Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Aghniya Ilma Hasan
Ilustrasi Latte. (unsplash.com/@olivialu10)

Sehabis menerima gaji, biasanya orang cenderung merasa dirinya sultan. Merasa dirinya punya uang sehingga suka menghambur-hamburkannya untuk hal yang kurang penting.

Kita kenalan yuk dengan Latte Factor, sebuah istilah yang dipakai jika kamu punya kebiasaan kecil yang tanpa sadar menguras keuangan, alhasil pengeluaran kita pun boncos. Padahal jika mau, uang tersebut bisa dipakai untuk hal yang lebih bermanfaat.

Apa saja yang termasuk dalam Latte Factor? Yuk simak!

1. Menganggap semua barang lucu dan layak beli

Apalagi jika ada teman yang bilang, "Barang ini lucu ya, kita kembaran yuk!" Nah lho!

Paling tidak tahan hawa nafsu kalau teman sudah mengajak kembaran, alhasil kita jadi ikut kepancing untuk beli. Padahal, barangnya tidak begitu kita butuhkan dan mungkin hanya sekadar lapar mata.

2. Tergiur Flash Sale

Mulai dari 10.10, 11.11, sampai 12.12, semuanya jadi target buruan! Meskipun murah meriah, kalau belinya tidak dikontrol, bisa jadi yang dikeluarkan malah lebih besar.

Padahal sehemat-hematnya belanja promo, tetap saja lebih hemat jika tidak belanja! Betul tidak?

3. Ngopi cantik

Belakangan, kedai kopi merebak di mana-mana. Apalagi, tak sedikit yang menawarkan harga yang terjangkau dengan promo menarik.

Buat karyawan kantor yang biasa beli ramai-ramai, ini bisa jadi godaan terbesar. Bayangkan jika biaya kopi dialihkan untuk beli reksadana setiap minggunya, pastinya akan menggunung nominalnya!

4. Biaya transfer antar bank

Saat ini, biaya transaksi bisa senilai Rp2.500. Ternyata kalau sering transfer, angka yang dikeluarkan lumayan juga.

Anggaplah kita rutin transfer sana-sini sebanyak 15x dalam sebulan, ada uang Rp37.500 yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan harian.

Solusinya, sekarang kita bisa menggunakan aplikasi jasa transfer yang gratis antar bank. Lumayan kan bisa memangkas biaya!

5. Kalap beli skincare atau baju, padahal yang lama masih ada

Kalau perempuan, alasannya seperti ini, "Aku kan belum punya hijab warna turqoise," padahal kerudung warna biru sejenis sih banyak di lemari!

Belum lagi skincare. Acapkali, belum habis produk satu, kita sudah ingin tambah produk lainnya. Jadinya beli lagi, beli lagi.

Jadi begitulah, jadi alasan kita tidak bisa menabung bukan karena soal gajinya. Tapi memang kita saja terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk Latte Factor ini.

Latte Factor ini bisa membahayakan kantong jika penghasilan sudah ketat, tapi kita sendiri tidak sadar kalau pengeluaran seperti ngopi atau belanja membuat keuangan makin cekak.

Tentunya kita tidak mau jika keuangan habis gara-gara Latte Factor. Memang sepele, tapi semoga kita bisa mengatasinya ya!

Aghniya Ilma Hasan