Tersembunyi di sebuah sudut kota, Fame Cafe di Kota Jambi menawarkan pengalaman nongkrong yang terasa ringan namun berkesan sebuah tempat yang cocok untuk melepas lelah setelah aktivitas harian, bertemu teman, atau sekadar menepi sebentar dengan secangkir kopi dan makanan nikmat.
Suasana di dalamnya begitu santai, interior menghadirkan kombinasi antara desain kasual dan hangat: meja kayu, pencahayaan lembut, beberapa sudut dengan sofa empuk yang memanggil kita untuk duduk lama-lama. Di tengah kota yang kadang terasa cepat dan berisik, Fame Cafe menghadirkan oase ringan, tempat di mana waktu terasa sedikit lebih lambat.
Saat melangkah ke dalam, aroma seduhan kopi segera menyambut bukan aroma yang mendominasi, namun cukup memberi sinyal bahwa kita memang sedang memasuki ruang untuk bersantai. Pelayanan di sini juga terasa ramah dan tidak terburu-buru.
Petugas menyambut dengan senyuman, menjelaskan menu dengan sabar jika tamu bertanya, dan membiarkan pengunjung memilih sudut yang paling nyaman. Inilah salah satu kekuatan tempat ini: ia tidak hanya menawarkan makanan dan minuman, tetapi juga memberi ruang untuk “berhenti sejenak”.
Menu di Fame Cafe cukup variatif mulai dari kopi dan minuman kekinian hingga makanan berat ringan yang menggoda. Saya sempat mencoba salah satu menu favorit di sini sandwich gurih dengan isi dipanggang sempurna, keripik renyah di sampingnya, dan latte hangat yang dikreasi dengan desain latte art sederhana namun menarik. Rasa kopi terasa halus, tidak terlalu pahit, dengan sedikit nuansa manis yang pas cocok bagi mereka yang bukan penggemar kopi “gelap” ekstrem. Sementara makanan pendampingnya terasa segar dan didatangkan dengan porsi yang cukup memuaskan untuk satu orang.
Menjelang sore, sensasi di kafe ini berubah sedikit: lampu dinyalakan agak redup, musik lounge lembut mengalun, dan beberapa meja mulai diduduki pengunjung yang tampaknya ingin menikmati malam dengan obrolan panjang atau sekadar mengerjakan tugas dengan laptop.
Di saat itu, pilihan minuman non-kopi juga menarik: smoothies buah yang segar, teh dingin dengan sirup ringan, atau mocktail yang tampak keren di media sosial. Dari sekilas pengamatan, Instagram story pengunjung sudah mulai menampilkan sudut-sudut cantik di kafe ini tanda bahwa selain rasa, tampilan juga tak diabaikan oleh pengelola.
Dari segi harga, Fame Cafe terasa cukup bersahabat untuk banyak kalangan: mahasiswa, pekerja muda, hingga keluarga yang ingin santai tanpa terasa terlalu mahal. Ini penting, karena sebuah kafe “santai” sebaiknya tidak membuat pengunjung merasa terbebani hanya untuk menikmati waktu di sana. Dan dari pengalaman saya, banyak tamu yang datang sendirian, membawa buku atau laptop, maupun datang bersama teman artinya kafe ini fleksibel untuk bermacam kebutuhan.
Dari segi interior dan layout ruang, saya mencatat bahwa kafe ini memperhatikan kenyamanan tidak terlalu ramai dengan hiasan yang berlebihan, tetapi cukup punya detail agar tampak menarik. Ada beberapa sudut “foto-friendly” bagi pengunjung yang suka dokumentasi, tetapi tidak sampai membuat suasana menjadi “panggung selfie” sehingga mengganggu orang yang datang ingin menikmati ketenangan. Ini seimbang, dan menurut saya itu nilai plus besar.
Secara keseluruhan, Fame Cafe berhasil memenuhi dua kebutuhan utama dari sebuah kafe modern di kota seperti Jambi: rasa yang nikmat dan suasana yang nyaman. Dua elemen itu sering kali sulit ditemukan secara bersamaan banyak tempat yang fokus ke estetika tapi kurang di rasa makanan, atau sebaliknya. Di sini, saya merasa keduanya hadir dengan cukup baik. Seandainya saya memberi catatan kecil, mungkin pilihan makanan berat bisa lebih banyak variasinya agar menjadi pilihan utama untuk makan malam, tetapi untuk nongkrong dan santai sore itu, kafe ini sudah sangat layak.
Bagi Anda yang mencari tempat di Jambi untuk bersantai, baik sendirian atau bersama teman, saya merekomendasikan mampir ke Fame Cafe. Duduklah di sudut yang nyaman, pesan minuman favorit Anda, biarkan dunia sebentar lewat dan nikmati momen yang ringan namun berarti.
Baca Juga
-
Terjebak dalam Kritik Diri, Saat Pikiran Jadi Lawan Terberat
-
Takut Dinilai Buruk, Penjara Tak Terlihat di Era Media Sosial
-
Peduli Kesehatan Mental Remaja, HIMPSI Gelar Sosialisasi di SMAN 3 Jambi
-
Menuju Generasi BAIK, Pro Ide Sebaya Sosialisasi di Desa Senaung Jambi
-
Go Internasional, Dosen FKIK UNJA Gelar Pengabdian di PPWNI Malaysia
Artikel Terkait
-
Bakery Cafe Asal Korea Selatan Hadir di Depok, Sajikan Rasa Matcha yang 'Cuma Ada di Sini'
-
Butuh Tempat Me Time? Ini 3 Library Cafe Paling Cozy di Utara Jogja
-
Lebih dari Sekadar Kopi: Eksplorasi Rasa dan Gaya Hidup di Cafe Brasserie Expo 2025
-
Buaian Coffee Jogja: Kisah 'Rumah' Hangat yang Lahir dari Ruang Kosong di Gang Sempit
-
Unik Banget! 10 Kuliner Indonesia Ini Namanya Jorok, tapi Rasanya Bikin Nagih
Ulasan
-
Review Film Good Fortune: Komedi Malaikat yang Menggelitik Hati dan Pikiran
-
Maksa Penonton Nangis! Film Regretting You Rasa Sinetron Dilengkapi Iklan
-
Review Air Mata Terakhir Bunda: Magenta yang Bikin Mata Menganak Sungai!
-
Review Drama Korea 2025 'Spirit Fingers': Hangatnya Persahabatan dan Kisah Cinta
-
Review Film 22 Menit, Ketika Jakarta Menjadi Medan Perang Sesungguhnya
Terkini
-
Sudah Move On dari Luka Lama? Ini 5 Tanda Kamu Benar-Benar Pulih!
-
Nasib! Banding Ditolak FIFA, Malaysia Juga Terancam Potensi Hukuman Tambahan
-
Jefri Nichol dan Ameera Khan Putus? Bukti Unfollow Hingga Hapus Foto Jadi Sorotan!
-
Film Lupa Daratan Bikin Vino G. Bastian Lupa Cara Akting, Masa Sih?
-
Kasus Narkoba Ubah Sikap Virgoun, Inara Rusli Akui Komunikasi Membaik?