Di tengah kurva kasus positif Covid-19 yang terus naik dan tak kunjung melandai, pemerintah telah menerapkan konsep “New normal”, yaitu suatu tatanan kebiasaan dan perilaku hidup bersih untuk beradaptasi dengan Covid-19 dan memulai kehidupan normal yang baru. Alasan mendasar pemerintah menerapkan new normal adalah kondisi ekonomi yang dianggap sudah mengkhawatirkan dan berpotensi akan membahayakan nasib para pekerja, meningkatkan angka kemiskinan, dan menurunkan pendapatan negara.
Dalam mendukung keberhasilan pemberlakuan new normal, pemerintah melengkapi gaya hidup baru masyarakat dengan serangkaian protokol kesehatan di berbagai sektor. Sehingga dibutuhkan adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaannya.
Pastinya, ketakutan dan kekhawatiran akan penularan Covid-19 masih ada di benak masyarakat. Apalagi, setelah kita memperoleh informasi dari televisi dan media sosial yang memberitakan bahwa Korea Selatan mengalami lonjakan kasus positif Covid-19 setelah memberlakukan new normal dengan membuka sekolah-sekolah, museum, taman, dan tempat-tempat umum lainnya. Kemudian di Finlandia, Perancis dan Jepang, sekolah-sekolah dan tempat umum kembali ditutup setelah meningkatknya kasus positif Covid-19 akibat gagalnya pemberlakuan new normal.
Mengingat niat baik di balik pemberlakuan new normal, tidak ada salahnya bagi kita untuk berprasangka baik. Dalam menjalani aktivitas new normal, hal yang dapat kita lakukan adalah membiasakan diri dengan new norma, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat.
Selama ini kita hanya mengetahui norma-norma umum seperti norma agama, norma kesopanan, norma hukum dan norma kesusilaan yang menghadirkan perilaku-perilaku seperti perilaku taat agama, perilaku sopan, perilaku taat hukum, dan perilaku yang susila dalam pergaulan masyarakat. Kali ini kita mungkin dihadapkan pada perilaku berdasarkan new norma yaitu perilaku hidup bersih. Jika kita dapat menerapkannya dalam aktivitas sehari-hari, maka kita akan terjaga dari penularan Covid-19.
Dapat dikatakan bahwa penyebab utama seseorang sakit bukanlah keramaian, melainkan kelalaian diri dalam menjaga perilaku hidup bersih dan sehat. Jika kita lalai menjaga kebersihan dan kesehatan, bukan tidak mungkin kita akan terserang penyakit dan menularkan penyakit tersebut kepada orang lain, begitupun sebalinya.
Tetapi, hal ini juga tidak membenarkan kita untuk mengadakan perkumpulan dan mendekati keramaian selama pandemi Covid-19. Keharusan kita saat ini adalah menaati kebijakan pemerintah dan protokol kesehatan, serta menjaga perilaku hidup bersih dan sehat agar senantiasa terhindar dari infeksi Covid-19.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Kehamilan Remaja: Bisakah Kita Berhenti Melihat Pernikahan Sebagai Solusi?
-
Profil Yusuf Mahardika, Aktor Pemeran Rozy di Film Norma: Antara Mertua dan Menantu
-
Netizen Heboh Wulan Guritno Perankan Mertua Selingkuh dengan Menantu: Lah Siapa yang Gak Khilaf
-
Etika di Negeri Bhinneka, Tantangan Antara Idealisme dan Realitas
-
Tissa Biani dan Wulan Guritno Main Film Norma: Antara Mertua dan Menantu?
News
-
See To Wear 2024 Guncang Industri Fashion Lokal, Suguhkan Pengalaman Berbeda
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Kampanyekan Gapapa Pakai Bekas, Bersaling Silang Ramaikan Pasar Wiguna
-
Sri Mulyani Naikkan PPN Menjadi 12%, Pengusaha Kritisi Kebijakan
Terkini
-
Gagal Raih Juara Dunia 2024, Seperti Apa Nasib Pecco Bagnaia Musim Depan?
-
Kolaborasi Tim Peserta Pilkada Polewali Mandar 2024 Melalui Gerakan Pre-Emtif dalam Pencegahan Politik Uang
-
Jung Woo-sung Konfirmasi Punya Anak dengan Model Moon Ga-bi
-
Bikin Awet Muda! 3 Rekomendasi Sunscreen dengan Kandungan Anti-Aging
-
PSSI Rilis 27 Nama Pemain Timnas untuk AFF Cup 2024, Ada Alumni PD U-17