Rp45 Ribu
-
Kuliah di Amerika, Tapi Bahasa Inggris Anak Pejabat Ini Malah Jadi Bahan Ledekan Netizen
Terkini
-
Desas-desus Ganti Kapolri: Publik Butuh Kepastian, Bukan Drama
-
Di Tengah Krisis Literasi, Kampung Ini Punya Perpustakaannya Sendiri
-
Dunia Perfilman Berduka, Robert Redford Meninggal Dunia di Usia 89 tahun
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Stevia Aman Gak Sih? BPOM sampai Guru Besar IPB Jawab Tudingan Picu Diabetes dan Kanker!