Pure Matcha Memang Sehat, Tapi Tidak untuk Setiap Hari: Ini Alasannya

Hikmawan Firdaus | Thedora Telaubun
Pure Matcha Memang Sehat, Tapi Tidak untuk Setiap Hari: Ini Alasannya
Bubuk Matcha di Sendok (Pexels/ Nataliya Vaitkevich)

Tren minum Pure Matcha terus ramai di TikTok beberapa hari terakhir. Banyak kreator membagikan rutinitas harian mereka dengan bubuk hijau, seolah matcha adalah kunci energi yang stabil, kulit glowing, hingga hidup lebih “clean aesthetic”. 

Namun, di balik hype tersebut, perlu diingat bahwa meski matcha punya banyak manfaat, mengonsumsinya setiap hari dengan tidak tepat dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh. 

Salah satu alasan utama adalah kandungan kafeinnya. Menurut European Food Safety Authority (EFSA), batas aman kafein untuk orang dewasa adalah hingga 400 mg per hari, dan sekitar 200 mg untuk ibu hamil. 

Meski terasa lebih “halus” daripada kopi, matcha tetap mengandung kafein cukup tinggi: 1 gram matcha bisa berisi sekitar 19-44 mg kafein. 

Banyak orang mencampurkan 2-3 gram per seduhan, sehingga sekali minum bisa menyamai satu espresso. Konsumsi berlebihan dapat memicu jantung berdebar, sulit tidur, hingga kecemasan.

Selain kafein, matcha juga kaya tanin, yaitu senyawa alami pada teh. Riset yang diterbitkan di National Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa tanin dapat menghambat penyerapan zat besi, terutama jenis non-heme yang banyak dikonsumsi perempuan. 

Jika rutin diminum setiap hari, terutama dekat waktu makan, matcha dapat memperburuk risiko anemia atau membuat tubuh sulit mempertahankan kadar zat besi yang sehat. 

Tidak berhenti di situ, matcha juga bisa menimbulkan iritasi lambung jika dikonsumsi saat perut kosong. Cleveland Clinic menjelaskan bahwa green tea, termasuk matcha, dapat meningkatkan produksi asam lambung pada sebagian orang. 

Masalah lain yang jarang dibahas adalah kualitas matcha itu sendiri. Karena matcha terbuat dari seluruh daun yang digiling halus, bubuk berkualitas rendah berpotensi mengandung lebih banyak residu lingkungan seperti logam berat dari tanah tempat tanaman tumbuh.

Apakah ini berarti matcha harus dihindari? Tentu tidak. Matcha tetap kaya antioksidan, mendukung fokus, dan menjadi alternatif kopi yang menyenangkan. 

Hanya saja, disarankan konsumsi 3-4 kali seminggu agar manfaatnya tetap didapat tanpa risiko berlebihan.

Di tengah gelombang konten yang membuat matcha terlihat sebagai “minuman ajaib”, penting bagi kita untuk kembali memahami tubuh sendiri. 

Rutinitas sehat tidak selalu harus diikuti setiap hari, kadang, memberi jeda justru membuatnya lebih bermanfaat.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak