Scroll untuk membaca artikel
Suwarjono | Tugas Suprianto
Sapriadi, disabilitas netra dari Desa Kakiang, Sumbawa, NTB, berhasil mengembangkan usaha hingga menjadi juragan pulsa.

“Saya amat berterima kasih telah dilatih dan diberi ketrampilan untuk memaksimalkan smartphone dalam Program Go Digital,” ungkap Sapriadi, penyandang disabilitas netra asal Desa Lape, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) di hadapan peserta "Diskusi Multistakeholder Nasional Go Digital ASEAN" yang berlangsung pada 14 Desember 2021.

Diskusi yang berlangsung secara online itu dihadiri sekitar 800 orang dari berbagai kalangan, mulai dari kementerian, pemerintah daerah, The Asia Foundation, Google, BUMN, perwakilan komunitas, dan masyarakat penerima manfaat. 

Sapriadi, kini pengusaha voucher/pulsa dan hasil tani, tidak membayangkan akan mampu mengoperasikan aplikasi Talk Back. Dalam pertemuan itu ia mengungkapkan,  “Berkat para voluntir program yang sabar mengajari, saya mampu menguasai teknologi informasi dan komunikasi, sehingga mendapat manfaat dan membantu meningkatkan usaha.” 

Hal serupa dinyatakan pula oleh penerima manfaat yang lain. Misalnya Rini Chanifah yang menggeluti usaha keceprek dari Pandeglang Banten. Keceprek yang diproduksi bersama komunitas perempuan  di desanya yang bermerk Ratu, sekarang dikenal oleh masyarakat berkat pemasaran online, baik  melalui sosial media dan market place. Selain itu, ia bermitra dengan dengan pihak lain sebagai penyuplai keceprek.

Sementara itu, Rahmat Hidayat, pemilik barbershop dari NTB yang masih bertahan di masa pandemi karena memasukkan usahanya di Google Map, sekaligus mempromosikan usahanya secara online setelah mengikuti Go Digital ASEAN ini.

Dari Pekanbaru, Riau, ada Rinny, seorang disabilitas yang menjadi pelaku UMKM, yang mendapat manfaat atas literasi digital yang diberikan dalam program ini untuk membantu pemasaran produknya secara online.  Juga Kans M. Tse penerima manfaat yang telah merasakan manfaat aplikasi kormo unuk mendapatkan pekerjaan sebagai jurnalis.

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memang mendominasi  usaha di sektor-sektor utama di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN). Data Sekretariat ASEAN menyatakan UMKM di negara-negara kawasan ini berkontribusi penyerapan tenaga kerja sebesar 80%.  

Di Indonesia, UMKM menyumbang lapangan kerja cukup signifikan. Peran sebagai penggerak utama perekonomian, tentu saja , memerlukan  dukungan, pengembangan, dan penguatan agar sektor ini lebih berdaya dan mampu menyejahterakan masyarakat. Salah satunya, memampukan UMKM untukmengakses dan terlibat di pasar e-commerce yang kini makin berkembang seiring revolusi industri 4.0 yang tidak terhindarkan.

Caranya, memberi ketrampilan agar pelaku UMKM menguasai teknologi informasi dan mampu mengakses pasar bagi produk atau jasa yang digelutinya. Mulai dari perencanaan dan konsep bisnis, pengenalan media sosial, dan market place sebagai kanal untuk memasarkan produk lebih luas.

Sejak 2019-2021, The Asia Foundation (TAF) dengan dukungan dari Google.org telah mengembangkan ”Go Digital ASEAN” yang pelaksanaannya di semua negara ASEAN. Program yang mendapatkan persetujuan dari the ASEAN Coordinating Committee on Micro, Small, and Medium Enterprises (ACCMSME) ini ini didesain untuk memberi keterampilan memanfaatkan teknologi digital bagi pelaku UMKM dan angkatan muda yang belum bekerja, terutama di wilayah pedesaan dan tertinggal. Secara khusus, menyasar kelompok marginal, yakni  perempuan dan penyandang disabilitas.

Di Indonesia, Go Digital ASEAN dilaksanakan Asosiasi Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) yang berpengalaman dalam mendampingi kelompok-kelompok perempuan di wilayah-wilayah desa dan tertinggal agar dapat memanfaatan teknologi digital dengan target 20.000 orang yang tersebar di 820 desa. Desa-desa tersebut di 8 provinsi, meliputi Riau, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

“Dalam dua tahun, program ini telah dilaksanakan di 8 provinsi, 30 kabupaten, dan mampu menjangkau 1020 desa,” demikian disampaikan Fitriani Sunarto Sekretaris Eksekutif Asosiasi PPSW. ”Target awal melibatkan 20.00 orang, namun program ini ternyata melibatkan 35.557 orang penerima manfaat. Rinciannya, 12.974 orang anak muda yang memiliki usaha, 19.716 orang anak muda pencari kerja, dan 1.092 orang disabilitas usia produktif.  Dari total peserta, jumlah  perempuan menjadi yang terbesar sbagai penerima manfaat.”

