Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Ridho Hardisk
Ilustrasi membaca informasi. (pexels.com/alleksana)

Mungkin attention span masih asing di telinga banyak orang awam. Istilah ini memiliki maksud durasi seberapa lama seseorang bisa konsentrasi untuk memahami konteks dari sebuah informasi yang diterima. Saya sendiri sudah melihat fenomena yang ada di sekitar saya yang di mana teman saya itu suka langsung nanya tanpa membaca lebih seksama dari informasi yang baru didapat. Akibatnya, bisa salah paham dalam menangkap makna dari informasi tersebut serta lebih buruknya sampai melakukan aksi dari hasil kesalahpahaman itu.

Maka dari itu, pada pembahasan kali ini, saya akan membahas betapa pentingnya bagi kita menjaga attention span. Mari simak pembahasannya dan saya berharap bagi kamu yang membaca bisa langsung menerapkannya.

Berpengaruh terhadap produktivitas

Ilustrasi bekerja. (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jika attention span kamu durasinya pendek atau sebentar, artinya kamu sulit untuk konsentrasi pada pekerjaan dan aktivitas lainnya yang rutin kamu kerjakan. Produktivitas yang langsung kena dampak ketika kamu tidak bisa fokus dalam waktu yang seperti tidak biasanya. Ini sangat krusial bagi kamu yang sudah bekerja karena jika memang terjadi, akan memperburuk penilaian kinerjamu. Cobalah untuk minum air lebih banyak karena itu bisa membantu meningkatkan fokus.

Bijak dalam menggunakan media sosial

Ilustrasi menggunakan media sosial. (pexels.com/cottonbro studio)

Terkadang saya menemukan teman saya yang baru mendapat informasi dari Instagram mengenai sebuah event, dia hanya membaca dalam hitungan tidak sampai 5 detik sudah langsung bertanya mengenai kapan acaranya dimulai, siapa saja yang bisa ikut, HTMnya berapa dan lain sebagainya. Padahal itu semua sudah ada tertera di feeds atau di caption. Biasanya penyebabnya adalah kebiasaan scrolling beranda yang membuat pikiran dilimpahkan oleh banyak informasi yang mesti dilihat atau desain media sosialnya terlalu stimulus untuk fokus melihat begitu banyak informasi secara masif.

Bisa membuat keputusan yang salah

Ilustrasi mengambil keputusan. (pexels.com/Kampus Production)

Jika durasi semakin pendek, maka setelah baca sebuah informasi di media sosial atau platform lainnya tidak maksimal 100%. Potensi terburuknya adalah seseorang bisa melakukan distorsi karena makna yang ditangkap belum lengkap. Dampaknya sudah jelas kepada orang lain yang bisa mungkin mendapatkan berita atau informasi yang semu atau manipulatif. Ini sudah menunjukkan bahwa sudah tidak bisa mengambil keputusan yang tepat karena kurangnya nalar kritis. Jadi solusi yang bisa dilakukan secara perlahan adalah sering membedah buku. Perlahan tapi pasti dengan latihan yang rutin, kualitas literasi bisa meningkat karena itu sebuah kebutuhan bagi kita yang hidup di era digital seperti sekarang.

Mari kita jaga attention span kita untuk menjadi pribadi yang lebih kritis serta bisa bijak dalam menggunakan platform media sosial. Semoga bermanfaat.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Ridho Hardisk