Hasil kurang manis harus diterima dengan ikhlas oleh pasukan garuda muda Indonesia. Pasalnya, di laga perdana, asuhan Bima Sakti itu harus tersungkur dengan kekalahan 1:0 atas Venezuela di ajang Toulon Cup U-19 yang digelar di Prancis. Daniel Perez adalah orang yang mampu membawa tiga poin untuk Venezuela di menit ke-63.
Ferarri dan kawan-kawan sejatinya mampu mengimbangi perlawanan atas Venezuela yang dipimpin oleh Perez itu. Terlebih di babak pertama. Namun, situasi sulit itu menghampiri Indonesia di babak kedua.
Sejak menit ke-15, Indonesia terus digempur habis-habisan oleh Perez dan rekan-rekannya itu. Namun Indonesia yang dikawal oleh Cahya Supriadi di bawah master gawang, sangat apik dan bermain sesuai harapan. Tak hanya itu, selain Indonesia dibombardir, kalah postur, ada nilai tambah yang tentu saja sangat positif bagi Indonesia. Yakni mampu membangun serangan dari bawah. Tidak gugup dan minder untuk melakukan build-up. Terlebih di lini tengah Indonesia, bisa dikatakan cukup baik dalam mengimbangi serangan lawan.
Meski demikian, walau tampil sangat baik di babak pertama, serangan yang dibangun oleh Timnas Indonesia diakui atau tidak adalah sering putus. Namun, hal itu sedikit tertutupi oleh lini belakang atau pertahanan timnas Indonesia yang bisa dikatakan cukup kokoh untuk mengandaskan serangan Venezuela.
Build-up Indonesia itu baik apabila watak di lini tengah mampu menjemput bola ke bek. Sebab, jika tidak, bek kebingungan untuk membangun serangan. Barangkali itu adalah kekurangan yang harus diperbaiki oleh Indonesia di laga berikutnya. Namun meski bek-bek Indonesia kelihatan bingung bila memegang bola, bukan lantas mereka bermain di bawah performa. Tidak. Mereka mampu berduel dengan tenang, defense mereka juga cukup baik ketika sayap Venezuela melakukan penetrasi.
Sayangnya, di sisi kiri yang diisi oleh Ronaldo, kurang mendapat pelayanan alias kurang support. Diakui atau tidak, serangan Indonesia sering dimulai di sektor kanan. Artinya, serangan yang dibangun oleh Indonesia masih kurang cukup untuk dikatakan dinamis di berbagai lini. Ketika hanya fokus di pos itu dalam melakukan serangan, bukan tidak mungkin bahwa serangan itu akan mudah terbaca.
Baca Juga
-
Final Piala Super Spanyol: Mengurai Benang Kusut Permasalahan Barcelona
-
Chat Dosen Pembimbing Harus Sopan biar Tugas Skripsi Lancar Itu Nggak Cukup
-
5 Tradisi yang Dulu Sering Dilakukan, tapi Kini Sudah Jarang, Apakah di Kampungmu Juga?
-
Wisata Goa Soekarno Sumenep: Dulu Berkawan Keramaian, Kini Berteman Kesepian
-
3 Cara agar Video TikTok Ditonton Banyak Orang meski Sedikit Pengikutnya, FYP Bos!
Artikel Terkait
-
Andil Tijjani Reijnders di Balik Keputusan Eliano Reijnders Pilih Timnas Indonesia
-
Nasib di Tangan Sendiri, Timnas Indonesia Bisa Lolos Langsung Piala Dunia 2026 dengan Cara Ini
-
Bambang Pamungkas Sebut Mimpi Indonesia ke Piala Dunia Masih Ada, Kenapa?
-
Anak Thom Haye Sakit: Mungkin Ada Sesuatu yang Salah
-
7 Calon Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia Bocor, Gelandang Serang Feyenoord Masuk Daftar?
News
-
See To Wear 2024 Guncang Industri Fashion Lokal, Suguhkan Pengalaman Berbeda
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Kampanyekan Gapapa Pakai Bekas, Bersaling Silang Ramaikan Pasar Wiguna
-
Sri Mulyani Naikkan PPN Menjadi 12%, Pengusaha Kritisi Kebijakan
Terkini
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
3 Moisturizer Lokal yang Berbahan Buah Blueberry Ampuh Perkuat Skin Barrier
-
Bangkit dari Keterpurukan Melalui Buku Tumbuh Walaupun Sudah Layu
-
The Grand Duke of the North, Bertemu dengan Duke Ganteng yang Overthinking!
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?