Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Rion Nofrianda
Individu dengan keunikannya (Dok. Pribadi/ Rion Nofrianda)

Psikologi berpandangan bahwa setiap manusia dianggap unik. Pasalnya setiap manusia terlahir dengan kepribadian yang berbeda-beda antar individu. Hal ini dijelaskan Pervin (2005) yang menyebutkan bahwa kepribadian adalah karakteristik yang menetap dalam diri seseorang dan dapat menggambarkan perilaku individu untuk digunakan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 

Salah satu teori kepribadian yang mengaitkan dengan karier yaitu teori kepribadian lima faktor atau disebut juga dengan The Big Five Personality dikembangkan oleh McCrae. McCrae menjelaskan dalam tulisannya yang berjudul 'Social Consequences of Experiential Openness' menjabarkan lima faktor kepribadian sebagai representasi dari struktur trait yang menjadi dimensi utama dari kepribadian seseorang.

BACA JUGA: 3 Tanda Bahwa Kita Telah Dewasa dalam Pemikiran, Usia Bukan Patokan!

1. Neuroticism

Faktor kepribadian yang pertama yaitu neuroticism. Feist dan Feist (2018) menjelaskan bahwa individu yang memiliki skor tinggi pada faktor neuroticism cenderung mudah cemas dalam menghadapi sebuah tekanan, selain itu terdapat indikasi emosional dan mudah rapuh ketika mengalami stres. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki skor rendah cenderung tenang dalam menghadapi segala situasi. 

2. Extroversion

Faktor kedua ini dihubungkan dengan hubungan sosialnya dengan orang lain. Robbins dan Judge dalam bukunya organizational behavior menyebutkan bahwa seseorang dengan kepribadian ekstrovert cenderung suka berteman, cukup tegas dalam bertindak dan ramah sedangkan introvert cenderung pendiam, pemalu dan tenang. Faktor kedua ini cukup populer di kalangan masyarakat dan bahkan menobatkan dirinya sebagai orang yang ekstrovert maupun introvet.

BACA JUGA: 3 Manfaat Memiliki Support System dalam Hidup, Bisa Tingkatkan Motivasi!

3. Conscientiousness

Pada umumnya orang yang memiliki skor tinggi pada faktor conscientiousness merupakan individu yang pekerja keras, tepat waktu dan tekun dalam mengerjakan tugas serta tanggung jawabnya. Sebaliknya, pribadi yang rendah skor cenderung tidak terorganisasikan, cenderung malas, ceroboh dan tidak berarah-tujuan serta cukup mudah menyerah jika dihadapkan dengan situasi yang sulit (Feist dan Feist, 2008). 

4. Agreeableness

Faktor keempat ini berhubungan dengan kepatuhan seseorang kepada orang lain. Orang dengan tingkat agreeableness yang tinggi merupakan individu dengan kecenderungan bersikap kooperatif, hangat dalam menjalin hubungan, serta memiliki kepercayaan atau mudah percaya kepada orang lain. Selanjutnya diindikasi sebagai individu yang murah hati, suka meringankan beban orang lain, mudah menerima dan baik hati.

Di sisi lain, seseorang yang mendapat skor rendah pada faktor  agreeableness merupakan individu yang memiliki kecenderungan antagonistik penuh kecurigaan dalam berhubungan dengan orang lain, kurang ramah, mudah kesal jika suatu keadaan tidak sesuai dengan yang diharapkannya dan mudah mengkritik orang lain (Robbins dan Judge, 2015).

BACA JUGA: Jangan Panik! Ini 5 Tips agar Tidak Canggung Saat Bertemu Mantan

5. Openness to Experience

Faktor yang terakhir yaitu berkaitan dengan upaya individu dalam mencari pengalaman hidupnya. Heller (2002) menyebutkan bahwa openness to experience berkaitan dengan kreativitas dan artistik. Individu dengan karakteristik skor openness to experience yang tinggi cenderung kreatif, mampu berimajinasi, penuh rasa penasaran, terbuka dalam perubahan serta memiliki pandangan luas. Sedangkan individu dengan skor rendah cenderung konvensional, rendah hati, serta tidak terlalu penasaran terhadap sesuatu.

Jadi, wajar jika sebuah perusahan melakukan tes kepribadian untuk memastikan ketepatan kandidat yang dipilih, sehingga pelaksanaan psikotes yang dilakukan pada tahapan seleksi merupakan langkah untuk mendapatkan review kandidat yang sesuai dengan posisinya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Rion Nofrianda