“Nabung dulu baru belanja.” Nyatanya, baru seminggu gajian, uangnya udah gatau ke mana. Kalau kamu Gen Z, pasti relate kan?
Nasihat klasik “nabung dulu baru belanja” kini sering kali kalah dengan notifikasi checkout berhasil dari aplikasi e-commerce. Bagi banyak Gen Z, menabung adalah niat baik yang sering tertunda, sementara checkout sering dijadikan alasan untuk self-reward.
Fenomena ini bukan sekadar candaan di TikTok atau X. Tapi, fenomena ini adalah potret nyata kebiasaan finansial generasi yang tumbuh di era digital dan konsumerisme cepat.
Perilaku Gen Z yang boros ini disebabkan oleh canggihnya teknologi dan internet yang semakin cepat, memudahkan mereka untuk menjangkau banyak hal, salah satunya e-commerce.
Menurut mereka berbelanja hanya untuk agar tidak ketinggalan zaman dan demi gengsi semata. Alhasil, mereka menjadi sangat konsumtif.
Di sisi lain, mungkin Gen Z menjadi generasi yang paling teredukasi tentang perencanaan finansial, seperti investasi. Tapi, nyatanya mereka sulit mengatur gengsi untuk tidak mengikuti tren terkini.
Budaya Konsumtif di Era Digital
Gen Z merupakan generasi yang tumbuh dengan internet, media sosial, dan e-commerce. Diskon dadakan, flash sale, sistem cicilan tanpa kartu kredit, hingga budaya “self-reward” menjadi pemicu utama pola konsumtif. Layanan pay later pada e-commerce seperti Shopee dan TikTok Shop menjadikan belanja begitu mudah, bahkan tanpa uang tunai.
“Habis gajian, uangnya langsung habis.” Kalimat ini sering terjadi, seakan-akan uang cuma numpang lewat aja.
Tekanan Sosial dan Fear of Missing Out (FOMO)
Media sosial menciptakan standar hidup yang sulit dikejar. Ketika teman-teman upload ngopi di tempat hits dengan OOTD keren, barang-barang mahal, dan liburan ke luar negeri. Hal tersebut menumbuhkan tekanan untuk terlihat “ikut mampu” dan sering bikin dompet terabaikan. Inilah yang membuat Gen Z memprioritaskan gaya hidup dibanding menabung.
“Daripada dikatain nggak update, mending ikut checkout meskipun besok makan indomie.”
Prinsip Hidup You Only Live Once (YOLO)
Prinsip “hidup cuma sekali” mengajak seseorang untuk menikmati hidup dan berani mengambil kesempatan, karena hidup hanya terjadi sekali. Meski prinsip ini memberikan dorongan untuk lebih berani mengambil risiko, penerapan yang kurang hati-hati bisa berujung pada keputusan yang kurang bijaksana.
Biasanya, Gen Z sering mempraktekkan ini dalam kehidupan nyata. YOLO sering mereka jadikan alasan untuk melakukan hal-hal dengan kesenangan sesaat, impulsif dan berani, tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang.
Realita Ekonomi yang Sulit
Walau literasi mengenai keuangan makin digaungkan, praktiknya belum menyentuh banyak anak muda sekarang. Belajar investasi, budgeting, atau sekadar menabung malah terkesan sulit. Sementara itu, promo, diskon, dan pay later malah lebih mudah dipahami dan cepat dieksekusi.
Kita juga harus melihat bahwa banyak Gen Z yang hidup di tengah tekanan ekonomi. Gaji UMR yang pas-pasan, belum punya aset, ditambah beban sebagai sandwich generation, bikin nabung terasa seperti suatu kemewahan. Maka tak heran, banyak yang lebih memilih kesenangan sesaat untuk menghibur diri.
Wacana atau Realita?
Gen Z bukannya nggak mau nabung, tapi realita yang dihadapi kadang lebih kuat daripada niat. Belum lagi budaya instan dan lingkungan digital yang memanjakan, membuat keinginan untuk menabung mudah tergeser. Maka, perlu ada ruang lebih luas untuk edukasi finansial yang membumi, bukan sekadar jargon.
Kalau kamu juga Gen Z yang sedang berjuang menyeimbangkan wishlist dan saving goals. Ingat: Nabung boleh, checkout juga boleh, asal tahu batas dan prioritas.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Mengekspresikan Diri Lewat Nada: Musik sebagai Bahasa Gen Z
-
Makan Sambil Nonton Jadi Gaya Hidup Baru Gen Z
-
Protes Gen Z di Nepal: Refleksi Kritis tentang Empati dan Keadilan Sosial
-
Nepal Membara: 5 Fakta Gokil Demo Gen Z yang Bikin PM Mundur Hingga Bakar Gedung Parlemen!
Lifestyle
-
Lettu Fardhana Move On Kilat! Ayu Ting Ting Santai Revisi Kriteria Suami?
-
Playlist Jadi Vitamin Mental: Musik Sebagai Mood Booster Anak Muda
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
4 Sheet Mask Kandungan Pearl yang Ampuh Berikan Efek Cerah dan Lembap
-
Mengekspresikan Diri Lewat Nada: Musik sebagai Bahasa Gen Z
Terkini
-
Bukan Cuma Anak Menkeu, Ini Sumber Kekayaan Yudo Sadewa yang Dihujat Netizen
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Budaya Trial and Error dalam Kabinet Indonesia
-
Ironis! Hanya Indonesia, Tim Semifinalis yang Gagal Lolos ke Putaran Final AFC U-23
-
Mahasiswa KKN UNS Kembangkan Program 'Berseri' untuk Kelola Sampah Organik di Serangan