Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Desyta Rina Marta Guritno
Ilustrasi Barang Dagangan (Pixabay/G.C.)

Istilah upselling sedang ramai dibicarakan sebagai butut dari keluhan warganet terhadap teknik upselling yang dilakukan oleh sebuah perusahaan makanan. Lantas sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan teknik upselling?

Menyadur dari laman Forbes, upselling adalah teknik penjualan di mana penjual mencoba menjual versi lanjutan atau premium dari produk atau layanan yang digunakan atau dicoba dibeli pelanggan.

Misalnya, kamu sedang ingin membeli sebuah HP serharga Rp1.000.000, kemudian penjual akan menawarkan paket charger, earphone, dan temperes glass dengan menambah Rp50.000 sehingga total menjadi Rp1.050.000.

Dari sisi penjual, ada beberapa batasan dan etika yang perlu diperhatikan jika ingin memberlakukan teknik tersebut, berikut ulasannya.

1. Adanya Pengetahuan tentang Upselling

Sebelum memberlakukan teknik upselling pada pembeli, seharusnya penjual mengetahui terlebih dahulu bagaimana teknik upselling seharusnya dilakukan. Jika memiliki karyawan, pastikan juga mereka sudah mendapat briefing dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahan saat melayani pembeli.

2. Memberi Informasi dengan Jelas

Hindari menggunakan taktik penjualan yang menyesatkan atau membuat klaim yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, berikan informasi yang jelas soal perbedaan layanan atau produk asli dengan yang di-upsell. Jika perlu, pasang tulisan agar pembeli bisa mempertimbangkan sejak awal.

BACA JUGA: 3 Penyebab Seseorang Mengalami Emotional Numbness, Merasakannya?

3. Menghormati Pembeli

Salah satu etika penting penjual saat memberlakukan upselling adalah menghormati pembeli, mulai dari memberi informasi yang jelas, tidak mendesak mereka untuk beli, serta menerima keputusan yang dibuat oleh pembeli.

4. Tidak Memanfaatkan Ketidaktahuan Pembeli

Jangan sekali-sekali memanfaatkan ketidaktahuan pembeli, banyak penjual nakal yang tidak memberi informasi secara jelas dan langsung memasukkan barang upselling ke tas belanjaan pembeli, seolah-olah mereka setuju. Teknik seperti ini bisa dianggap menyesatkan dan melanggar etika.

5. Perhatikan Keberlanjutan Hubungan dengan Pelanggan

Pemberlakuan upselling ini seharusnya tidak hanya menguntungkan satu pihak, pembeli juga seharusnya bisa merasa untung dengan adanya upselling ini. Jika transaksi initidak berhasil karena pembeli tidak setuju, maka tetap pastikan pembeli merasa dihargai dan didukung. Dengan demikian, keberlangsungan hubungan antara penjual dan pembeli bisa terus berlanjut.

6. Jangan Ada yang Rugi

Hanya demi sebuah keuntungan yang mungkin tidak seberapa, jangan sampai ada yang rugi dengan adanya transaksi ini. Pembeli bisa merasa rugi jika dipaksa, jika sudah demikian, maka penjual pun juga akan menerima imbasnya yakni menurunnya kepercayaan pembeli.

Itulah 6 etika dan batasan penjual jika ingin memberlakukan upselling, kepuasan dan pelayanan baik pada pembeli tetap yang utama.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Desyta Rina Marta Guritno