Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Fikri Akhmad Adhitiya
Ilustrasi Cinta. (Pexels/Shamia Casiano)

Cinta memang selalu menjadi topik menarik untuk dibahas. Lebih-lebih cinta dalam konteks asmara yang mungkin jadi struggle tersendiri bagi sebagian orang.

Datangnya cinta, atau lebih tepatnya datangnya seseorang yang akan menimbulkan cinta, bisa dibagi menjadi 3 (tiga) fase besar. Fase ini bukan suatu yang pasti ya, namun bisa menjadi patokan sebenarnya kamu sedang ada di posisi mana.

Apa saja fase itu?

1. First Love (Happiness Fase)

Semua orang pasti pernah merasakan cinta pertama. Biasanya nih, cinta pertama ini adalah fase dimana kita selalu dibuai akan keindahan.

Disini aku tulis juga dalam tanda kurung bahwa fase ini bisa disebut juga fase bahagia. Mengapa seperti itu?

Pertama, karena cinta pertama tidak selalu indah. Mungkin untuk orang-orang yang cinta pertamanya tragis, fase ini kurang cocok. Atau lebih tepatnya fase yang kamu alami bercampur antara fase satu dan fase dua.

Kedua, karena fase ini tidak selalu hanya berlaku pada first love saja. Tapi juga bisa di cinta kedua, ketiga, dan seterusnya.

Inti dari fase bahagia ini adalah saat kamu memandang cinta sebagai kebahagiaan. Penuh dengan kebahagiaan. Kamu merasa cintamu bersamanya indah-indah saja, paling bertengkar cuma masalah yang sangat sepele.

Namun cinta pertama ini akan berlalu. Entah bagaimana caranya, cintamu akan berakhir.

2. Fase Tragis

Fase yang pastinya ingin dihindari semua orang, dari namanya saja sudah menyeramkan. Setelah bertemu dengan orang yang memberimu kebahagiaan tak habis-habis, setelahnya mungkin kamu akan bertemu dengan seseorang yang menimbulkan rasa cinta padamu, sekaligus menjadi penyakit bagimu. 

Cinta bertepuk sebelah tangan, di-ghosting, dan lain sebagainya. Memang penyakit, tapi bagus buat kamu kok. Dengan begitu hatimu otomatis akan menghasilkan antibodi, yang akan sangat berguna untukmu menghadapi fase-fase berikutnya.

Fase ini mungkin tidak hanya sekali, setelah melewatinya mungkin kamu akan bertemu dengan fase ini lagi. Seperti fase pertama, fase ini mungkin juga akan kamu alami dengan beberapa orang yang kamu temui.

Perlahan kamu akan mulai menerima dirimu dan cintamu yang menyakitkan. Perlahan kamu bisa lepas dari belenggu cinta yang menyakitimu. Perlahan kamu mulai belajar bahwa cinta itu bukan hanya tentang kebahagiaan. Dan saat inilah cinta dan hatimu sedang di-upgrade.

3. Cinta Sesungguhnya

Cinta sejati, sangat tidak pasti sebenarnya. Jika kita membatasi cinta sejati adalah cinta setelah kita menikah, mungkin salah. Bisa saja hubungan setelah menikah justru fasemu yang kedua, tiada yang tahu. 

Oleh karena itu, cinta sejati adalah masa kamu menerima segala kekuranganmu, paham betul akan sakit dan resiko cinta, kamu tak lagi menggantungkan kebahagiaan hanya pada cinta, namun kemudian datang seseorang yang memberikan segala keikhlasan cintanya, berbagi segalanya untukmu.

Indah bukan? Kita tidak akan tahu pasti sedang berada di fase mana. Kita akan tahu setelah fase itu berlalu.

Fase cinta bukan mengenai rotasi manusia yang hadir dalam hidupmu, namun tentang perasaanmu sendiri menghadapi cinta. Tidak ada patokan pasti fase apa yang sedang kamu alami, semua kembali pada bagaimana kamu menanggapi cinta yang sedang kamu jalani.

Beberapa orang mungkin cukup beruntung tidak perlu mengalami sakit, sebagian lain harus berkali-kali dihadapkan pada cinta yang menyakitkan. Satu hal yang pasti, cinta sejati akan datang pada kondisi dan waktu yang tepat.

Saat fase cinta sejati itu datang, mungkin kamu tidak akan menyadarinya. Seperti aku tulis di atas, kamu mengetahui suatu fase setelah fase itu berakhir, sedangkan cinta sejati tidak akan mengenal kata akhir.

Fikri Akhmad Adhitiya