Tren minum Pure Matcha terus ramai di TikTok beberapa hari terakhir. Banyak kreator membagikan rutinitas harian mereka dengan bubuk hijau, seolah matcha adalah kunci energi yang stabil, kulit glowing, hingga hidup lebih “clean aesthetic”.
Namun, di balik hype tersebut, perlu diingat bahwa meski matcha punya banyak manfaat, mengonsumsinya setiap hari dengan tidak tepat dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh.
Salah satu alasan utama adalah kandungan kafeinnya. Menurut European Food Safety Authority (EFSA), batas aman kafein untuk orang dewasa adalah hingga 400 mg per hari, dan sekitar 200 mg untuk ibu hamil.
Meski terasa lebih “halus” daripada kopi, matcha tetap mengandung kafein cukup tinggi: 1 gram matcha bisa berisi sekitar 19-44 mg kafein.
Banyak orang mencampurkan 2-3 gram per seduhan, sehingga sekali minum bisa menyamai satu espresso. Konsumsi berlebihan dapat memicu jantung berdebar, sulit tidur, hingga kecemasan.
Selain kafein, matcha juga kaya tanin, yaitu senyawa alami pada teh. Riset yang diterbitkan di National Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa tanin dapat menghambat penyerapan zat besi, terutama jenis non-heme yang banyak dikonsumsi perempuan.
Jika rutin diminum setiap hari, terutama dekat waktu makan, matcha dapat memperburuk risiko anemia atau membuat tubuh sulit mempertahankan kadar zat besi yang sehat.
Tidak berhenti di situ, matcha juga bisa menimbulkan iritasi lambung jika dikonsumsi saat perut kosong. Cleveland Clinic menjelaskan bahwa green tea, termasuk matcha, dapat meningkatkan produksi asam lambung pada sebagian orang.
Masalah lain yang jarang dibahas adalah kualitas matcha itu sendiri. Karena matcha terbuat dari seluruh daun yang digiling halus, bubuk berkualitas rendah berpotensi mengandung lebih banyak residu lingkungan seperti logam berat dari tanah tempat tanaman tumbuh.
Apakah ini berarti matcha harus dihindari? Tentu tidak. Matcha tetap kaya antioksidan, mendukung fokus, dan menjadi alternatif kopi yang menyenangkan.
Hanya saja, disarankan konsumsi 3-4 kali seminggu agar manfaatnya tetap didapat tanpa risiko berlebihan.
Di tengah gelombang konten yang membuat matcha terlihat sebagai “minuman ajaib”, penting bagi kita untuk kembali memahami tubuh sendiri.
Rutinitas sehat tidak selalu harus diikuti setiap hari, kadang, memberi jeda justru membuatnya lebih bermanfaat.
Baca Juga
-
Menopause Bukan Akhir, tapi Transisi yang Butuh Dukungan
-
Persib Bandung Move On dari Malut United, Fokus Hadapi Bhayangkara FC
-
Tak Lagi Masuk Halaman Sekolah, Begini Aturan Baru Mobil Pengantar MBG
-
Resolusi Tahun Baru: Mulai Berdamai dengan Uang, Bukan Hanya Target Menabung!
-
Bukan Tren Sesaat, Industri Hijau Kini Jadi Keharusan
Artikel Terkait
-
7 Matcha Powder Terbaik untuk Bikin Latte di Rumah: Rasa Lezat, Lebih Hemat
-
Terinspirasi dari Matcha, Begini Ritual Ketenangan dalam Setiap Rutinitas Kecantikan
-
Bakery Cafe Asal Korea Selatan Hadir di Depok, Sajikan Rasa Matcha yang 'Cuma Ada di Sini'
-
Matcha Masuk Jalanan! Tetap Fancy Meski dari Gerobak
-
Matcha Lagi Naik Daun, Varian Premium Ini Siap Jadi Menu Favorit Baru
Lifestyle
-
Hemat Waktu dan Tenaga, Ini 7 Cara Efektif Membersihkan Rumah
-
4 Cleanser Korea dengan Kandungan Yuja untuk Wajah Sehat dan Glowing
-
Totalitas Tanpa Batas: Deretan Aktor yang Rela Ubah Penampilan Demi Peran
-
5 Ide Mirror Selfie ala Ji Chang Wook, Kunci Tampil Cool dan Karismatik!
-
5 Kegiatan Seru buat Mengusir Rasa Sepi di Yogyakarta
Terkini
-
Menopause Bukan Akhir, tapi Transisi yang Butuh Dukungan
-
Rilis Trailer, Film Alas Roban Kisahkan Teror Mistis di Hutan Angker
-
Takut Kehilangan Lagi, King Nassar: Surga Aku Tinggal Mama!
-
Pikir Dua Kali Sebelum Menebang Pohon, Ini 5 Dampak yang Sering Diabaikan
-
Konflik Memanas, Ari Lasso Gandeng Pengacara untuk Hadapi Ade Tya