Bermula dari sebuah pasar hewan dan seafood di Provinsi Hubei, Tiongkok, virus corona COVID-19 kini telah menyebar luas di dunia. Perhatian dunia saat ini tengah tertuju kepada masalah kesehatan yang diakibatkan virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa Covid-19 menjadi pandemi. Saat ini, virus tersebut pun telah menjangkit lebih dari 300.000 orang, dengan jumlah korban tewas mencapai lebih dari 17.000 orang.
Virus corona masih satu keluarga besar dengan virus penyebab MERS dan SARS. Seseorang yang terinfeksi penyakit ini pun memunculkan gejala tertentu, ada pula kasus yang tidak timbul gejala klinis terlebih dahulu.
Meskipun obat untuk COVID-19 diklaim telah berhasil ditemukan, para ilmuwan di seluruh dunia masih terus menyoroti cara penanganan, khususnya Asia Pasifik. Dari pantauan para ilmuwan dunia, Indonesia dinilai memiliki penanganan virus corona terburuk.
Skala penyebaran virus corona tidak main-main lagi, sudah menyebar rata keseluruh penjuru dunia. Indonesia pun kini sedang berjuang untuk menanggulanginya dan berupaya mengusir jauh-jauh virus itu dari negara kita tercinta.
Dari semua negara di Asia Tenggara, Indonesia yang paling mengkhawatirkan. Indonesia memiliki populasi yang sangat besar namun birokrasi yang tidak rapi. Penanganan krisis yang buruk di Indonesia akan membuat negara terpapar semakin buruk.
Sosiolog terkenal Max Weber mengemukakan konsep birokrasi, yang menyatakan organisasi bergerak atas dasar rasionalitas. Tipe ideal birokrasi menurut Weber bukan cerminan dari realitas, tetapi menggambarkan bagaimana seharusnya organisasi disusun dan dirancang agar menjadi lebih efisien.
Birokrasi ialah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, di mana para pejabatnya secara bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. Weber memandang birokrasi sebagai arti umum, luas, serta merupakan tipe birokrasi yang rasional.
Weber berpendapat bahwa tidak mungkin kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan, sebab yang mampu kita lakukan hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang penting ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi organisasi negara tertentu.
Dengan demikian tipe ideal memberikan penjelasan kepada kita bahwa kita mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting yang membedakan antara kondisi organisasi tertentu dengan lainnya.
Menurut Weber, proses semacam ini bukan menunjukkan objektivitas dari esensi birokrasi, bukan pula mampu menghasilkan suatu deskripsi yang benar dari konsep birokrasi secara keseluruhan, tetapi hanya sebagai suatu konstruksi yang bisa menjawab suatu masalah tertentu pada kondisi waktu dan tempat tertentu.
Birokrasi Indonesia harus tanggap dalam menangani Covid-19 seperti banyak pelajaran yang didapatkan Indonesia dari negara-negara lain yang berhasil menangani hal ini. Salah satu contohnya Vietnam.
Di Vietnam mengedepankan physical distancing, menjaga diri, menjaga jarak. Keberhasilan Vietnam dalam menekan penyebaran virus corona tak terlepas dari kebijakan menerapkan physical distancing atau menjaga jarak fisik antar orang per orang.
Jika pemerintah Indonesia tidak melakukan strategi kebijakan yang tepat dalam upaya pencegahan, Indonesia bukan tidak mungkin akan mengalami hal yang sama dengan yang terjadi di Italia dan Iran.
Apabila kita cermati pernyataan ahli-ahli kesehatan dan mikrobiologis, upaya pencegahan menularnya wabah virus corona ini sangat sederhana dan mudah. Seperti kebijakan diam di rumah, social distancing dan perlindungan diri secara fisik.
Akan tetapi kebijakan ini tidak dibarengi dengan sinergisitas antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat pada umumnya. Ketika ada instruksi agar masyarakat diam atau bekerja di rumah, namun perkantoran atau dunia usaha tidak melakukan kebijakan yang linier dengan kebijakan pemerintah sehingga kebijakan ini tidak maksimal.
Masyarakat disuruh atur jarak, akan tetapi pemerintah tak mampu menyediakan transportasi yang memadai. Seharusnya kebijakan ini diikuti oleh dunia kerja maupun dunia usaha untuk pembatasan karyawan yang harus bekerja sehingga tidak menimbulkan masalah baru.
Begitu pula ketika masyarakat disuruh menjaga kebersihan dan mencegah penularan kontak langsung, namun pemerintah tidak mampu menyediakan kebutuhan dasar perlindungan kesehatan diri seperti ketersediaan hand sanitizer, masker, dan desinfektan.
Birokrasi di Indonesia selalu jadi sebuah diskursus yang tidak pernah membosankan. Karena, hingga kini birokrasi di Indonesia masih problematik dan jauh dari apa yang menjadi harapan. Birokrasi di Indonesia ketika persepsi yang muncul adalah suatu system pelayanan dan administrasi pemerintahan yang terkesan aneh, berbelit-belit dan lamban.
Birokrasi merupakan penyakit menahun di tanah air yang sulit diubah. Rendahnya kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang diarahkan kepada birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sistem dan prosedur pelayanan yang berbelit-belit dan sumber daya manusia yang lamban dalam memberikan pelayanan juga merupakan aspek layanan public yang banyak disoroti.
Jika negara masih lambat bergerak dan penuh dengan birokrasi yang berbelit, maka jangan kaget jika antara Mei dan Juni, nanti bisa jadi negara harus siapkan banyak eskavator karena ribuan mungkin belasan ribu orang akan meninggal dunia.
Pemerintah harus bekerja cepat dalam menangani virus corona. Jika pandemi ini tidak dapat segera diatasi maka puncak penyebaran corona terjadi pada bulan Mei hingga Juni. Oleh karenanya perlu diambil langkah tegas untuk menjauhkan pandemi Covid-19 yang telah meresahkan penjuru dunia termasuk negara Indonesia tercinta.
Oleh: Tri Maharani / Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang
Email: trimaharani866@gmail.com
Baca Juga
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
Artikel Terkait
-
Menteri PANRB Ajak Transformasi ASN melalui Teknologi dan Kolaborasi
-
Menteri PANRB Paparkan Program 100 Hari untuk Akselerasi Kinerja Kabinet Merah Putih
-
Estafet Kepemimpinan Reformasi Birokrasi: Rini dan Purwadi Fokus pada Program Prioritas Presiden
-
Resmi Dilantik Sebagai Menteri PANRB, Rini Widyantini Siap Emban Misi Reformasi Birokrasi
-
Jadi Menteri PAN-RB, Rini Widyantini Ternyata Setia Koleksi Yamaha Mio Tahun 2006
News
-
See To Wear 2024 Guncang Industri Fashion Lokal, Suguhkan Pengalaman Berbeda
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Kampanyekan Gapapa Pakai Bekas, Bersaling Silang Ramaikan Pasar Wiguna
-
Sri Mulyani Naikkan PPN Menjadi 12%, Pengusaha Kritisi Kebijakan
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua