Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Berliana Dyah Ayu Tasya
Ilustrasi INFP menulis (pexels.com/Zen Chung)

INFP adalah salah satu dari 16 kepribadian dalam MBTI. Menurut 16personalities.com, kepribadian yang mendapat julukan mediator ini, kebanyakan memiliki mimpi menjadi penulis. Salah satu contoh penulis berkepribadian INFP adalah William Shakespeare, seorang penulis terkenal dunia dengan naskah drama populernya Romeo & Juliet. Berikut empat alasan kenapa pemilik kepribadian INFP berbakat menjadi seorang penulis.

1. Perenung

INFP sering merenungkan banyak hal. Mencari sebab sesuatu bisa terjadi. Mungkin kepribadian yang lain juga melakukannya, tapi INFP lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal ini. Berbagai pertanyaaan tentang kehidupan selalu muncul di pikirannya. Termasuk tentang tujuan hidupnya sendiri.

Dari luar mungkin orang lain menganggapnya sebagai seorang yang lambat dalam melakukan atau memutuskan sesuatu. Padahal sebenarnya, ada banyak pertanyaan dikepalanya yang menunggu untuk dicari jawaban. Itulah kenapa INFP sering membutuhkan waktu lama dalam memutuskan sesuatu.

Dengan menjadi penulis, INFP dapat menyalurkan apa yang menjadi renungannya selama ini. Pemahaman-pemahaman baru yang membawa ke arah kebijaksanaan tentunya akan lebih baik dibagi melalui tulisan.

2. Penyendiri

Seorang penulis, tentu akan membutuhkan waktu lebih banyak untuk merangkai kata. Meskipun terkadang melakukan riset dan berinteraksi dengan orang lain, namun dalam menuangkan pengetahuan ke dalam tulisan, seseorang perlu untuk menghabiskan waktunya sendiri dan tentunya dalam suasana yang tenang.

INFP cenderung suka menghabiskan waktu dalam kesendirian. Walaupun INFP juga menyukai dunia sosial, namun keramaian terkadang membuatnya tidak nyaman. Dalam kesendirian tersebut, INFP dapat merenung, berimajinasi, atau melakukan hal-hal yang ia sukai tanpa perlu berinteraksi dengan orang lain. Dengan menjadi penulis, INFP akan merasa nyaman karena ia bisa menghabiskan waktu sendiri sekaligus melakukan sesuatu yang produktif dan bermanfaat.

3. Suka berimajinasi

Selain merenung, INFP juga suka menghabiskan waktunya sendiri dengan berimajinasi. Tentunya imajinasi adalah kunci untuk membuat sebuah karya fiksi. Jadi walaupun INFP terkesan pemalas atau tidak pernah melakukan apapun karena hanya berdiam diri, dengan menjadi penulis, ia bisa menyalurkan imajinasinya dan dapat menginspirasi banyak orang.

4. Pengamat Andal

Bagi yang belum mengenal INFP, kemungkinan akan menganggap bahwa pribadi ini pendiam. Namun sebenarnya, walaupun pendiam bukan berarti INFP tidak peduli pada apa yang ada disekitarnya. Pribadi ini lebih banyak mengamati dibanding terjun langsung dalam interaksi sosial.

INFP mencatat dalam ingatannya bagaimana orang-orang dalam berinteraksi. Bagaimana sudut pandang setiap orang yang tentunya berbeda dan kadang bertentangan. Penasaran motif dibalik seseorang melakukan suatu hal. Menjadikan seorang INFP tidak mudah menghakimi. Itulah yang membuat INFP cocok jadi penulis. Terlebih jika yang ditulisnya adalah fiksi tentunya penggambaran karakter yang diciptakan INFP lebih hidup.

Itulah empat alasan kenapa INFP cocok menjadi seorang penulis. Dengan menjadi penulis, INFP dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Memberi manfaat dan menginspirasi, tentunya dapat meningkatkan kepercayaan diri INFP. Menjalani hidup akan jauh lebih nyaman karena dapat menjadi diri sendiri.

Berliana Dyah Ayu Tasya