Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Aditya Prayogi
Ilustrasi marah (Pixabay/yogendras31)

Ketika seseorang tengah berbuat kesalahan-kesalahan, sudah sewajarnya kamu turut menasihati mereka dalam kebenaran. Tetapi, apa jadinya bila maksud baik kamu rupanya ditolak mentah-mentah, bahkan sampai dimarahi. 

Apabila sudah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari orang yang sebetulnya dipedulikan, mungkin kamu akan merasa mengkal dan tidak ingin lagi berurusan dengan mereka. Kita biasa menyangkutpautkan seseorang yang marah-marah saat tengah dinasihati dengan gangguan psikologis yang mereka hadapi.

Dilansir dari Klikdokter, Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, mengungkapkan ada beberapa hal yang bisa membuat orang mengeluarkan reaksi negatif seperti itu. “Pertama, marah saat dinasihati itu sebenarnya merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri untuk melindungi harga dirinya,” jelas Ikhsan.

Seseorang mengkal saat dinasihati bisa jadi kamu kurang mengerti, merasakan, dan menempatkan situasi yang tengah mereka dihadapi atau mungkin saja ada hal lain lagi yang melatarinya. 

1. Tak baca situasi

Ilustrasi berhenti (Pexels/Mikael Blomkavist)

Strategi sukses berkomunikasi dengan orang lain penting untuk dipelajari agar kamu tidak hanya belajar merangkai kata-kata yang meyakinkan melainkan juga bisa menempatkan situasi, waktu, dan kondisi di hadapan lawan bicara.

Mungkinkah kamu menasihati seseorang di depan keramaian, jelas tidak, kan? Alhasil, kamu secara tidak sadar mempermalukan pendengarmu sehingga membuat masalah dan kondisi psikologis mereka, tak pelak, semakin terpuruk.

menasihati mereka dengan tutur bahasa yang baik dan sopan, serta dilakukan secara empat mata adalah cara terbaik yang mesti kamu coba. 

2. Salah memposisikan diri

Ilustrasi bertengkar (Pixabay/Takmeomeo)

Memposisikan diri sebagai orang yang merasa paling benar dan superior saat tengah memberi nasihat kepada pendengarmu adalah hal keliru yang patut dihindari.

Terlebih, kamu menasihati dengan nada menggurui sehingga membuat mereka semakin tak nyaman saat dinasihati oleh dirimu. 

Nah, agar rangkaian kata-kata nasihat yang kamu lontarkan dapat diterima dengan baik, sebaiknya posisikan dirimu sesuai dengan kondisi psikologis dan emosional yang tengah pendengarmu rasakan saat itu. Maka, komunikasi dua arah akan terlaksana dengan baik.

3. Memaksa seseorang menerima suatu nasihat

Ilustrasi konsultasi (Pixabay/bertoldbroderson)

Meskipun, nasihat yang dilontarkan mengandung maksud yang baik dan positif, kamu mesti bersiap menghadapi komentar negatif bahkan cacian jikalau nasihatmu ditolak secara mentah-mentah. Kamu juga tidak berhak menimpali dengan amarah dan memaksanya menerima nasihat darimu. 

Terdapat beberapa alasan logis mengapa mereka enggan menerima nasihat darimu, misalnya saja hubunganmu dengan pendengar tidak begitu dekat atau kamu justru tak paham dengan apa saja hal yang dialaminya alias asal ikut campur. Sebaiknya, kamu perlu mengetahui hal ini terlebih dahulu sebelum niat baikmu menjadi bumerang.

4. Tidak menggunakan kata-kata yang baik

Ilustrasi bertengkar (Pixabay/Ryan Mcguire)

Tak sedikit dari kita langsung melampiaskan amarah dan menghakimi secara berlebihan kepada pendengar yang sekiranya berbuat kesalahan atau kekeliruan, sehingga nasihat yang kamu beri tidak diterima dengan baik. Kamu mesti menggunakan kalimat-kalimat yang baik dan sopan saat menasihati pendengarmu.

Ada teknik yang cukup ampuh untuk menyiasati seseorang supaya mau mendengarkan hal-hal darimu, yakni teknik sandwich.

Teknik ini dapat kamu implementasikan dengan menyampaikan kata-kata yang baik dan sopan, perlahan diikuti dengan kritik yang membangun dan ditutup lagi dengan penyampaian kata-kata baik dan sopan seperti sebelumnya.

Itulah tadi 4 penyebab seseorang marah sama kamu saat dinasihati. Yuk, kita sadari dengan belajar saling mengerti!

Aditya Prayogi