Mendengar nama Klaten, yang terbesit dalam benak kita adalah kota yang menyuguhkan kedamaian dan ketenangan bagi siapa saja yang pernah singgah atau mendiaminya. Kabupaten Klaten, sebagai salah satu penghasil tembakau rajangan terbesar di Jawa Tengah, juga dikenal luas sebagai Kota Seribu Candi karena di sini berdiri kokoh candi-candi populer, seperti Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Candi Plaosan.
Bagi orang-orang yang ingin sejenak melepas kepenatan hidup, Klaten adalah pilihan yang tepat. Dengan biaya hidup yang murah serta suasana teduh dan tenang, kabupaten ini tentunya memberikan nuansa baru bagi mereka yang datang.
Asal nama Klaten sendiri diperkirakan berasal dari kata klati atau mlathi (dalam penuturan Jawa). Hal ini berkaitan dengan aktivitas masyarakat Klaten dahulu yang banyak menanami area sekitar tempat tinggalnya dengan bunga melati. Bunga ini dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi keperluan Keraton Yogyakarta.
Namun, ada pula yang menyebut asal usul nama Klaten dengan kisah Kyai Melati, seorang abdi dalem Keraton Mataram yang bertugas menyediakan bunga melati untuk para putra-putri keraton.
Berbicara mengenai Klaten tentu tidak sebatas keindahan alam dan potensi wisatanya. Wilayah yang diapit dua pusat budaya, yakni Yogyakarta dan Surakarta, ini juga memiliki ragam kuliner yang sayang jika tidak dicoba.
Karena letaknya yang strategis, cita rasa kuliner Klaten memiliki kekhasannya tersendiri. Salah satunya adalah Nasi Tumpang Lethok khas Klaten. Penasaran seperti apa makanan ini? Yuk, kita ulas lima fakta berikut ini.
1. Asli Klaten
Meski bisa saja Anda temui nama yang sama ketika berkunjung di wilayah Solo Raya ataupun Yogyakarta, Nasi Tumpang Lethok Klaten berbeda karena memiliki rasa dan tekstur yang otentik. Baru menggambarkan kuliner ini saja, rasanya lidah sudah bergoyang tidak tahan ingin mencobanya.
Keotentikan Nasi Tumpang Lethok khas Klaten sesungguhnya terdapat pada tekstur kuahnya yang kental dan legit. Tekstur unik ini merupakan hasil dari proses memasak yang panjang dan perpaduan antara ulekan tempe semangit dengan bumbu-bumbu khas dan kuah kental berwarna merah.
Di dalamnya juga terdapat sambal tumpang yang berisi krecek kulit sapi, tahu kulit (tahu pong), telur rebus, dan koyor (urat sapi). Semuanya dimasak bersama kuah berbumbu hingga meresap yang pada akhirnya menghasilkan tekstur lembut dan lumer di mulut.
Sensasi lain dari proses memasak yang panjang juga menghasilkan rasa gurih Nasi Tumpang Lethok yang membekas di lidah. Uniknya, sensasi ini tidak membuat enek dan tidak pedas berlebihan, melainkan rasa lezat tak terkira hingga membuat kita ingin menyuap lagi dan lagi.
2. Disebut Juga Sego Koyor
Selain populer dengan sebutan Nasi Tumpang Lethok, penganan ini juga banyak dikenal masyarakat sebagai Sego Koyor.
Sego dalam bahasa Jawa berarti nasi, sedangkan koyor (seperti dijelaskan sebelumnya) adalah sebutan bagi daging sapi bagian urat. Sebutan Sego Koyor bahkan lebih sering digunakan sehari-hari di lidah warga Klaten.
Tips mudah mengolah koyor adalah dengan memasaknya dalam waktu lama menggunakan api kecil (slow cooking) hingga empuk dan semua bumbu rempahnya meresap sempurna. Saat menyantap Sego Koyor, rasanya satu porsi tidak akan cukup. Anda bisa menambah hingga dua porsi atau lebih untuk menikmati potongan daging koyor yang penuh cita rasa ini.
3. Disajikan dengan Berbagai Lauk
Mengonsumsi Nasi Tumpang Lethok tidak sebatas nasi hangat yang diberi kuah tumpang lethok. Kuliner ini juga dapat dikreasikan dengan beragam lauk, seperti kerupuk beras (disebut karak), tempe goreng, serta tahu bacem. Rasanya lebih menggugah selera lagi ketika ditemani teh ginastel (legi, panas, pahit, dan kental).
Di beberapa pedagang Nasi Tumpang Lethok, ada juga yang menambahkan taburan daun kemangi segar yang dicampur dengan potongan lalapan atau sayuran mentah, semisal mentimun dan parutan kelapa berbumbu gurih (biasa disebut bumbu urap).
4. Bubur Lemu, Opsi Pengganti Nasi
Mengonsumsi hidangan ini tidak selalu dengan nasi. Sebagai alternatif, orang Klaten biasa menggantinya dengan Bubur Lemu (sebutan untuk bubur beras yang kental dan gurih).
Bubur Lemu sesungguhnya mirip dengan bubur ayam pada umumnya, tetapi disajikan lebih kering atau tanpa kuah. Dengan minim air, Bubur Lemu memiliki tekstur yang lebih padat atau kental (tidak encer).
Sama seperti nasi, Bubur Lemu yang kering tersebut pas dinikmati bersama kuah tumpang lethok dan beragam lauknya, memberikan petualangan rasa yang tidak kalah nikmatnya. Karena teksturnya yang lebih ringan dibandingkan nasi, Bubur Lemu kerap dinikmati di waktu-waktu tertentu, terutama beberapa jam setelah makan, untuk mengatasi rasa lapar tanpa membuat begah.
5. Kuliner Malam yang Otentik
Nasi Tumpang Lethok, atau Sego Koyor, mudah ditemui di seluruh penjuru Klaten, baik di ibu kota kabupaten maupun di seluruh kecamatannya. Di beberapa kecamatan, bahkan penjual Nasi/Bubur Tumpang Lethok sengaja membuka dagangan sebagai kuliner malam.
Salah satunya di Kecamatan Pedan, yang baru menjajakan hidangan ini sejak pukul 23.00 WIB dan tutup pada dini hari atau jelang subuh. Berdagang kuliner malam semacam ini di Klaten sudah lama berjalan, bahkan jauh sebelum tren kuliner malam merajalela di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menyantap kuliner malam adalah hal yang lumrah, terutama bagi mereka yang ingin mencari suasana lain saat menjelajahi Klaten, Solo, Yogya, dan sekitarnya.
Demikianlah lima fakta menarik Nasi Tumpang Lethok Klaten. Jika berkunjung ke kota ini, cicipi juga kuliner khas lainnya, seperti Ayam Panggang khas Klaten, Soto Garing, dan Sop Ayam Pecok.
Jangan ketinggalan aneka ragam keripik, seperti Keripik Belut, Keripik Paru, Keripik Usus Ayam, Keripik Ceker Ayam, dan Keripik Emping yang khas sebagai oleh-oleh penuh kenangan dari Klaten.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
1159 Tahun Merti Ngupit, Warga Klaten Menjawab Krisis Air dengan Tradisi
-
Sebut Kejagung Layak Tetapkan Sri Mulyani Tersangka, OC Kaligis: Masa Anak Buah yang Dikorbankan?
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Insiden MG ZS EV "Terbang" ke Lobi Hotel: Pelajaran Mahal Buat yang Baru Pindah ke Mobil Listrik
-
Komitmen TJSL, BNI Perkuat Ekonomi Kerakyatan dan Kelestarian Lingkungan di Desa Ponggok Jawa Tengah
Lifestyle
-
Jangan Asal Cuci! Pahami Arti Simbol di Label Baju Jadi Rahasia Pakaian Awet
-
4 Pelembab Witch Hazel Atasi Bruntusan dan Sebum pada Kulit Berminyak
-
Mau Beli iPad? Ini 7 Seri Paling Worth It Buat Kerja, Kuliah, dan Ngonten
-
Gaya Ngantor sampai Nongkrong, Intip 4 OOTD Versatile ala Kim Ji Hoon!
-
4 Serum dengan Tranexamic Acid untuk Kurangi Produksi Melanin, Bye Noda PIH
Terkini
-
Sepenggal Perjalanan Menjadi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
-
Sudah Baca Berkali-kali Tapi Tetap Lupa? Ganti Caramu Belajar dengan 6 Langkah Sistematis Ini
-
Skuad Australian Open 2025: Indonesia Kirim 13 Wakil Demi Buru Gelar
-
Cinta Tulus di Penghujung Ajal, Film Sampai Titik Terakhirmu Sedih Banget!
-
Blak-blakan, Raisa Sebut Lagu Si Paling Mahir Berisi Sindiran Halus?