Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Hayuning Ratri
Papan Nama Jalan Malioboro (unsplash/@agto)

Kejadian tak menyenangkan dialami oleh seorang pengunjung kawasan wisata Malioboro. Ia menuliskan kejadian tersebut di Twitter pada Sabtu (6/2/2021) yang lantas menjadi viral. Pengunjung tersebut merasa tidak nyaman atas tindakan oknum petugas pengamanan di kawasan wisata Malioboro (Jogoboro) yang tidak sopan. Pengunjung mendapatkan catcalling di Malioboro.

Kasus seperti ini sangat disayangkan mengingat petugas Jogoboro yang seharusnya memberikan rasa aman dan nyaman bagi setiap pengunjung atau wisatawan Malioboro justru melakukan tindakan sebaliknya. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap citra pariwisata Kota Yogyakarta.

Selain itu, dampak yang dirasakan oleh korban juga menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan. Menurut Pratama (2020), korban yang mengalami catcalling dapat merasa risih, takut, tidak nyaman, marah, dan juga dapat merasa tidak dihargai. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Norwegia dikutip dari Magdalene.co, dampak catcalling lebih lanjut dapat menyebabkan depresi, kecemasan, rendah diri, dan citra negatif terhadap tubuh. Pandangan masyarakat mengenai catcalling akibat pakaian tidak dapat dibenarkan sebab tidak sedikit korban catcalling yang menggunakan pakaian tertutup. Asumsi masyarakat bahwa adalah hal lumrah untuk seorang pria menggoda perempuan justru yang membuat catcalling ini masih kerap terjadi.

Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Kota Yogyakarta Ekwanto mengatakan bahwa sanksi telah diberikan kepada oknum Jogoboro terkait berupa push up dan membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi hal yang sama lagi. Meskipun demikian, beberapa netizen menilai bahwa hukuman yang diberikan belum sebanding. Lebih lanjut, Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Jogja berharap perlunya pembekalan kepada seluruh petugas Jogoboro. Evaluasi perlu dilakukan mulai dari sistem rekrutmen agar sikap, tindakan, dan pelayanan petugas Jogoboro dapat lebih baik.

Hayuning Ratri