Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | sofi windiarti
Ilustrasi berbuka puasa (dok istimewa)

Saat ini wabah virus Corona semakin mengganas dan mengkhawatirkan masyarakat. Sampai kapan virus ini akan berakhir, tidak ada yang tahu. Wabah COVID-19 masih menjadi hal yang ditakuti oleh masyarakat karena seperti yang kita ketahui masih bertambahnya terus angka positif yang terjadi di Indonesia akibat wabah virus Corona ini.

Bagaimana tidak, virus virus Corona mengancam kesehatan dan keselamatan manusia. Virus Corona adalah virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Virus Corona ini dapat mengganggu sistem pernafasan manusia sampai menyebabkan kematian.

Wabah virus ini tidak hanya berdampak buruk terhadap kesehatan saja tetapi juga berdampak pada sektor sosial dan ekonomi. Terlebih untuk tahun ini, wabah COVID-19 dijalani bersama dengan kedatangannya bulan suci Ramadan.

Bulan suci Ramadan adalah bulan yang wajib dilakukan semua umat Islam untuk berpuasa. Ramadan tahun ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Sebelumnya, puasa dijalani dengan berbagai ritual, seperti sholat tarawih berjamaah, buka puasa bersama, berburu tajil hingga sahur on the road. Berbeda dengan tahun ini, puasa harus dijalani dengan penuh ikhtiar, sabar dan tetap berdoa agar pandemi COVID-19 ini segera berakhir. Virus Corona ini tidak menghalangi masyarakat melakukan persiapan untuk menunaikan ibadah puasa.

Masyarakat berharap tetap tabah dalam menjalani puasa tahun ini walaupun keadaan ekonomi yang saat ini juga tidak mencukupi kebutuhan. Pendapatan yang menurun tetapi pengeluaran tetap seperti biasa.

Ibu Hasanah, seorang Ibu rumah tangga merasakan sekali perubahan ekonomi keluarganya saat ini yang drastis menurun. Bagaimana tidak, seorang suami yang hanya bekerja sebagai ojek online.

Sejak berlakunya physical distancing, masyarakat menghentikan segala aktivitas untuk keluar rumah hingga sepi penumpang. Hal itu dirasakan oleh Ibu Hasanah sebagai istri untuk mengirit uang membeli kebutuhan keluarga saat bulan puasa ini.

"Iya, saya merasakan jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya saya merasa cukup dan bersyukur karena di tahun sebelumnya penghasilan suami juga bertambah, tahun kemarin juga suami dapat orderan banyak dari penumpang. Tapi ya sekarang kondisinya juga lagi ada virus Corona, jadi semuanya juga ikut terhambat, termasuk penghasilan juga. Harus irit-irit untuk berpuasa di tahun ini. Yang penting bisa untuk buka puasa dan makan sahur," ujarnya

Kisah lain diucapkan dari Bapak Chandra yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan, Ia baru saja di-PHK. Mendengar ceritanya, terlihat rasa iba karena Bapak Chandra ini harus menghidupi satu orang istri dan tiga orang anak. Istrinya yang sedang hamil tentu membutuhkan uang untuk melahirkan dan membesarkan anak-anaknya.

"Saya senang sebelum adanya musibah ini, karena penghasilan saya juga lancar. Uang untuk menghidupi anak dan istri saya juga tercukupi. Saya hanya bekerja sebagai karyawan pabrik biasa yang gajinya juga tidak terlalu besar. Apalagi saya baru saja terkena PHK, dan bulan puasa ini istri saya akan melahirkan. Pasti butuh biaya yang juga besar. Ya saya berharap wabah virus Corona semoga cepat berakhir dan saya bisa mencari pekerjaan lagi. Semoga bulan puasa tahun ini kita tetap beribadah dengan lancar dan terus berdoa agar semuanya baik baik saja," ujar Bapak Chandra

Kisah lain juga diucapkan dari Aura, mahasiswi Universitas Negeri Jakarta yang merantau dan harus tetap menjalani ibadah puasa jauh dari keluarga sampai dirinya tidak bisa mudik.

"Puasa di tengah wabah virus Corona ini saya merasakan kesedihan. Saya tidak bisa berpuasa bareng keluarga. Saya tidak bisa mudik. Apalagi ada anjuran pemerintah untuk tidak mudik. Sebelumnya saya sudah bilang Ibu untuk pulang ke kampung halaman tapi Bapak saya tidak mengizinkan. Akhirnya Ibu menyuruh Kakak saya ke Jakarta menemani saya di kost. Jujur, saya kangen keluarga. Saya ingin berbuka puasa bareng mereka. Tapi mungkin ini yang terbaik, karena harus mengikuti anjuran dari pemerintah. Saya merasa puasa tahun ini beda, puasa tahun sebelumnya saya bisa buka puasa di kampung halaman, bisa sholat tarawih berjamaah, bahkan buka puasa bersama dengan teman- teman. Ya manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa. Semoga wabah COVID-19 ini segera berakhir di bulan penuh berkah ini," ujar Aura.

Berdasarkan cerita tersebut, meskipun masyarakat merasakan kepahitan di tahun ini tetapi mereka tetap harus menjalani kehidupannya seperti biasa, termasuk untuk tetap berpuasa di bulan suci Ramadan tahun ini. Masyarakat berharap pemerintah segera memberikan bantuan sosial dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat untuk menjalani ibadah puasa di tengah pandemi ini. Bantuan sosial dari pemerintah mungkin sudah berjalan, tetapi masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan bantuan tersebut.

Berpuasa di tengah wabah COVID-19 ini masyarakat harus tetap waspada terhadap pengeluaran, catat setiap pengeluaran yang ada agar tetap tercukupi selama bulan Ramadan hingga menjelang lebaran nanti, karena tidak ada yang tahu kapan wabah COVID-19 ini akan berakhir.

Masyarakat harus tetap menjaga kesehatan dan harus mengonsumsi makanan yang bergizi selama buka puasa dan sahur. Hal yang terpenting adalah di bulan yang penuh berkah ini tetap berbagi kepada sesama. Semoga di bulan suci Ramadan tahun ini kita semua dapat menjalankan ibadah puasa dengan lancar dan melakukan amalan seperti puasa tahun sebelumnya, tabah dan ikhlas serta yakin wabah virus Corona ini akan segera berakhir.

Oleh: Sofi Windiarti / Mahasiswi S1 Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta

sofi windiarti