Dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, seringkali kita mengabaikan kegiatan-kegiatan sederhana yang tanpa disadari mampu menjadi latihan hebat bagi otak kita. Siapa sangka, di balik kesibukan kita, ada tiga aktivitas yang mampu merajut kecerdasan otak tanpa kita sadari.
Mari kita kupas bersama bagaimana kebiasaan sehari-hari dapat menjadi kunci untuk membuka potensi otak yang lebih tajam dan cerdas. Mari simak pembahasan mengenai aktivitas apa saja yang bisa membantu kinerja otak kita.
1. Membersihkan rumah
Membersihkan rumah, sebuah aktivitas yang sering dianggap sepele, ternyata memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan otak kita. Menurut studi BMC Geriatrics tahun 2021, aktivitas rumah tangga seperti membersihkan dan merawat rumah dikaitkan dengan volume otak yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik ringan dan kesehatan otak.
Selain itu, membersihkan rumah juga dapat berfungsi sebagai terapi stres. Lingkungan yang bersih dan rapi dapat mengurangi perasaan cemas dan gejala depresi, menciptakan suasana hati yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup.
Selain itu, rumah yang rapi memungkinkan otak untuk fokus dan konsentrasi lebih baik. Jadi, jangan anggap remeh aktivitas membersihkan rumah. Ini bukan hanya membuat rumah kita bersih, tetapi juga ‘membersihkan’ otak kita.
2. Mengikuti meeting sebuah project atau suatu kerjaan
Mengikuti pertemuan atau meeting proyek bukan hanya sekedar rutinitas kerja, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap kinerja otak. Pertemuan adalah arena di mana kita berinteraksi, berdiskusi, dan berkolaborasi dengan orang lain. Proses ini melibatkan berbagai fungsi otak, seperti pemahaman, memori, dan keterampilan komunikasi.
Selain itu, pertemuan juga memaksa kita untuk berpikir kritis dan analitis, merumuskan gagasan, dan membuat keputusan. Semua ini adalah latihan mental yang dapat meningkatkan kinerja otak. Selain itu, pertemuan juga memberikan kesempatan untuk belajar dan mengasah keterampilan baru. Misalnya, saat kita mendengarkan presentasi dari rekan kerja, kita belajar tentang topik baru dan mendapatkan perspektif baru.
Ini dapat merangsang otak kita dan membantu dalam pembentukan konektivitas neuron baru, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja otak. Namun, yang paling penting adalah bahwa pertemuan memberikan kesempatan untuk bersosialisasi. Interaksi sosial adalah bagian penting dari kesehatan mental kita.
Saat kita berinteraksi dengan orang lain, kita merasa lebih terhubung dan lebih bahagia. Ini dapat meningkatkan kesejahteraan emosional kita, yang pada gilirannya memiliki dampak positif terhadap kinerja otak kita.
Jadi, jangan anggap remeh pertemuan proyek atau kerjaan. Mereka bukan hanya bagian dari pekerjaan kita, tetapi juga peluang untuk ‘melatih’ otak kita dan membuatnya lebih ‘encer’.
3. Jalan-jalan ke Wisata Alam
Jalan-jalan ke wisata alam, sebuah aktivitas yang sering dianggap sebagai hiburan, ternyata memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan otak kita. Alam bebas memberikan udara segar dan lingkungan yang tenang, yang membantu meringankan tekanan psikologis.
Suara-suara alam seperti gemericik air dan kicau burung juga dapat memberikan rasa tenang dan rileks. Selain itu, tanaman hijau dan lanskap alam memiliki dampak positif pada kesehatan mental. Saat tubuh berinteraksi dengan alam, otak menjadi lebih tenang secara alami, sehingga stres akan berkurang drastis.
Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di luar ruangan dapat meningkatkan kreativitas, meningkatkan fokus dan konsentrasi serta meningkatkan daya ingat. Sebuah penelitian di Universitas Michigan, menemukan bahwa ingatan jangka pendek dan rentang perhatian meningkat sebesar 20% pada manusia setelah hanya satu jam berinteraksi dengan alam.
Jadi, jangan anggap remeh aktivitas jalan-jalan ke wisata alam. Ini bukan hanya membuat kita merasa lebih bahagia dan rileks, tetapi juga ‘membersihkan’ otak kita dan membuatnya lebih ‘encer’.
Jika sudah sering melakukan aktivitas ini, sebaiknya dipertahankan sampai dijadikan hobi atau kebiasaan harian. Semoga bermanfaat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Saat Buku Tak Bisa Dibaca: Akses Literasi yang Masih Abai pada Disabilitas
-
Cultural Tokenism di Dunia Hiburan: Representasi atau Sekadar Simbolik?
-
Dosen di Era Digital: Antara Pendidik dan Influencer
-
Di Balik Dinding Akademik: Kampus dan Luka yang Tak Terlihat
-
Mindful Eating atau Makan Sambil Scroll? Dilema Makan Sehat dan Screen Time
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Learning How to Learn: Kuasai Hal Baru Tanpa Buang Waktu
-
Ulasan Buku The Whole Brain Child: Strategi Kembangkan Kecerdasan Otak Anak
-
Begini Cara Bank Daerah Pertahankan Kinerja Keuangan
-
Pertahankan Kinerja Keuangan, Asuransi Astra Masuk Peringkat Satu Top 20 Financial Institution dan Best CFO Awards 2023
-
Ulasan Buku 'Aku Bahagia', Kumpulan Cerita Pembentuk Karakter Anak
Lifestyle
-
4 Ide OOTD Stylish ala Shin Soo Hyun untuk Gaya Nyaman Saat City Trip!
-
Simpel! 4 Inspirasi Outfit Chic ala Kim Da Mi untuk Segala Momen
-
Xiaomi Civi 5 Pro, Ditenagai Chipset Snapdragon 8s Gen 4 dan Kamera Leica
-
4 Padu Padan OOTD Anak Muda ala Jeong Saebi izna, Gaya Jadi Lebih Standout!
-
Tak Cuma Cokelat! 5 Pilihan Warna Rambut yang Menawan di Kulit Sawo Matang
Terkini
-
Rekap Semifinal Indonesia Open 2025: Dominasi Wakil China Terputus
-
2 Perspektif Tifo Raksasa La Grande Indonesia di Laga Lawan China, Kamu Setuju yang Mana?
-
Jennie BLACKPINK Tembus Daftar Album Terbaik Rolling Stone 2025
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
6 Drama China yang Dibintangi Pan Meiye, Beragam Peran