Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Munirah
Ilustrasi interaksi anak dan orang tua.

Apakah kamu calon orang tua atau justru sudah mengemban status sebagai orang tua? Penulis paham betul betapa menjadi orang tua tidaklah mudah.

Segunung kekhawatiran terhadap pergaulan anak masa kini, pasti sangat membuat kamu cemas. Tapi jangan sampai kecemasanmu itu justru membuat anak malah menjadi semakin jauh darimu ya! 

Nah, berikut 5 alasan yang menyebabkan anak tidak mau terbuka terhadap orang tuanya sendiri. Yuk, disimak!

1.Orang tua pasif

Orang tua pasif adalah mereka yang jarang mengajak anaknya berbicara. Anak diam, ya orang tua juga diam. Saat makan bersama misalnya. Masing-masing sibuk dengan gadget, selesai makan langsung ke kamar.

Cobalah untuk lebih sering merangsang komunikasi dengan anak. Dengan kamu yang memulai bertanya tentang kesehariannya, atau sekedar membahas makanan yang sedang disantap saja, sudah cukup untuk membuka topik yang hangat.

2.Malas dan acuh terhadap cerita anak

Giliran anaknya lebih aktif dalam berkomunikasi, kamu sebagai orang tua jangan sampai malah menunjukan respon yang malas atau acuh saat mendengarkannya bercerita ya. Seaktif apapun anak, jika sering kamu cuekin saat ia sedang bercerita, jangan heran kalau anakmu tidak akan lagi mau bercerita.

Jangan pula kecewa kalau kamu selalu jadi orang paling akhir yang mengetahui tentang masalah apapun tentang anakmu.

3.Bocor

Jangankan anak. Kamu aja pasti akan kesal dan kapok untuk bercerita sama orang yang 'bocor'. Kalau kamu ingin menjadi seorang yang bisa dijadikan wadah bagi anak untuk berkeluh kesah, bercerita sekalipun tentang hal paling memalukan dalam hidupnya, mulailah dengan menjadi sosok yang bisa dipercaya.

Dengarkan ceritanya. Jadilah penengah baginya untuk menentukan pilihan saat ia sedang kebingungan. Maka dijamin, anakmu nggak akan butuh buku diary, temen curhat, apalagi cerita ke sosial media. Karena ia merasa sudah memiliki seseorang yang bisa menerima ceritanya. Tanpa harus takut ceritanya akan bocor kemana-mana.

4.Otoriter

Kalau kamu tipe orang tua dengan pola didik yang otoriter, mudah marah, dan cenderung tidak mau mendengar pendapat anak, maka sudah jelas anak tidak akan mau terbuka untuk bercerita apapun kepadamu.

Alih-alih mendapat solusi dari masalahnya, anak justru lebih khawatir mendapat masalah baru jika memilih menceritakan sesuatunya kepada orang tua.

5.Negative thinking

Anak baru cerita sedikit, belum juga sampai ke isi cerita, masih judul, lho! Kamu sudah memotong ceritanya dengan langsung menghakimi anakmu dengan tuduhan-tuduhan negative.

Coba deh, dengarkan dulu ia bercerita sampai selesai, sekalipun kesimpulan dari ceritanya adalah anakmu di posisi bersalah, jangan lakukan hal-hal yang mengintimidasi. 

Anak bercerita, bukan untuk mendapat penghakiman atau vonis bersalah darimu. Ia kerap sudah menyadari betul jika bersalah. Justru anak berbagi cerita dengan harapan ia akan mendapat keberanian saat mengakui kesalahan, dan mendapat 'suntikan' motivasi dari orang tuanya agar hatinya bisa merasa jauh lebih baik.

Itulah 5 alasan yang menyebabkan anak kerap tertutup terhadap orang tuanya. Kamu tentu ingin jadi teman yang nyaman dan bisa ia percaya untuk dibagikan cerita-cerita kesehariannya, bukan?

Munirah