Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Rizky Naufan ha
Ronggowarsito (dok. istimewa)

Karya sastra pada masa klasik di Tanah Jawa tidak lepas dari beberapa peristiwa besar dan legitimasi raja pada saat itu. Beberapa raja juga ikut dalam proses karya sastra dengan para pujangga, bahkan sampai raja bisa menjadi seorang pujangga. Pujangga Jawa muncul pada masa kesultanan islam.

Karya sastra klasik ini lahir sebelum adanya pengaruh dari Barat atau sekitar akhir abad ke-19. Kedudukannya sendiri dalam kesultanan ialah sosok penasihat spiritual raja dan sebagai sastrawan dalam kesultanan. Dengan menggunakan hasil karyanya, seorang pujangga membawa kewibawaan raja dengan mengaktualkan ajaran tradisi agar dapat dipahami masyarakat.

Salah satu pujangga Jawa terakhir pada masa kesultanan yang termasyhur ialah Ronggowarsito. Raden Ngabehi Ronggowarsito merupakan seorang pujangga pada masa pemerintahan Sultan Paku Buwana VII. Bagus Burhan merupakan
nama asli dari Ronggowarsito, lahir pada 25 Maret 1802 yang pada saat itu berada di masa kekuasaan Paku Buwana IV. Bagus Burhan merupakan keturunan 5 pujangga yang terkenal yang tidak lepas dari nama “Ronggowarsito”.

Bagus Burhan merupakan Ronggowarsito yang ketiga, Ayahnya adalah Ronggowarsito yang kedua dan kakeknya ialah Ronggowarsito yang pertama. Sang kakek yakni R.T. Sastranegara adalah pembimbing Bagus Burhan dalam mendalami sastra Jawa, selain itu Bagus Burhan juga dibimbing oleh Ki Tanujaya. Ki Tanujaya sendiri ialah seorang abdi kepercayaan Sastranegara.

Tahun 1832, pemerintah Belanda mendirikan sebuah lembaga berkaitan dengan Bahasa Jawa, Instituut voor de Javaansche Tall “Lembaga Bahasa Jawa” di Surakarta. Tetapi setelah itu Lembaga ini bertahan lama dikarenakan mereka tidak mencapai hal yang diinginkannya kemudian berlanjut pada. Tahun 1843, lembaga ini akhirnya ditutup dan berpindah di Breda dan Delft. Dengan adanya lembaga tersebut ternyata memberikan sebuah dampak pada sastra Jawa.

Salah satu karya dari Ronggowarsito, ialah Paramayoga dan Pustaka Raja I--IV. pada tahun 1884 yang diterbitkan adalah Paramayoga, kemudian pada tahun 1884 PustakaRaja jilid I terbit, tahun 1885 ada jilid II, tahun 1887 muncul
jilid III, dan jilid IV tahun 1892. Hal tersebut termasuk dalam penghargaan  terhadap karya Ronggowarsito yang dinilai sedikit unik tersebut.

Kedua karya tersebut disebut sedikit istimewa daripada dengan karya-karya pada masa 7 zamannya. Keistimewaannya, antara lain, bertempat pada bentuk yang menyimpang dari kebiasaan dan isinya yang luar biasa. Dikemukakan oleh Poerbatjaraka bahwa karya tersebut merupakan berdasar pada sebuah sumber dari Serat Kandha, kemudian dirubahlah menjadi sebuah prosa yang digabung dengan cerita-cerita lain yang telah didengarnya, diubah, dibentuk kembali, dan juga ditambahkan banyak sekali. karya itu sebagian besar hanya dianggap sebagai
omong kosong.

Salah satu karya ranggawarsito dalam masa transisi sastra Jawa ini ialah judul Cariyosipun Ulam Kuluk, karya tersebut termasuk dalam jenis dongeng karya mite yang berbentuk tembang yang beru. Masa keemasaan sastra Jawa pada
masa Ranggawarsito ini terlihat berkontribusi dengan C.F Winter, tak hanya itu karya dari Ranggawarsito ini yang berjenis prosa klasik atau prosa lama tersebut mendapatkan sebuah prioritas pada masa transisi ini.

Salah satu keistimewaan karya Ranggawarsito ini terletak pada suatu penambahan omong kosong, sebelum mencapai dalam konotasi tersebut bahwa omong kosong tersebut dinilai menjaadi sebuah nilai tambah, sebelum itu
keistimewaan karya dari Ranggawarsito ini dianggap menyimpang dari kebiasaan isinya yang dinilai agak luarbiasa

DAFTAR PUSTAKA

  • Asmara, A. ( 2017). Peran Raja-Raja Jawa dalam Dunia Sastra Jawa Klasik. Mlangun Jurnal Ilmiah Kebahasaan & Kesastraan, Volume 14, Nomor 2, Desember , 668-669.
  • Budiyono, S. C. (2018). Cerita Panji dalam Persepektif Sejarah . Jurnal Budaya Nusantara Vol. 1 No. 2 , 141-142.
  • Mumfangati, T. (2017). Raden Ngabehi Ronggowarsito: I Iasi! Karya Sastra Dan Percmnya Dalam Pembangunan Karakter. Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Desember. ISSN 1907-9605, 191-192.
  • Riyadi, S. (1997). Sastra Jawa Masa Transisi 1840-1917. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.
  • Suwondo, T. (1993). Sastra Jawa dan Sistem Komunikasi Modern. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.
  • Widiyanarko, D. (2004). Unsur-unsur Filsafat Sejarah dalam Pemikiran R.NG. Ranggawarsito. Jurnal Filsafat Jilid 36, Nomor 1, April.

Rizky Naufan ha