Sehabis menerima gaji, biasanya orang cenderung merasa dirinya sultan. Merasa dirinya punya uang sehingga suka menghambur-hamburkannya untuk hal yang kurang penting.
Kita kenalan yuk dengan Latte Factor, sebuah istilah yang dipakai jika kamu punya kebiasaan kecil yang tanpa sadar menguras keuangan, alhasil pengeluaran kita pun boncos. Padahal jika mau, uang tersebut bisa dipakai untuk hal yang lebih bermanfaat.
Apa saja yang termasuk dalam Latte Factor? Yuk simak!
1. Menganggap semua barang lucu dan layak beli
Apalagi jika ada teman yang bilang, "Barang ini lucu ya, kita kembaran yuk!" Nah lho!
Paling tidak tahan hawa nafsu kalau teman sudah mengajak kembaran, alhasil kita jadi ikut kepancing untuk beli. Padahal, barangnya tidak begitu kita butuhkan dan mungkin hanya sekadar lapar mata.
2. Tergiur Flash Sale
Mulai dari 10.10, 11.11, sampai 12.12, semuanya jadi target buruan! Meskipun murah meriah, kalau belinya tidak dikontrol, bisa jadi yang dikeluarkan malah lebih besar.
Padahal sehemat-hematnya belanja promo, tetap saja lebih hemat jika tidak belanja! Betul tidak?
3. Ngopi cantik
Belakangan, kedai kopi merebak di mana-mana. Apalagi, tak sedikit yang menawarkan harga yang terjangkau dengan promo menarik.
Buat karyawan kantor yang biasa beli ramai-ramai, ini bisa jadi godaan terbesar. Bayangkan jika biaya kopi dialihkan untuk beli reksadana setiap minggunya, pastinya akan menggunung nominalnya!
4. Biaya transfer antar bank
Saat ini, biaya transaksi bisa senilai Rp2.500. Ternyata kalau sering transfer, angka yang dikeluarkan lumayan juga.
Anggaplah kita rutin transfer sana-sini sebanyak 15x dalam sebulan, ada uang Rp37.500 yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan harian.
Solusinya, sekarang kita bisa menggunakan aplikasi jasa transfer yang gratis antar bank. Lumayan kan bisa memangkas biaya!
5. Kalap beli skincare atau baju, padahal yang lama masih ada
Kalau perempuan, alasannya seperti ini, "Aku kan belum punya hijab warna turqoise," padahal kerudung warna biru sejenis sih banyak di lemari!
Belum lagi skincare. Acapkali, belum habis produk satu, kita sudah ingin tambah produk lainnya. Jadinya beli lagi, beli lagi.
Jadi begitulah, jadi alasan kita tidak bisa menabung bukan karena soal gajinya. Tapi memang kita saja terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk Latte Factor ini.
Latte Factor ini bisa membahayakan kantong jika penghasilan sudah ketat, tapi kita sendiri tidak sadar kalau pengeluaran seperti ngopi atau belanja membuat keuangan makin cekak.
Tentunya kita tidak mau jika keuangan habis gara-gara Latte Factor. Memang sepele, tapi semoga kita bisa mengatasinya ya!
Baca Juga
-
Ingin Punya Kucing? Perhatikan Biaya Rawatnya!
-
Nasihat Finansial untukmu yang Alami Quarter Life Crisis
-
Alasan Multitasking Bukan Aktivitas yang Perlu Dibanggakan
-
3 Akibat Tidak Punya Goals Hidup, Jangan Sampai Kamu Mengalaminya!
-
Belajar dari Nagita Slavina, Anti Ngadu ke Ortu Kalau Berantem dengan Suami
Artikel Terkait
-
Lowongan Kerja Lulusan SMK: Gaji 7 Jutaan Menanti di Jakarta, Buruan Daftar!
-
OJK Pakai Jurus Ini Buru Rekening yang Terkait Judol
-
Ironi Hari Guru: Gubernur Bengkulu Manfaatkan Gaji Guru Honorer untuk Pilkada 2024
-
Pemilik Followers Terbanyak di Indonesia, Akun IG Raffi Ahmad Malah Jadi Sarana Kampanye: Digaji Berapa Ya?
-
6 Fakta Petani Milenial Dapat Gaji Rp10 Juta
Lifestyle
-
4 Rekomendasi OOTD Rora BABYMONSTER yang Wajib Kamu Sontek untuk Gaya Kekinian
-
4 Gaya OOTD Simpel ala Seohyun SNSD, Tetap Fashionable untuk Hangout!
-
4 Rekomendasi Outfit Kasual ala Momo TWICE yang Cocok untuk Hari-Hari Santaimu
-
4 Rekomendasi Mix and Match OOTD Chic ala Miyeon (G)I-DLE, Bikin Penampilan Lebih Modis
-
3 Sheet Mask Mengandung Aloe Vera Ampuh Atasi Sunburn, Harga Mulai Rp5 Ribu
Terkini
-
Janji Menguap Kampanye dan Masyarakat yang Tetap Mudah Percaya
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
Dituntut Selalu Sempurna, Rose BLACKPINK Ungkap Sulitnya Jadi Idol K-Pop
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik
-
Ulasan Buku Bertajuk Selamat Datang Bulan, Kumpulan Puisi Ringan dengan Makna Mendalam