Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Rizka Utami Rahmi
dr. Djaja Surya Atmadja, Ahli Forensik (YouTube/dr. Richard Lee)

Kasus Kopi Sianida kembali ramai menjadi perbincangan netizen belakangan ini usai Netflix merilis film dokumenter yang berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso pada 28 September lalu.

Banyak spekulasi liar terkait siapa sesungguhnya pembunuh Mirna Salihin. Tidak sedikit yang menganggap jika Jessica bukanlah pembunuh sesungguhnya.

Salah satu saksi ahli yang hadir untuk memberikan kesaksiannya dalam kasus Kopi Sianida adalah dr. Djaja Surya Atmadja.

Saat persidangan kasus yang heboh di tahun 2016 itu dr. Djaja menegaskan jika ia tidak menemukan sianida pada jenazah Mirna Salihin setelah kematiannya.

Pada podcast bersama dr. Richard, ahli forensik itu juga menegaskan kembali perihal kematian Mirna Salihin yang cukup janggal.

Menurut dr. Djaja, Mirna masih hidup ketika dibawa ke Rumah Sakit Abdi Waluyo namun kondisinya dalam keadaan muntah-muntah hingga akhirnya meninggal dunia.

Dr. Djaja saat itu bertugas sebagai pemulas formalin untuk jenazah, akan tetapi ia mengatakan tidak ingin melakukan pemulasan formalin untuk seseorang yang matinya tidak wajar, sehingga ia mengatakan bahwa jenazah Mirna harus diautopsi terlebih dahulu.

Akan tetapi ayah Mirna Salihin, Edi Darmawan Salihin disebut menolak untuk melakukan autopsi.

"Karena itu kasus tidak wajar kan, kita diajari diforensik, kalau mati tidak wajar harus diautopsi. Karena tanpa autopsi tidak ada sebab mati," jelas dr. Djaja dikutip dari kanal YouTube dr. Richard Lee pada Jumat (6/10/2023).

"Nah di situlah saya ketemu bapaknya Mirna, dia bilang tidak mau autopsi," lanjut dr. Djaja

Lalu dr. Djaja mengatakan pada ayahnya Mirna jika dia tidak ingin memformalin jenazah Mirna jika tidak dilakukan autopsi terlebih dahulu karena hal tersebut merupakan aturan dari Dinas Kesehatan. 

Karena menolak diautopsi, maka dr. Djaja menyebut saat itu hanya diambil sampel pada jenazah Mirna yang diambil dari isi lambung, jaringan hati, darah dan urin.

Setelah dilakukan pengecekan seluruhnya negatif sianida, kecuali pada bagian lambung yang terdapat 0,2 mg sianida. Padahal sampel muntah sewaktu Mirna masih hidup dikatakan negatif sianida.

"Logikanya kalau dia ada sianida besar, terus kemudian jadi kecil, itu mungkin masuk di akal. Tapi kalau tidak ada kemudian jadi ada itu kan tanda tanya dari mana," jelas dr. Djaja 

Selain itu dr. Djaja juga merasa janggal karena tubuh Mirna yang berwarna biru, padahal seharusnya untuk orang yang terpapar sianida wajahnya akan memerah karena tingginya kadar sianida. Video dr. Djaja tersebut hingga kini sudah ditonton sebanyak 1 juta kali dalam kurang dari 24 jam penayangannya.

Pembahasan mengenai kasus Kopi Sianida itu hingga kini masih menjadi perhatian publik di media sosial.

Rizka Utami Rahmi