Dalam keynote speech-nya,  Fiki Satari, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UMKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif yang bertindak mewakili menteri menyampaikan bahwa 99,7% jenis usaha di Indonesia adalah UMKM. “Dapat dikatakan, UMKM yang memegang peranan penting dalam ekonomi Indonesia,” tegas Satari. 

Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UMKM, memberi apresiasi kepada PPSW yang telah melaksanakan program literasi digital untuk perluasan kesempatan ekonomi digital bagi UMKM dan pencari kerja. Sebab, menurutnya, kemampuan UMKM Indonesia masih rendah dalam mengakses dan belum sepenuhnya menguasai digital ekonomi. “Maka upaya-upaya peningkatan jumlah UKM yang mampu mengakses digital ekonomi harus didukung,” tambah Satari.  “Kementerian Koperasi dan UMKM juga mendorong UMKM dapat naik kelas dan dapat mejadi pemain penting dalam perekonomian.”

Ryan Rahardjo, Head and Affairs Google Asia Pasifik, menyampaikan bahwa UMKM yang terbukti menjadi tulang punggung yang mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia. “Dalam mendukung pemerintah Indonesia melakukan akselerasi transformasi digital bagi UMKM, sektor ini harus terintegrasi dalam ekonomi digital. Transformasi digital merupakan kunci bagi UMKM agar tetap tangguh dan terus tumbuh,” papar Rahardjo. “Google turut mengambil bagian untuk mendorong dan mendukung ekonomi digital bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya bagi UMKM.” 

Google, demikian Rahardjo, selain mempunyai komitmen dan dukungan transformasi ekonomi digital, Google turut memberi bantuan finansial berbunga rendah yang bekerjasama mitra lokal yang ada di Indonesia agar disalurkan kepada UMKM yang terkena dampak pandemi. Selain itu, peningkatan konektivitas internet dan peningkatan literasi digital yang menyasar dua  juta penerima, termasuk Go Digital ASEAN ini. Sinergi stakeholder seperti sekarang ini semoga dapat terus berlanjut baik pada saat sebelum, di tengah, dan setelah pandemi untuk mewujudkan Indonesia maju dan tangguh. 

Dalam diskusi tersebut, Deputy Country TAF Hana Satryo menjelaskan Program Go Digital ASEAN yang dimulai pada Oktober 2019, semula diharapkan menjangkau target 20.000 peserta UMKM, perempuan, kaum muda, dan disabilitas di perdesaan. Melihat respons dan antusias masyarakat untuk mengikuti program ini, maka pada 2020, target diperluas jangkauannya menjadi 37.000. “Sebanyak 70% peserta mengaku meningkat pengetahuan dan kapasitas digital ekonominya. Mereka ini merasa amat terbantu dalam meningkatkan usahanya.”  

Adityawarman Darudono dari Kementerian Perdesaan dan Daerah Tertinggal memberikan tanggapan bahwa program ini sangat bermanfaat untuk pengembangan UMKM di perdesaan. Desa digital sangat diperlukan dan dapat masuk melalui BUMDES Digital. Desa Digital bertujuan untuk menghilangkan desa yang terisolasi. Sementara itu, Hersyiana dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menjelaskan uapaya kementeriannya dengan meningkatkan perluasan ekonomi bagi perempuan melalui literasi digital dengan melaksanakan program Sispreuneur yang menggandeng salah satu provider layanan internet XL Axiata. 

Pontjo Suharwono dari UMKM Telkom Indonesia mengungkapkan dukungan Telkom dalam program literasi digital dengan membangun jaringan yang lebih banyak, baik sendiri maupun kerjasama dengan masyarakat. “Saat ini, Telkom tengah mengembangkan jaringan fiber optik sebagai upaya menstabilkan jaringan internet dengan menggunakan satelit. Selain itu, Telkom membuat banyak aplikasi untuk memudahkan pelanggannya termasuk untuk disabilitas,” kata Pontjo. 

Inisiatif untuk literasi digital untuk mendukung UMKM juga dilakukan pemerintah daerah, Kabupaten Sukabumi misalnya. Yosep dari Pemkab Sukabumi menjelaskan bahwa mereka telah menyiapkan beberapa desa digital dengan pemberian akses internet gratis agar UMKM di desa bersangkutan dapat lebih mudah memasarkan hasil pertanian dan produk usahanya. Sebab digitalisasi sudah menjadi kebutuhan semua orang, hingga ke pelosok desa. UMKM dapat melakukan pemasaran melalui online sehingga kegiatan ekonomi masih tetap berjalan tanpa hambatan transportasi, sarana, atau prasarana lainnya. 

Tugas Suprianto