Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) akan memproduksi berbagai konten seni budaya secara mendalam, kritis, dan khas, melalui DKJ Net yang dirilis Kamis (19/8/2021) siang.
Lewat DKJ NET, Dewan Kesenian Jakarta berupaya mengembangkan serta meluaskan 'Suara Jernih dari Cikini', dalam khasanah ragam pemikiran dan perspektif seni budaya di Indonesia maupun dunia.
Dengan kata lain, DKJ NET merupakan media luaran kerja-kerja Dewan Kesenian Jakarta yang bisa diakses publik untuk memperkaya pengetahuan.
Wakil Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Hikmat Darmawan menjelaskan, DKJ NET akan membangun pengetahuan bersama dan menyediakan ruang dialektika seputar seni.
"Paling tidak ada aneka ragam suara, diwakili komunitas, ada initiatif yang terserap," kata Hikmat Darmawan dalam konferensi pers peluncuran DKJ Net dan Situs Kritik Sastra tengara.id.
Ia berharap, DKJ NET nantinya bisa dinikmati oleh banyak orang di Indonesia, bahkan sampai luar negeri.
"Jadi sebuah jendela yang sangat kaya, tanpa terbatasi oleh batas-batas negara. Bisa melihat, mengakses, memproses tayangan dari seni budaya dan percakapan yang ada," tambahnya.
DKJ NET sebetulnya bukan merupakan gagasan baru. Ide serupa sudah ada sejak 2006 lalu, namun disempurnakan lagi mengikuti perkembangan zaman.
"Ide sejak 2006. Awalnya DKJ TV, salah satunya ada tawaran untuk konten yang bisa ditayangkan lewat multimedia," terang Hikmat Darmawan.
Diluncurkan di tengah situasi pandemi, DKJ NET diharapkan bisa meluas dengan berbagai konten-konten yang menarik.
"Saat pandemi, diharapkan Suara Jernih bisa meluas, tidak hanya pidato kebudayaan, ada rangkaian diskusi publik juga misalnya," sambungnya.
Adapun ragam luaran pengetahuan DJK NET akan dikemas dalam bentuk feature audio visual, acara bincang, atau kearsipan, baik berbentuk video maupun podcast.
Untuk diketahui, DKJ NET merupakan salah satu upaya penguatan ekosistem kesenian di Jakarta dan termasuk dalam koridor kerja Dewan Kesenian Jakarta periode 2020-2023.
Dewan Kesenian Jakarta periode 2020-2023 sendiri menciptakan berbagai program seperti advokasi, kesenian berbasif platform, dan pemanfaatan media daring.
Pasalnya, sektor kesenian mengalami paradoks semenjak pandemi Covid-19 merebak. Namun, mau tidak mau, DKJ tetap harus hidup demi dunia kesenian di Indonesia, khususnya Jakarta.
"Pandemi ini tidak ada kasus yang serupa di masa lalu. Jadi pilihannya tinggal terdistruksi atau mendistruksi. Penguatan ekosistem jadi koridor kerja DKJ 2020-2023," papar Ketua Umum DKJ, Danton Sihombing.
DKJ berusaha untuk membangun interaksi dua arah, meskipun seluruh program kini dilangsungkan secara daring karena pandemi.
"Beradaptasi dan bermigrasi ke platform daring menjadi cara untuk memelihara public engagement sekaligus membawa keuntungan dalam menciptakan hubungan dua arah, antara DKJ dan masyarakat. Seperti penyelenggaraan program live streaming Seri Diskusi Publik DKJ setiap Selasa malam melalui kanal YouTube Dewan Kesenian Jakarta".
Baca Juga
-
Mengenal Neophobia: Ketika Rasa Takut pada Hal Baru Menjadi Hambatan
-
Cillian Murphy Diincar Kembali Main dalam Film Ketiga 28 Years Later
-
Lolos ke Semifinal SEA Games 2025, Garuda Muda Harus Ucapkan Terima Kasih kepada Vietnam!
-
Raih 100 M di Usia 19 Tahun, Ini yang Membuat Suli Beda dari Anak Seusianya
-
Richelle Skornicki dan Adegan Dewasa di Pernikahan Dini Gen Z: Antara Akting dan Perlindungan Anak
Artikel Terkait
News
-
Raih 100 M di Usia 19 Tahun, Ini yang Membuat Suli Beda dari Anak Seusianya
-
Richelle Skornicki dan Adegan Dewasa di Pernikahan Dini Gen Z: Antara Akting dan Perlindungan Anak
-
Tak Perlu Malu untuk Menepi: Kenali 6 Tanda Anda Perlu Ruang untuk Sendiri
-
Teknologi Big Data: Mengubah Cara Kita Mengambil Keputusan
-
Wajib Tahu! Kenapa Writer's Voice Adalah Pembeda Terkuat di Tengah Banjir Konten Medsos
Terkini
-
Mengenal Neophobia: Ketika Rasa Takut pada Hal Baru Menjadi Hambatan
-
Cillian Murphy Diincar Kembali Main dalam Film Ketiga 28 Years Later
-
Lolos ke Semifinal SEA Games 2025, Garuda Muda Harus Ucapkan Terima Kasih kepada Vietnam!
-
Tepis Isu Nepotisme, Wulan Guritno Beberkan Proses Casting Shaloom Razade
-
Padepopan: Festival Baru yang Menghidupkan Kembali Ruang Budaya Depok