Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila
Kegiatan webinar Ketahanan Nasional bertajuk "Emas 2024: Pemuda Agen Ketahanan Nasional" yang digelar FISIP UPN “veteran” Yogyakarta, Sabtu (27/11/21) (Tangkapan layar kegiatan webinar).

Baru-baru ini, konsep bela negara dalam memperkuat ketahanan nasional kembali diperbincangkan. Dalam hal ini, tentu pemuda harus berkontribusi besar dalam memperkuat ketahanan nasional itu sendiri. Untuk menjawab dinamika konsep bela negara dan ketahanan nasional ini, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) menggelar sebuah webinar bertajuk "Indonesia Emas 2024: Pemuda Agen Ketahanan Nasional" pada Sabtu (27/11/21).

Kegiatan tersebut digelar dalam dua sesi dan menghadirkan pembicara ahli serta pembicara dari mahasiswa. Adapun para pembicara ahli yang hadir dalam webinar, yakni Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah DIY, GKR Bendara; Kepala Subdirektorat Lingkungan Pendidikan, Direktorat Bela Negara, Ditjen Potensi Pertahanan, Kementerian Pertahanan RI Kolonel Marinir Rachmat Djunaidy; Presidium MAFINDO, Anita A. Wahid; dan Rektor UPNVY, M Irhas Efendi.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah DIY, GKR Bendara mengemukakan pariwisata dan usaha mikro kecil menengah (UKKM) menjadi sektor yang berperan penting dalam ketahanan nasional. Sektor ini, kata dia, membantu memupuk rasa bangga terhadap negara. “Misalnya museum yang sering dipandang sebelah mata… di Indonesia museum dianggap minoritas, sebagai objek wisata sekolah…padahal museum adalah ujung tombak dalam memperkenalkan sejarah dan jati diri. Ujung tombak ketahanan nasional,” paparnya.

Dalam kaitannya dengan pemuda, GKR Bendara, mengatakan pelaku pariwisata saat ini, khususnya wilayah Yogyakarta adalah anak muda usia 16-35 tahun. Kemunculan berbagai desa wisata mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat sekitar. “Seluruh desa wisata diwajibkan memiliki UMKM dari daerah itu sendiri…sumber daya manusia juga dari daerah itu sendiri yang diasah skill-nya…dengan demikian rasa memiliki di desa-desa wisata tumbuh dengan baik,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Subdirektorat Lingkungan Pendidikan, Ditjen Potensi Pertahanan, Kolonel Marinir Rachmat Djunaidy mengangkat tema ketahanan nasional, bela negara, dan pemuda. Dia mengutarakan untuk mengatasi berbagai ancaman terhadap kedulatan negara bukan saja tugas utama TNI, tetapi seluruh warga negara Indonesia.

Konsep bela negara sudah ada sejak lama, hanya saja sempat meredup dan saat ini kembali banyak dibicarakan. “Bela negara bukan wajib militer. Bela negara berarti mengaktualisasikan diri dan mencintai bangsa dan negara sehingga mampu berkorban demi negara,” tegas Raachmat. Di hadapan peserta webinar, dirinya juga menambahkan pemuda harus memiliki jiwa bela negara agar dapat membawa masyarakat ke dalam persatuan dan kesatuan

Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Anita A. Wahid menambahkan ancaman yang muncul saat ini adalah polarisasi kelompok, yakni kecenderungan kelompok yang mengarah pada pemikiran tertentu. Hal ini semakin nyata seiringkemunculan media sosial yang selalu mengarahkan penggunanya pada topik-topik yang disukainya. Sehingga orang cenderung mendapatkan informasi yang sama secara terus menerus.

“Dampak polarisasi adalah pemikiran yang dikotomis, kita dan mereka. Konteks yang bisa hidup adalah kita lawan mereka. Kita berlomba-lomba dengan kelompok mereka. Tidak ada duduk bersama (diskusi),” ujar Anita. Cara berpikir seperti inilah yang tanpa disadari memunculkan perpecahan.

Oleh karena itu, lanjut Anita, penting bagi generasi muda untuk terbiasa berfikir kritis. Selain itu juga harus membiasakan diri untuk mengecek setiap informasi yang didapat. “Demokrasi kita cenderung tergerus di sosial media, yang muncul cenderung perang bukan lagi diskusi,” tambahnya.

Lebih lanjut Rektor UPNVY, Moh Irhas Effendi mengemukakan peran perguruan tinggi dalam mewujudkan mahasiswa sebagai agen ketahanan nasional. Menurut dia hal ini tidak terlepas dari era disrupsi (perubahan yang sangat cepat) yang ada di depan mata. Perguruan tinggi harus memahami tantangan dan peluang sehingga mampu menyiapkan lulusan yang memiliki jiwa tangguh. “Perlu ada penguatan karakter dan literasi baru,” imbuh dia.

Dekan FISIP UPNVY, Machya Astuti Dewi dalam sambutannya mengutarakan kegiatan ini digelar sebagai wujud komitmen lembaga dalam menginternalisasikan nilai-nilai bela negara. “Makna kegiatan hari ini penting mengingat ancaman di bidang tradisional, seperti terorisme, narkoba, pandemi, dan lain-lain. Kita berharap peran pemuda untuk menghadapi berbagai persoalan yang mengancam kita,” papar dia.

Berbeda dengan kegiatan sebelumnya, kegiatan kali ini melibatkan tujuh universitas mitra FISIP UPNVY. Panitia mengundang perwakilan mahasiswa dari universitas mitra untuk mempresentasikan gagasannya tentang peran pemuda sebagai agen ketahanan nasional, yakni Whira Purnama Rizki Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta), Andi Yusuf Fadhilah (Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta), M. Riswan dan Indra Saputra (Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur), M. Saddiq (Universitas Andalas), Muhammad Isnan Dhuha (Universitas Syiah Kuala), Reski Erik Sandi, Indah Diantiara N.M (Universitas Hasanuddin), Yoppy Leo Fernando Alua dan Krisdian Fatmawati (Universitas Musamus) serta Musthafa Roja (UIN Sunan Kalijaga).

“Tema ini dilatarbelakangi tentang pentingnya mahasiswa (pemuda) untuk memiliki pemahaman bela negara dan bisa mengimplementasikannya di mana pun. Harapannya jika nilai ini bagus maka akan terbangun ketahanan nasional,” imbuh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FISIP UPNVY, Asep Saepudin.