Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | nabilautm
Ilustrasi demokrasi. (Shutterstock)

saat ini, kaum milenial dinilai memiliki peran penting dalam proses penguatan demokrasi. Hal ini dikarenakan lebih dari setengah keseluruhan jumlah masyarakat Indonesia merupakan kaum milenial.

Generasi milenial dianggap sebagai bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia, generasi ini lahir di era teknologi dan internet mulai berkembang pesat. Para milenial ini lah yang menjadi harapan untuk masa sekarang dan masa depan dalam membangun Indonesia.

Peran milenial sangat dibutuhkan sebagai agent of change dalam berbagai hal, seperti salah satunya ialah politik. Namun, jika diperhatikan pada saat ini minat milenial terhadap politik mulai berkurang.

Hal ini karena banyak orang memandang “politik” cenderung dengan perebutan kekuasaan dan melihat politik sebagai sebuah lingkaran setan. Perspektif seperti inilah yang perlu diubah oleh para milenial dan memutus lingkaran setan tersebut.

Begitu juga dengan masalah demokrasi di Indonesia, hingga saat ini masih banyak generasi milenial yang apatis terhadap perkembangan demokrasi di negara ini. Ini tentu saja disebabkan karena suatu alasan.

Survei terhadap milenial yang telah dilakukan oleh Atma Jaya Institute for Public Policy (AJIPP) memperlihatakan bagaimana pendapat para milenial mengenai demokrasi di Indonesia yang dinilai masih buruk, bahkan beberapa dari mereka menyebutkan sangat buruk.

Alasan mengapa demokrasi di Indonesia dikatakan buruk ialah menurut 44 persen milenial karena adanya politisasi agama. Dengan hasil yang lain mengatakan, karena adanya hoax (22 persen), korupsi (17 persen), radikalisme (11 persen), kekuatan penguasa (1 persen), dan lain-lain (3 persen).

Dalam hal ini, politisasi agama nilai memiliki pengaruh besar terhadap buruknya pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Agama sering kali dikaitkan dengan pelaksanaan demokrasi, oleh para golongan tertentu sering dijadikan sebagai alat politik.

Isu politisasi agama inilah yang menjadikan dampak buruk bagi demokrasi dalam negara yang majemuk ini. Ditambah lagi dengan maraknya hoax yang sering diterima oleh masyarakat, korupsi yang masih sangat banyak terjadi, radikalisme, dan kekuatan dari penguasa.

Hal-hal seperti inilah yang sering menjadi alasan utama mengapa para generasi milenial memiliki minat yang terbatas pada demokrasi di negara ini, mereka cenderung menilai bahwa demokrasi di Indonesia ini hanyalah sebatas politisasi agama, radikalisme, dan kekuatan penguasa saja.

Di balik hal itu, sebenarnya masih banyak hal yang bisa dilakukan oleh para generasi milenial untuk membantu mewujudkan demokrasi Indonesia yang lebih baik, agar politik dinegara ini tidak lagi selalu disalahgunakan oleh suatu golongan yang mencari kesempatan untuk mendapatkan jabatan, kekuasaan, ataupun demi mendapatkan uang.

Karena pada dasarnya hakikat demokrasi itu sendiri ialah berasal dari rakyat, seperti yang di katakan oleh Sidney Hook “demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dimana keputusan penting pemerintahan yang didasarkan pada suatu kesepakatan mayoritas yang tercipta dari suara rakyat”. Demokrasi memang seharusnya tercipta dari suara rakyat bukan suara suatu golongan tertentu.

Untuk mengurangi hal-hal buruk itu, banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini. Para milenial ini adalah generasi yang sangat mahir dalam menjalankan teknologi.

Dengan kemampuan yang dimiliki di dunia teknologi dan sarana prasarana yang ada, generasi milenial ini memiliki peluang yang sangat banyak atau potensi agar mampu berada didepan dari generasi yang sebelumnya. Dengan adanya teknologi mereka mampu untuk melakukan pengawasan (controlling) terhadap jalannya pelaksanaan demokrasi.

Melalui controlling ini mereka bisa mengetahui sejauh mana perkembangan demokrasi di negara ini. Bisa juga dengan mulai membuka ruang publik melalui media sosial, dengan mulai menyuarakan pentingnya peran milenial dalam terwujudnya pelaksanaan demokrasi yang lebih baik.

Menghindari golput, dengan mengkampanyekan hastag yang positif pada media sosial. Media sosial bisa menjadi alat untuk menyuarakan itu semua di zaman sekarang ini. Sebelum dilakukan itu semua, tentu saja langkah awal yang perlu dilakukan adalah memunculkan kesadaran dalam masing-masing individu bahwa sebagai masyarakat Indonesia kita harus peduli terhadap negara ini dan tidak menjadi individu yang apatis terhadap politik.

Oleh karena itu, sangat diperlukan kesadaran oleh setiap individu-individu untuk melakukan perubahan-perubahan yang ada di dalam masyarakat sekitar maupun di dunia politik dan yang lainnya.

Karena kelak yang akan memimpin dan membangun negara ini menjadi lebih baik selanjutnya adalah mereka para milenial. Perlunya kesadaran dari generasi milenial itu sangat amat penting itu membangun masa depan bangsa ini.

nabilautm

Baca Juga