Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | I Gusti Putu Narendra Syahputra
Fakta Menarik King Charles III (Instagram/theroyalfamily)

Peristiwa proklamasi Raja Charles III sebagai Raja Inggris telah mendapat perhatian dari para pemimpin dunia, tidak terkecuali Presiden China, Xi Jinping. Xi Jinping, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis China, menyampaikan ucapan selamat kepada Raja Charles III setelah diproklamasikan oleh Dewan Aksesi (Accession Council) sebagai penguasa takhta Kerajaan Inggris yang baru pada Sabtu, (10/9/2022) lalu di Istana St.James, London, Inggris, waktu setempat.

Melansir dari CGTN, Inggris dan China telah menjalin hubungan diplomatik bilateral di tingkat duta besar selama 50 tahun. Merujuk pada hal itu, Xi menyatakan, China akan semakin memperkuat hubungan diplomatik dengan Inggris untuk waktu yang akan datang. Xi menambahkan, China akan meningkatkan kerja sama bilateral yang berdasarkan pada pemahaman bersama dan persahabatan antara dua bangsa, serta memperkuat komunikasi bilateral yang berfokus pada upaya mengatasi tantangan global. 

“Ratu Elizabeth II adalah pemimpin Kerajaan Inggris pertama yang pernah mengunjungi China. Kematiannya telah menjadi sebuah kehilangan besar bagi rakyat Inggris. Oleh karena itu, saya menekankan pentingnya membangun hubungan Inggris-Tiongkok yang lebih baik lagi dan siap bekerja sama dengan Raja Charles III. Peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Inggris-China di tingkat kedutaan ni diharapkan dapat menjadi peluang baru bagi kedua negara untuk mempromosikan proses pembangunan kerja sama bilateral yang lebih sehat dan lebih stabil lagi,” kata Xi.

Selain itu, Xi menambahkan, pemerintah China juga menyampaikan simpati mendalam terhadap pemerintah dan rakyat Inggris atas wafatnya Ratu Elizabeth II pada Kamis, (8/9/2022) lalu di Kastil Balmoral, Skotlandia, Inggris.

“Xi Jinping, mewakili pribadi, pemerintah, serta rakyat China, menyampaikan ucapan belasungkawa mendalam. Wafatnya (Ratu Elizabeth II) merupakan sebuah kehilangan besar bagi rakyat Inggris,” ujar Xi melalui pernyataan tertulis.

Wakil presiden China menyampaikan belasungkawa terhadap mendiang Ratu Elizabeth II

Tidak hanya Xi Jinping, Wakil Presiden China, Wang Qishan, mengunjungi Kedutaan Besar Inggris di ibu kota China, Beijing, pada Senin (12/9/2022) waktu setempat untuk melakukan prosesi berkabung atas meninggalnya Ratu Elizabeth II.

Dikutip dari Xinhua, pejabat tinggi Partai Komunis China tersebut mengheningkan cipta di depan foto resmi Ratu Elizabeth II dan mengisi nama serta menandatangani buku belasungkawa. Mewakili Presiden China, Xi Jinping, beserta seluruh jajaran menteri kabinet pemerintah, dan rakyat China, Wang menyampaikan duka mendalamnya atas berpulangnya Ratu Elizabeth II, sekaligus menghaturkan simpati yang ikhlas dan mendalam terhadap anggota keluarga Kerajaan Inggris, pemerintah Inggris, serta seluruh rakyat Inggris. 

Dalam pernyataan resminya kepada wartawan, Wang mengatakan, Ratu Elizabeth II adalah seorang pemimpin Kerajaan Inggris yang ikut berjuang mempromosikan dan membantu membangun hubungan diplomatik Inggris-China yang sehat dan positif. Wanita yang telah memimpin Inggris dan negara Persemakmuran selama 70 tahun tersebut merupakan pemimpin Kerajaan Inggris pertama yang melakukan kunjungan kenegaraan ke daratan Tiongkok dan menerima banyak pejabat tinggi pemerintah China yang mengadakan kunjungan kenegaraan ke Inggris dengan tangan terbuka.

