Scroll untuk membaca artikel
Fabiola Febrinastri | Fabiola Febrinastri
"Public Speaking" di Kelas Akber Bali 69. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Berbicara merupakan hal alamiah yang dimiliki oleh setiap orang. Bentuk komunikasi dalam kehidupan kita sangatlah beragama.

Walaupun berkomunikasi merupakan hal yang natural bagi kita, keahlian (skill) berbicara juga harus tetap diasah. Apalagi di era milenial ini, kemampuan berbicara di depan umum (public speaking) mutlak dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan.

Semua hal menyangkut public speaking dibahas secara tuntas dan informatif di kelas Akademi Berbagi (Akber) Bali kelas 69, Minggu (17/12/2017). Kelas Akber kali ini diadakan di Night Market and Co working, di Jalan Pura Demak Gang Marboro V, Denpasar.

Diikuti oleh berbagai peserta dari profesi yang berbeda, kelas Akber ke 69 ini mengundang Ni Nyoman Dewi Pascarani, S S M.si. Dewi Pascarani, yang merupakan akademisi  dari Universitas Udayana. Sehari-hari, Dewi merupakan dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Pengalaman menjadi penyiar radio, mc, moderator, dan pembicara di seminar-seminar ilmiah membuat dosen yang pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan II FISIP UNUD ini memiliki segudang ilmu yang akan dijelaskan di kelas akber akhir tahun 2017.

Dewi mengungkapkan, tujuan public speaking sebenarnya adalah menyampaikan sebuah informasi kepada audience agar mereka dapat terpengaruh dan paham pada yang disampaikan oleh pembicara. Banyak pembicara gagal dalam public speaking akibat kurangnya teknik dalam menyampaikan sebuah pesan dan kurangnya penguasaan materi.

“Menjadi pembicara yang baik, caranya dengan meningkatkan pengetahuan, menambah pengalaman menjadi pembicara,  menghadapi gejala  general adaption syndrome, memancing respons, dan bisa menguasai audience,” tuturnya.

Public speaker harus mengetahui siapa audience yang akan dihadapi. Struktur dan intonasi kata yang akan disampaikan harus sesuai dengan tingkat usia dan jenjang pendidikan. Hindari penggunaan bahasa daerah bagi audience yang kurang terlalu paham dengan bahasa daerah.

“Menjadi seorang pembicara,  jangan menghapal seperti orang berpidato. Pilih kata-kata pendek, tetapi bisa menjelaskan banyak hal,” ujarnya.

Ia menambahkan, untuk mejadi pembicara jangalah minder dan malu saat berbicara di depan umum. Ia mengajak para peserta untuk satu persatu menjadi public speaker, dengan mengenalkan diri masing-masing dan alasan mengapa harus berteman dengan peserta lainnya.

Akademi Berbagi merupakan komunitas pendidikan, yang setiap sebulan sekali mengadakan kelas belajar gratis untuk masyarakat. Para pembimbing berasal dari kalangan profesional dengan latar belakang keilmuan yang beragam.

Di akhir kelas, para peserta diajak berfoto bersama seraya mengucapkan jargon khas Akademi Berbagi, “Akademi Berbagi, Berbagi Bikin Happy”.

Sampai jumpa di kelas Akber selanjutnya.

Pengirim: Herdian Armandhani, Bali

Array