Multitasking secara sederhana adalah kegiatan atau aktivitas yang kita lakukan secara bersamaan dalam satu waktu.
Menurut banyak orang, menjadi multitasking merupakan aktivitas yang membantu mereka menyelesaikan dalam pekerjaan. Tak ayal, tak sedikit yang kemudian berbangga menjadi 'si paling multitasking'.
Padahal pada kenyataannya, itu hanya omong kosong belaka. Menjadi multitasking tidak membuat pekerjaan lebih mudah, justru sebaliknya, malah bisa membuatnya lebih rumit karena tidak fokus.
Ingat, otak kita tidak diatur untuk itu!
Tahukah kamu, sejatinya otak kita tidak dibangun untuk multitasking. Otak kita justru dirancang untuk fokus pada satu hal di satu waktu. Jika dibombardir dengan banyak informasi atau aktivitas lain, kinerjanya justru akan semakin lambat.
Menurut ahli saraf MIT Earl Miller, otak kita tidak terhubung untuk melakukan banyak tugas dengan baik. Ketika seseorang mengira mereka telah melakukan banyak tugas, yang sebenarnya terjadi adalah mereka hanya beralih dari tugas ke tugas lain dengan cepat. Dan setiap kali ini terjadi, ada biaya kognitif yang mereduksi kinerja otak.
Selain itu, umumnya multitasking hanya dirasakan dan dilakukan orang yang kurang melakukan perencanaan. Sehingga aktivitas satu ke aktivitas lainnya saling bertubrukan dalam satu waktu.
Jika situasi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin jika seseorang rentan mengalami stres. Dalam dunia kerja, karyawan akan mudah burnout dan tidak bersemangat dalam pekerjaannya.
Lalu bagaimana agar terhindar dari multitasking?
1. Mulai dari mengelola prioritas
Tentukan skala prioritas untuk setiap pekerjaan yang dilakukan. Misalnya urutkan aktivitas berdasarkan tingkat kesulitan.
Saat otak masih segar, lakukan dahulu pekerjaan yang tersulit, baru kemudian lanjut ke hal yang mudah. Dengan begini, pekerjaan akan terselesaikan maksimal sesuai tenggat waktu.
2. Mengatur tenggat waktu pekerjaan secara jelas
Deadline atau tenggat waktu membantu kita bekerja secara lebih terorganisir, dan mengetahui prioritas mana yang harus diselesaikan lebih dahulu. Dengan begitu, bekerja bisa lebih efisien dan menghemat waktu.
Itulah dia alasan mengapa multitasking bukan solusi jitu dalam bekerja. Solusinya, tetap lakukan satu pekerjaan secara sadar, taktis, tapi tidak terburu-buru, barulah setelahnya beranjak ke pekerjaan lainnya. Jadi, jangan bangga lagi menjadi 'si paling multitasking' ya!
Baca Juga
-
Ingin Punya Kucing? Perhatikan Biaya Rawatnya!
-
Nasihat Finansial untukmu yang Alami Quarter Life Crisis
-
Hati-Hati! Latte Factor: Sepele, tapi Bikin Dompet Bolong!
-
3 Akibat Tidak Punya Goals Hidup, Jangan Sampai Kamu Mengalaminya!
-
Belajar dari Nagita Slavina, Anti Ngadu ke Ortu Kalau Berantem dengan Suami
Artikel Terkait
-
Tiko Anak Ibu Eny Tolak Pekerjaan Bergaji Besar, Alasannya Bikin Salut: Mental Orang Kaya
-
Benarkah Gen Z Tak Bisa Kerja dengan Baik?
-
Royhan Akbar Anak Mahfud MD Kerja Apa? Maharnya saat Nikahi Putri TGB Fantastis
-
Sosok Korban Carok Madura di Mata Keluarga: Sehari-hari Kerja Ini dan Perangainya Dikenal Santun
-
Daftar 9 Kelompok Orang Dianjurkan Tak Minum Kopi, Termasuk Penderita Epilepsi hingga Jantung
Lifestyle
-
3 Produk The Originote Ukuran Jumbo, Ada Micellar Water dan Sunscreen Spray
-
Viral Earbuds Berdarah, Ini Batas Aman Volume untuk Mendengarkan Musik
-
4 Gaya Fashion Youthful ala Kim Hye-jun yang Ideal untuk Acara Mid-Forma
-
3 Rekomendasi Serum yang Mengandung Buah Nanas, Ampuh Cerahkan Kulit Kusam
-
4 Rekomendasi OOTD Kasual Ryu Hye Young, Bikin Tampil Lebih Trendy Saat Hangout
Terkini
-
G-Dragon Ekspresikan Ikatan Kuat dengan Fans di Lagu Baru 'Home Sweet Home'
-
Raih Piala di MAMA Awards 2024, Pidato RIIZE Bikin Nangis Penggemar
-
Tren Childfree di Indonesia Melonjak, Sejauh Mana Negara Hadir?
-
Gagal Ikuti Tim Putra, Timnas Futsal Putri Raih Juara ke-3 di Ajang AFF Cup
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit