Amerika Serikat sebagai sekutu Ukraina, baru-baru ini menuding adanya andil Korea Utara dalam mengirimkan persenjataan berupa roket hingga rudal ke Rusia untuk digunakan oleh tentara bayaran kelompok Wagner.
Kabar Korea Utara memasok persenjataan untuk Grup Wagner itu salah satunya diungkap oleh Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby yang pada hari Kamis, menyebut ada transaksi senjata antara kelompok Wagner dengan Korut.
"Kami dapat mengonfirmasi bahwa Korea Utara telah menyelesaikan pengiriman senjata awal ke Wagner, yang membayar peralatan itu. Bulan lalu, Korea Utara mengirimkan roket infanteri dan rudal ke Rusia untuk digunakan oleh Wagner," kata John Kirby seperti dikutip penulis dari Aljazeera pada Jumat (23/12/2022).
Selain diungkap oleh pejabat AS, salah satu surat kabar Jepang, yakni Tokyo Shimbun juga pernah melaporkan adanya aktivitas pengiriman sejumlah peralatan perang ke Rusia dengan kereta api melalui perbatasan mereka beberapa waktu lalu.
Namun, kabar itu segera mendapat bantahan dari pihak Korea Utara yang mengatakan secara tegas bahwa Republik Rakyat Demokratis Korea (DPRK) tak melakukan hal tersebut.
"Laporan palsu media Jepang bahwa DPRK menawarkan amunisi ke Rusia adalah pengalihan perhatian yang paling tidak masuk akal, yang tidak layak untuk dikomentari atau ditafsirkan," kata juru bicara kementerian di Korut.
Sementara itu pemilik Wagner, yakni Yevgeny Prigozhin membantah tudingan AS itu dengan menyebutnya sebagai kabar burung atau spekulasi semata.
Meski begitu terlepas dari transaksi senjata antara Korut dan Kelompok Wagner, AS telah memperkirakan adanya 50.000 personel anggota Wagner yang ikut diberangkatkan ke Ukraina, diantaranya 10.000 kontraktor dan 40.000 narapidana yang direkrut dari penjara Rusia.
Perlu diketahui bahwa Grup Wagner merupakan perusahaan militer swasta yang berbasis di Rusia dan aktif sejak tahun 2014 silam dan tercatat sempat ikut terlibat dalam perebutan wilayah Krimea di tahun yang sama.
Sejak itu sepak terjang Wagner terus berkembang bahkan dan terlibat pada konflik beberapa wilayah seperti Ukraina, Suriah hingga negara-negara di Afrika. Banyak pihak kemudian menuduh kelompok tentara bayaran swasta itu atas sejumlah kejahatan perang hingga pelanggaran HAM.
Baca Juga
-
Dukungan untuk Palestina di Prancis Disambut Gas Air Mata
-
Gatot Nurmantyo Anggap Duet Anies Baswedan dan Cak Imin Positif dan Aman
-
Tak Sangkal, Lady Nayoan Akui Rendy Kjaernett Sosok Bapak Sayang Anak
-
Tampakkan Batang Hidung Depan Publik, Rendy Kjaernett Ngaku Ingin Fokus Benahi Masalah Internal Keluarga
-
Hore! Ridwan Kamil Sebut Kereta Cepat Jakarta Bandung Bakal Gratis 3 Bulan
Artikel Terkait
-
2 Remaja Korea Utara Dieksekusi, Ini Hukuman Warga Korut yang Nonton Drama Korea
-
Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal Balistik, Militer Korea Selatan Bersiaga Penuh
-
Link Download Choo Choo Charles Mod Apk Versi Terbaru 2022 Unlock All Senjata, Mau?Mau?
-
Cuaca Ekstrim Terjang AS, 2.400 Penerbangan ke Sejumlah Negara Dibatalkan
News
-
Bumi Watu Obong Jadi Wajah Budaya Gunungkidul di Malam Puncak Mataf Unisa
-
Ramalan Kiamat di Uganda: Ratusan Warga Tinggalkan Rumah dan Masuk Hutan
-
Aborsi Jadi Faktor Pemberat, Vonis 9 Tahun Dijatuhkan pada Vadel Badjideh
-
Bukan Kali Pertama: Kilang Minyak Dumai Kembali Terbakar
-
Wajah Babak Belur Sepulang Ospek Pecinta Alam, Orang Tua Murka
Terkini
-
Dari Cute Sampai Cool, 4 Outfit Yuqi I-DLE yang Wajib Kamu Coba!
-
GALA oleh XG: Rayakan Tiap Momen dengan Glamor dan Penuh Percaya Diri
-
Ramai Brand Hijau Bohongan: Kamu Sedang Jadi Korban Greenwashing?
-
Nasib Tragis Luffy di Elbaf: Spekulasi Panas Kalangan Penggemar One Piece
-
Divonis 9 Tahun, Vadel Badjideh Tetap Ngeyel dan Tolak Mengaku Bersalah