Selain itu, Wang menambahkan, hubungan diplomatik Inggris-China di tingkat kedutaan yang telah menginjak usia 50 tahun pada tahun 2022 telah membuktikan bahwa selama dua negara tetap berpedoman teguh pada prinsip kerja sama yang saling menghormati dan saling menguntungkan satu sama lain secara proporsional, hubungan baik kedua negara dapat terus berlangsung dengan lancar dan stabil.

Bertalian dengan itu, Wang berujar, pemerintah Inggris memiliki peluang besar untuk menawarkan proposal kerja sama yang bersifat jangka panjang dan strategis kepada China. Pemerintah China telah mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan pemerintah Inggris melalui penguatan forum dialog dan pertukaran pikiran, promosi kerja sama yang setara dan saling menguntungkan, dan pembuatan kerangka kerja sama yang dapat mengatasi segala tantangan. 

Menutup pesannya, Wang berpesan, jika pejabat tinggi pemerintah kedua negara selalu konsisten melakukan beberapa hal tersebut, maka hubungan bilateral Inggris-China dapat terus maju dan berkembang ke arah pembangunan hubungan yang aktif dan stabil. 

Hubungan Inggris-China mulai memanas setelah David Cameron lengser dari kursi perdana menteri Inggris pada 2016

Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Inggris yang berkuasa pada 2010 – 2016, David Cameron, hubungan diplomatik China dan Inggris mencapai era keemasan (golden era) yang ditandai dengan inisiatif Cameron yang merangkul China untuk lebih dekat dengan negara Eropa dan Amerika Serikat (AS). Namun, pasca Cameron lengser pada 2016 dan pemerintahan Inggris mengalami pergantian perdana menteri sebanyak tiga kali sampai dengan saat ini, hubungan Inggris dan Tiongkok mulai memanas dan mengalami penurunan secara signifikan.

CNBC melansir, kebijakan perdagangan China yang agresif, dugaan pelanggaran demokrasi terhadap aktivis Hong Kong, serta pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap warga etnis Muslim Uighur di provinsi Xinjiang, disinyalir menjadi awal pemicu timbulnya kritik keras Inggris terhadap China, sehingga menempatkan Inggris sebagai negara Barat yang paling kejam dalam mengkritik kebijakan China.

Terpilihnya mantan Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, sebagai perdana menteri Inggris yang baru semakin menurunkan derajat hubungan diplomatik kedua negara sampai pada titik terendah sepanjang sejarah. Dalam pidatonya ketika masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss menuduh China sedang membangun kekuatan militer strategis yang masif dan dilakukan secara diam-diam dengan tujuan untuk menancapkan pengaruh politik dan ekonomi di Eropa untuk kepentingan strategis dan mengancam keamanan wilayah benua biru tersebut. “Setiap negara di dunia, tidak terkecuali China, harus menaati aturan (yang telah disepakati oleh Barat dan dunia internasional)”, papar Truss.

Selain itu, Truss mengingatkan, jika China bersikap acuh tak acuh terhadap aturan global, maka dengan sendirinya China telah menghancurkan jalannya sendiri menuju negara adidaya, di mana China sebaiknya kembali melihat tekanan ekonomi Barat yang besar dan intensif dalam menekan invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak Februari 2022 sebagai pelajaran berharga.

Soliditas pemikiran Truss yang sangat kuat terhadap ketertiban dunia yang harus diatur oleh Barat tanpa ada intervensi dari negara di luar Barat dan upaya sengaja mendiskreditkan citra serta kredibilitas China di panggung politik Asia-Pasifik menjadi dua indikator utama yang melatarbelakangi alasan mengapa gaya kepemimpinan Truss yang anti-China dapat menimbulkan masalah baru yang justru merugikan rakyat Inggris untuk beberapa waktu yang akan datang.

I Gusti Putu Narendra Syahputra