Presiden Joko Widodo sedang menjadi perbincangan hangat, bukan soal prestasi kinerjanya namun karena pernyataan nya beberapa waktu belakang soal masyarakat yang harus aktif menyampaikan kritik dan masukan. Menjadi sorotan karena publik menilai pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan apa yang terjadi dilapangan selama ini. Sebelumnya pernyataan itu disampaikan oleh presiden Joko Widodo dalam acara Peluncuran Laporan Tahunan Ombudsman RI Tahun 2020, Senin (8/2/2021).
Beliau mengatakan "Masyarakat harus lebih aktif menyampaikan kritik, masukan, atau potensi maladministrasi. Dan para penyelenggara layanan publik juga harus terus meningkatkan upaya perbaikan-perbaikan" (Farisa, 2021). Pernyataan presiden Joko Widodo ini terlihat paradoks, hal ini karena beberapa waktu belakang banyak kasus masyarakat yang bermasalah akibat dari terlalu “vocal” dalam mengkritik atau bersebrangan dengan pemerintah.
Bahkan menurut hasil laporan dari The Economist Intelligence Unit (EIU) sebuah perusahaan riset bisnis dan ekonomi yang berbasis di Inggris menyatakan indeks demokrasi Indonesia tahun 2020 mendapatkan skor 7,92. Skor tersebut dari beberapa indikator yakni untuk proses pemilu dan pluralisme; 7,50 untuk fungsi dan kinerja pemerintah; 6,11 untuk partipasi politik; 4,38 untuk budaya politik; dan skor 5,59 untuk kebebasan sipil. Jumlah skor yang diperoleh Indonesia tahun 2020 ternyata merupakan perolehan terendah dalam 14 tahun terakhir (Wibowo, 2021). Hal ini menjadi sedikit bukti bahwa memang ada masalah dalam demokrasi Indonesia. Ada beberapa hal yang penting untuk di bahas mengenai demokrasi Indonesia, terutama kebebasan berpendapat warga negara.
Pertama analisisnya bahwa bukan presiden Joko Widodo yang anti kritik dan membatasi kebebasan berpendapat. Namun sumber permasalahannya terlihat berasal dari kelompok yang berada di sekeliling presiden Joko Widodo. Kelompok-kelompok yang memang memiliki kepentingan tertentu dan untuk tujuan mendapatkan sesuatu. Beberapa pernyataan presiden Joko Widodo mengisyaratkan bahwa dirinya memang terbuka untuk dikritik dan mengatakan tidak ikut campur mengenai kebebasan berpendapat yang terkesan dibatasi.
Sebenarnya hal seperti ini yang merugikan Presiden Joko Widodo sendiri, yang seharusnya dari awal kemunculanya memiliki kesan dekat dengan masyarakat. Seakan-akan sekarang menjadi pemimpin yang jauh dari “wong cilik”. Bukan hanya itu, beberapa aktivis, akademisi dan lain sebagainya menjadi sangat susah untuk memberikan kritik, masukan atau teguran bagi pemerintah yang dianggap kinerjanya melenceng. Karena buzzer, simpatisan dan kelompok disekeliling kepala desa ini yang menutupi. Bahkan lebih ekstrimnya lagi terkesan membabat habis pihak-pihak yang bersebrangan dengan pemerintah.
Kedua, menyambung tentang permasalahan diatas menunjukan bahwa ada ruang kosong kepemimpinan. kenapa demikian, seharusnya sebagai pemimpin harus dapat mengidentifikasi dan memilih orang-orang yang dapat membantu serta berdampak positif bagi dirinya. Baik disekeliling nya maupun di lingkaran bawah sebagai implementator. Namun apabila hal negatif terlanjur terjadi, pemimpin harus segera sadar bahwa di sekelilingnya itu memang sumber permasalahan. Oleh sebab itu, pemimpin harus segera menyelesaikan dengan memanfaatkan jiwa kepemimpinanya. Lebih dari pada itu, prinsip dan ketegasan pemimpin menjadi sangat penting dalam memimpin sebuah bangsa, apalagi memimpin negara besar seperti Indonesia ini.
Pada akhirnya harus dikatakan bahwa ucapan presiden itu harus menjadi lecutan bagi presiden sendiri dan para pembantunya agar mengurusi negara ini dengan lebih professional. Menjalankan amanat undang-undang dan harus selalu patuh dengan apa yang sudah di sepakati bersama bahwa negara Indonesia adalah negara demokrasi. Negara yang menjamin kebebasan berpendapat serta menjunjung tinggi nilai-nilai musyawarah mufakat seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.
Oleh: Dimas Subekti / Mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Referensi
- Farisa, F. C. (2021, Februari 8). Jokowi Minta Masyarakat Lebih Aktif Sampaikan Kritik dan Masukan. Retrieved Februari 10, 2021, from Kompas.com: https://nasional.kompas.com/read/2021/02/08/12454941/jokowi-minta-masyarakat-lebih-aktif-sampaikan-kritik-dan-masukan
- Wibowo, K. S. (2021, Februari 9). Indeks Demokrasi Indonesia Turun, Fadli Zon: Berdampak ke Penanganan Pandemi. Retrieved Februari 10, 2021, from Tempo.co.id: https://nasional.tempo.co/read/1431022/indeks-demokrasi-indonesia-turun-fadli-zon-berdampak-ke-penanganan-pandemi/full&view=ok
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Militer dalam Politik: Peran yang Harus Dibatasi atau Diperkuat?
-
Aroma Pilpres di Pilkada: PDIP Bertarung Melawan Bayang-Bayang Jokowi
-
Kesadaran Politik Gen Z Melalui Partisipasi Ruang Digital yang Demokratis
-
Donald Trump Puji Kemampuan Bahasa Inggris Prabowo, Netizen Bandingkan dengan Jokowi
-
Membangun Hak Warga Negara dalam Mengakses Informasi Publik di Era Digital
News
-
Imabsi Gelar Kelas Karya Batrasia ke-6, Bahas Repetisi dalam Puisi
-
Jalin Kerjasama Internasional, Psikologi UNJA MoA dengan Kampus Malaysia
-
Bicara tentang Bahaya Kekerasan Seksual, dr. Fikri Jelaskan Hal Ini
-
Komunitas GERKATIN DIY: Perjuangan Inklusi dan Kesehatan Mental Teman Tuli
-
5 Hero Marksman Jungle Terbaik di META Mobile Legends November 2024
Terkini
-
Takluk dari Jepang, Bagaimana Posisi Timnas Indonesia di Klasemen Grup C?
-
Reaksi Bijak Erick Thohir usai Timnas Indonesia Kalah Telak atas Jepang
-
Fenomena Lampu Kuning: Ritual Keberanian atau Kebodohan?
-
Ada Have a Crush on You, Ini 4 Drama China Marriage Life yang Populer di iQIYI
-
Review Novel Four Seasons in Japan, Mencari Tujuan Hidup dalam Empat Musim Jepang